bagian 32

68 6 0
                                    

“Ada laporan tentang pemberontak itu? “ seorang pria dengan pakaian kepolisian Okdaesun bertanya saat dua polisi lain masuk ke kantornya

Kedua pria itu saling memandang, “Animida Yeong-gam, tidak ada tanda apapun tentang seorang yang melepas busur. “ salah seorang pria berucap.

Kedua alis kepala biro kepolisian itu terangkat, itu adalah hal mustahil, setidaknya akan ada jejak atau apapun itu yang menandakan seorang habis melepaskan panah. Sepintar atau secepat apapun seorang memanah pasti akan meninggalkan sati saja jejak karena semua cepat diatasi oleh biro kepolisian, tapi sekarang para bawahannya mengatakan tidak ada tanda orang di atas atap dan melesatkan panah yang sudah membuat heboh itu.

“Bahkan kami tidak menemukan jejak apapun di atap. “ seorang lagi menambahi. Mereka juga sama-sama bingung, siapa sebenarnya orang yang melepas panah itu dan mengapa panah itu tidak ditujukan pada Kaisar yang jelas-jelas adalah pemimpin negri ini, tapi malah seperti dikhususkan untuk pemainsuri.

“Konspirasi seperti apa ini? “ kepala biro kepolisian merasa sesuatu yang janggal.
“Saya rasa ini adalah tanda peringatan. “ polisi pertama mulai berbicara lagi.
“Apa maksudmu? “ tanya kepala polisi karena belum mengerti maksud dari pernyataan anak buahnya itu.
Lalu polisi pertama menyerahkan secarik kertas yang ia temukan di kedua busur itu.

"Kau akan tamat, bersiaplah!" sala satu kertas itu bertuliskan demikian. Kepala polosi mengernyit, maksud dari surat itu begitu ambigu. Ditujukan kepada siapa surat itu atau peringatan untuk siapa itu, semua begitu abu-abu.

"Kau harus membayar dengan nyawamu" satu yang lain bertuliskan demikian. Kepala polisi dan dua anak buahnya masih menebak maksud dari surat itu, namun jawaban yang mereka harapkan tak kunjung di temukan.

Tiba-tiba seorang pria masuk begitu saja tanpa pemberitahuan, “Yeong-gam, keluarlah! “ ucap pria itu dengan nafas tersengal.

“Museun ibnikka? “ (Ada apa?)  tanya kepala polisi merasa kesal. Seorang masuk ke ruangannya tanpa permisi dan sekarang membuat kehebohan.
“Kami menemukan mayat salah satu dayang pemainsuri yang hilang. “ jawab pria yang masuk sembrono tadi.
Kepala polisi segera henyak dari tempatnya, dia berjalan cepat ke arah tempat yang di maksud.

“Museun il-i? “ (apa yang terjadi?)  tanya kepala polisi saat dia melihat kerumunan pegawai kantornya.
“Ada yang mengirim mayat dayang istana pemainsuri kesini? “ jawab salah satu perwira.
“Mengirim? Nuguseo?” tanya lagi kepala polisi.
“Kami tidak tahu, mayat itu sudah ada di biro kepolisian begitu saja. “

Kepala kepolisian menaikkan sebelah alisnya, “Begitu saja kau bilang?” kepala kepolisian itu menghembuskan nafas lelah, begitu banyak kasus yang terjadi akhir-akhir ini, dan semuanya seperti sebuah rencana konspirasi. Siapa yang melakukannya, apa motifnya dan segala macam hal seperti itu belum bisa di ketahui. Ini membuatnya lelah, bahkan hampir satu pekan lamanya ia belum menyentuh matras tidurnya.

“Jang Suk-ssi, lakukan autopsi pada mayat pelayan ini! Kemungkinan kapan dan penyebab kematiannya, laporkan padaku segera, arraseo?” perintahnya pada seorang yang berdiri di belakangnya.

“Dong Tae-ssi, lakukan penyelidikan kembali tentang bunga poppy itu, selidiki siapa sebenarnya pemilik ladang poppy itu, tujuan mereka menanamnya,“ perintahnya pada perwira lain.

“Wo Il-ssi, lakukan pemeriksaan kembali tempat pelaksanaan perayaan, temukan bukti dan jejak pelaku, jangan lengah, firasatku mengatakan itu bukan pemberontakan tapi ancaman. “ perintah kepala polisi pada perwira lain.
Wo Il hanya menggaruk kepala, belum juga satu kasus terpecahkan lalu ada kasus lain muncul.

“Yoon Woo-ssi, selidiki tentang para pelayan yang hilang! Astaga semua kasus ini membuat kepalaku sakit.” lalu perintahnya pada Yoon Woo mengakhiri perintahnya pada anak buahnya.

Life Of The Past ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang