#28 : The Wrong Animosity (2)

52 2 0
                                    

Semuanya segera meluncur ke gudang di daerah Dobong-dong sesuai dengan lokasi yang dikirim oleh seseorang itu. Ayu menggenggam terus ponselnya. Siapapun yang menelfon tadi, ia akan benar-benar berterimakasih jika bertemu. Ayu merasa sangat berhutang budi pada orang itu.

Suho pergi bersama Xiumin, karena menurut mereka jika Suho sendirian ia bisa saja menggila dengan jalanan Seoul yang padat. "Aku harap kau tetap tenang jika bertemu dengan Minho nanti. Kita tidak tahu apa yang bisa ia lakukan." saran Xiumin.

Suho hanya terdiam. Ia tahu betul jika ia gegabah, hal itu akan berbahaya untuk Linda. Tapi ia merasa tidak bisa sama sekali menahan emosinya di dekat Minho apalagi setelah kejadian ini. Ia tidak bisa berjanji tidak akan menghajar Minho nanti.

Sementara itu di sisi lain, Chanyeol kembali menenangkan Ayu. "Jangan emosi, apapun yang mereka lakukan. Aku tidak ingin kau juga terkena imbas ulah mereka."

"Dan membiarkan sahabatku yang menjadi korban? Chan, aku tidak akan membiarkan mereka melakukannya!" ucap Ayu tidak terima.

Chanyeol menarik nafasnya. "Itu yang mereka inginkan! Kau terpancing oleh emosimu! dan pada akhirnya kau yang menjadi sasaran mereka atau lebih buruk lagi kalian berdualah yang menjadi korban!" Chanyeol sedikit membentaknya.

Ayu terdiam dan membuat Chanyeol sedikit menyesal. "Aku harap kau bisa berpikir dengan jernih." katanya singkat dan kembali fokus pada jalanan.

Ya, Chanyeol benar. Ayu tidak boleh emosi. Bahkan gadis itu sendiri yang mengatakan emosi tidak menyelesaikan segalanya. Ia harus tenang dan berpikir apa yang akan dilakukan oleh Yunra setelah ini. Jika benar ia akan membakar gudang itu, tidak mungkin ia dengan tenang hidup di Seoul bukan?

"Bener, kalau emang dia niat harusnya dia bakal pergi habis ini. Orang bodoh mana yang tenang aja kalau dia bisa jadi buronan? Apalagi termasuk rencana pembunuhan." batinnya.

Ayu menarik nafas panjang, berpikir apapun yang bisa Yunra lakukan. Cara terbaik untuk menebak apa yang akan dilakukan seseorang adalah berusaha berpikir bagaimana jika kita ada di posisinya. Iya, Yunra tidak mungkin akan berdiam di Seoul setelah ini. Ayu pun segera mengetik pesan.

"Paman, bisakah kau membantuku sekarang?"

.

.

.

Segera setelah Minho memutuskan panggilannya, ia memandangi Linda yang masih pingsan dengan tubuh terikat di atas kursi. Ia memandanginya cukup lama. Sejujurnya, ia tahu dengan benar jika melibatkan gadis di depannya ini adalah hal yang sangat salah. Tapi kebenciannya pada Suho membuatnya harus membunuh Linda.

"Bola matamu akan keluar jika kau memandanginya seperti itu!" sindir Yunra.

Minho menatap tajam ke arah Yunra yang sedang mengotak-atik ponselnya. "Sedang apa kau?" tanya Minho.

"Tentu saja bersiap pergi dari negara ini. Memang kau berniat menetap di sini?"

Minho terdiam dan membuat Yunra membuang nafasnya kasar. Ya sejujurnya dia tidak ada ide sama sekali tentang apa yang akan ia lakukan nanti setelah gudang ini dibakar olehnya.

Yunra berjalan ke arah Minho. "Kau bisa menjadi orang jahat. Tapi orang jahat juga memerlukan otak. Kau pikir setelah membakar gudang ini kita tidak akan menjadi buronan? Hah?"

Minho masih terdiam, bahkan memalingkan wajahnya dari Yunra. Yunra menggelengkan kepalanya tak percaya. "Terserah padamu jika kau menjadi buronan. Tapi aku masih ingin menikmati hidupku. Aku keluar sebentar." ucapnya kemudian meninggalkan Minho.

Minho masih terduduk dan terdiam. Di kepalanya penuh dengan berbagi macam pikiran. Perlahan Linda mulai membuka matanya. Kepalanya masih berat karena obat bius itu. Tapi begitu dia sadar, ia mendapatkan Minho di depannya.

[TAMAT] When Our Love Came SuddenlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang