17 (selesai direvisi)

707 27 5
                                    

Bab 17
Kebenaran yang terungkap

"Nana." Panggil Herdi. Nana menoleh lalu mengamati kenapa pria ini memanggil dirinya padahal mereka gak begitu dekat.

"Kenapa kak?" Tanya Nana canggung.

"Katanya lo dua hari ke depan bakal berangkat ke korea kan?"

"Iya kak, berkat Nada kami bisa kesana untuk mewakili sekolah."

"Sebenarnya ada yang mau gue bicarain sama lo. Gue merasa gue sudah jahat banget sama lo." Jelas Herdi, membuat kepala Nana bingung karena tidak memahami arti jelas ucapan pria jangkung di depannya.

"Jahat kenapa kak? Kakak kemarin jalan sama Mikha kan?"

"Oh, emang benar gue jalan sama dia. Ikutin gue karena ada yang mau gue omongin, gue serius."

Herdi berjalan ke depan sementara Nana mengikuti di belakangnya. Berusaha menyamai langkah pria itu.

"Dengerin apa yang gue katakan."

"Oke kak."

"Gue orang yang ngunciin lo dan Alex waktu itu. Gue benci banget sama Alex karena dia harus pacaran dengan orang yang gue suka." Ucap Herdi jujur. Nana gak percaya apa yang di dengarnya dari sosok ketua osis yang selalu dibanggakan ini.

"Gue ngunci lo disana tanpa mikir banyak. Alasan gue lakukan itu supaya Alex bisa deket sama lo terus lupain Anna." Sambung Herdi. Nana hanya berusaha terus mendengar, ia mengepalkan tangannya karena perasaan marah pada sosok Herdi yang kembali membuatnya mengingat kenangan buruk itu.

"Demi Anna, kakak gitu?"

"Iya karena Anna, tapi gue udah gak ngeharapkan Anna lagi."

Kenapa sih selalu harus Anna? Batin Nana.

"Gue minta maaf ya."

"Iya gue maafin, tapi gue harap lo jangan lakuin hal itu lagi kak."

"Iya gue gak akan gitu lagi."

"Lalu lo udah minta maaf sama Alex."

"Gue mau tapi gue takut kejadian kemarin terulang lagi."

"Yaudah kak, gue kembali ke kelas aja."

"Gue nitip salam sama Mikha." Balas Herdi.

Nana berjalan dengan langkah berat menuju kelasnya. Kejujuran Herdi yang membuatnya kembali membenci Anna.

"Eh Mikha." Panggil seorang pria yang membuat jantungnya berdebar tak karuan.

"Kenapa kak?" Tanya Nana cuek. Dia mungkin bad mood karena pembicarannya tadi dengan Herdi.

"Kumpul ke ruangan seni, Nada dan Rio sudah di sana."

"Kakak duluan aja, gue mau mampir ke kelas."

"Barengan aja ke sananya, gue tungguin lo kok."

"Kenapa sih lo harus perhatian banget sama gue kak!" Teriak Nana tiba-tiba marah. "Oh sorry kak, gue terbawa suasana."

"Lo pasti banyak masalah, tenang dan sabarlah." Ucap Alex perhatian sambil menepuk pundak gadis pendek di depannya.

Sampai sekarang hati gue masih berdebar untuk lo kak. Batin Nana.

***

"Alven." Panggil Airin dengan imut pada sosok sang kekasih.

"Hai." Sapa Alven dengan singkat lalu berlalu bersama teman-temannya meninggalkan Airin.

Love For No Title✏ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang