#14 : Somewhere Only We Know

93 6 0
                                    

Chanyeol tersenyum memandangi Ayu, kemudian beralih kepada dua nisan yang bersandingan di depan mereka. Lelaki tinggi itu membungkuk hormat. "Annyeonghaseyeo Halmoni Haraboji. Bagaimana kabar kalian? Chanyeol merindukan kalian."

Ayu hanya berdiri dalam diam di belakang Chanyeol sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru pemakaman. Sejujurnya ia masih takut dengan suasana di sini yang mencekam bahkan ketika hari masih pagi.

"Halmoni, dulu aku pernah berjanji kalau aku akan mengenalkan seseorang pada halmoni bukan? Sekarang aku akan menepati janjiku."

Chanyeol menarik tangan Ayu untuk memintanya berdiri di sampingnya.

"Gadis ini yang berhasil membuatku jatuh cinta, dia gadis seperti yang halmoni inginkan, gadis yang mampu membuatku melupakan kesedihanku karena eomma dan appa." ucap Chanyeol dalam hati, tangan kanannya menggengam jari jemari Ayu sedangkan tangan kirinya masih bertengger di dalam sakunya.

Ayu memandangi tangannya yang digenggam dengan erat oleh Chanyeol. "Ayu, kenalkan mereka kakek dan nenekku."

Ayu kemudian membungkuk memberi salam. "Annyeonghaseyeo."

Mereka terdiam sejenak. "Dulu saat mereka masih hidup, hanya mereka yang selalu bisa membuatku tertawa bahagia, menemani kesepianku karena kesibukan dari orang tuaku. Hanya dari mereka aku dapat merasakan tulusnya kasih sayang."

Chanyeol tersenyum mengingat kenangan masa kecilnya. "Tapi, kebahagiaanku hilang karena lelaki yang gila harta itu!"

Ayu diam memperhatikan perubahaan raut wajah Chanyeol. "Gwaenchana?"

Chanyeol menggeleng sambil tersenyum. "Bagaimana bisa aku baik-baik saja? Melihat kedua orang yang aku sayangi terbakar hidup-hidup?"

Ayu membelalakkan matanya tak percaya.

Chanyeol menahan air matanya agar tidak keluar. Ia terus mendongakkan kepalanya ke atas dan mengusap air matanya. "Ah, maaf. Aku tidak mau menangis di depanmu. Ini memalukan."

"Ada kalanya seseorang butuh menangis agar beban yang ia rasakan bisa mereda dan ku pikir bukan hanya wanita yang butuh menangis. Tak apa, kau boleh menangis semaumu di depanku." Ayu mengusap air mata Chanyeol.

Chanyeol menggeleng lagi. "Aku memiliki noona dan hyungku. Semangatku kembali lagi saat aku bersama mereka. Mereka mengembalikan senyumku lagi dan bersama mereka aku dapat merasakan kasih sayang tulus dari walaupun itu bukan dari orang tuaku sendiri, tapi itu cukup membuatku bahagia." Chanyeol menghadapkan tubuhnya pada Ayu.

"Dan saat ini ada seseorang yang lebih membuatku bahagia, mewarnai hidupku dengan senyum cerianya. Dia berhasil mengambil hatiku, ahhh aku rasa aku jatuh cinta padanya..." Lanjutnya sambil memandang jauh ke depannya.

DEG!

Ayu seperti merasakan ribuan pisau menusuknya saat itu. Ia memberanikan diri untuk bertanya. "Nugu?"

Sejujurnya, Ayu berharap yang dimaksud Chanyeol adalah dia. Tapi, ia bahkan berpikiran bahwa ia sangat tidak pantas untuk Chanyeol. Bagai Pangeran dan tukang cuci kerajaan. Kalian tau kan bagaimana mencintai seseorang yang bahkan tidak bisa kalian bayangkan untuk bersanding dengannya sekalipun. Ya, itu Ayu. Jangankan untuk berharap Chanyeol mencintainya, bahkan untuk berharap Chanyeol menyukainya, ia merasa tidak pantas.

"Kau akan tahu nantinya!"

Ayu menarik nafasnya dalam-dalam. "Kamu tuh ngarepin apa sih? Ih! Ga tau malu emang."

"Kau lihat itu?" Ayu mengikuti arah tunjukan dari tangan Chanyeol. Dahinya menyerngit saat dia melihat sebuah bukit yang tak jauh dari pemakaman.

"Itu adalah tempat favorit kami. Setiap akhir pekan kami selalu ke bukit itu. Tapi semenjak kakek dan nenek tiada. Aku tidak pernah ke bukit itu lagi."

[TAMAT] When Our Love Came SuddenlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang