Terbawa arus

12 1 0
                                    

Hari ini ga bisa kuhindari,
lagi asyiknya kumenikmati segelas Cappucino di Starbucks plaza senayan setelah lelahnya muterin mall.
Selesai belanja ini itu keperluan nge lenong alias make up dan baju baju .

"Selamat sore Mba Meisya, maaf boleh menjawab 5 pertanyaan saja...ga lebih mba"

Akupun langsung menoleh ke arah datangnya suara, dalam hatiku "akhirnya harus gw hadapi juga".

"Oh iya mba, silahkan. Tapi saya ga bisa lama ya dan hanya 5 pertanyaan sesuai janji mba"

Rina yang hari itu kebetulan juga menemaniku karena sedang membicarakan kontrak baru, langsung merasa kikuk dan wajahnya juga berubah tanda ga suka.

Tapi aku langsung memulai aktingku, dengan senyuman dan gestur tubuh yang biasa saja seolah olah ga merasa terganggu kedatangan 2 wartawan itu.

Satu persatu kujawab dengan sangat hati hati, agar tidak terlihat aku sedang menutupi kekesalan dengan pertanyaan yang sebagian besar tentang foto Bian dengan wanita berbaju pink.

"Intinya saya ga perlu klarifikasi apapun, karna saya tau suami saya sangat menyayangi saya dan anak kami, kalau mba dan mas nya masih penasaran sepertinya harus cari info langsung ke wanita yang ada difoto itu."

"Karena hanya wanita itu yang tahu maksud dan tujuannya apa berbuat seperti itu ke lelaki yang sudah ber istri"
Itulah penutup wawancara singkatku sore itu.
**

Sesampainya di apartment aku langsung mandi dan sambil menunggu Pak Bima yang sedang menjemput Starla dan Baby sitternya di rumah ibu mertuaku, aku mulai memasak dibantu mba min asisten rumah tanggaku.

Jam 7 an malam Bian pun sudah sampai di apartment.

Saat Bian datang, aku dan Starla sedang asyik bercanda.
"Anak mami cantik, makin ndut aja ini...mamam apa cih...." sambil ku goyang goyangkan badannya Starla.

Starla memang belum bisa bicara jelas karena masih berumur 7 bulan, tapi setiap aku becandain gini , Starla menjawab dengan bahasa bayi nya serta gelak tawa yang sangat menggemaskan.

"Assalamualaikum anak Papi"Bian ikutan menyapa ...mendekati kami di ruang tv.

"Waalaikumsalam papiiiii...."aku yang jawab tapi dengan suara seolah olah itu Starla.

"Mas kamu mandi aja dulu...baru maen ama Starla".
**

"Sus, suster rahma" Aku memanggil baby sitter nya Starla.

Karena aku mau makan malam dengan Bian, jadi kusuruh dulu suster yang jagain.

Aku tadi sudah memasak ayam teriyaki, telur dadar, dan capcay.

Sambil kami makan, "Mas tadi ada yang nanyain wanita berbaju pink lagi" sangat kutekankan nada bicaraku dan kuperjelas.

"Hmmm... Maaf ya sayang, kamu harus selalu sabar menghadapi."
" Ini sudah jadi resiko kerjaanmu, lama lama juga kamu bakal kebal kok sayang"

Ringan dan santai banget jawaban Bian, dia tetap asyik mengunyah makanan.

"Kamu bisa tegas ga sih Mas sama Fika?"nadaku mulai meninggi.

Bian langsung meletakkan sendok garpu ,"Meisya Dewinta Bahagia, aku boleh makan dulu? Jangan kita bawa hal seperti ini sekarang!" Sangat berat suara Bian.

Aku langsung terdiam..aku baru sadar.
Aku memang salah membahasnya disaat makan.
***

Aku baru selesaikan scene hujan hujanan di depan minimarket.

Sekarang aku sudah di dalam mobil, mau mengeringkan rambut dan mengganti bajuku.
Untungnya hari ini aku memakai mobil yang lumayan besar.

Karena aku sudah tahu hari ini banyak adegan diluar tidak dirumah seperti biasanya, sebagian tadi di depan minimarket dan sebelumnya di salah satu rumah makan berjarak 50meter dari mini market ini, jadi masih 1 area aja.

Gadis UrbanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang