"lo sebelumnya udah pernah kesini?" tanya yuvin pada eunbi yang asyik memperhatikan moonbin yang sedang makan martabak.
bukannya eunbi yang ngejawab, malah chanwoo yang buka mulut.
haha ketauan banget sih, woo kalo lagi euforia banget disambangin doi.
"dulu sih sering, tapi waktu naik semester jadi makin jarang. apalagi gue juga biasanya pulang dari kampus malem malem gegera organisasi."
yuvin hanya ber-oh ria, sementara moonbin sesekali ngelirik eunbi. bikin eunbi salting.
"eh udah sorean, gue pengen balik." celetuk eunbi kemudian.
yuvin dengan peka langsung berdiri dan merogoh kunci motor di saku.
"ok siap."
eunbi masih agak kaku, iya secara baru aja kenal tadi sore. udah minta tolong anter segala macem. ini cowok baik amat.
"ngomong ngomong lo berdua kenal darimana?" tanya moonbin.
"dari kafe tadi, iya gue tadi nemenin anak anak manggung kecil kecilan kaya biasanya gitu deh. terus ternyata ada cewek nyasar sendirian di pojokan. yaudah, gue ajak ngobrol gini gini segala macem..." jelas yuvin.
eunbi merunduk malu. hehe, sebegitu mudahkah mencari teman? ternyata...
♡
dahyun dan eunseo sama sama terdiam. di atas kasur kamar kosan. nafas eunseo tersenggal, matanya berair, beberapa kali tangannya mengusap permukaan wajah yang terlanjur basah.
"udah, seo."
hanya itu kata yang selalu diucapkan dahyun setelah mendengarkan cerita eunseo.
berita kepindahan rena, serta masa lalu yang kelam sekelebat kembali terngiang di pikiran dahyun.
tapi ia tak ingin memperumit suasana.
"yang berlalu biarlah berlalu. pasti sekarang, rena udah berubah."
lalu eunseo masih saja terisak. ia mengingat betapa egoisnya dia kala itu. lagi juga tadi pagi. bersikap dingin pada donghan tidak akan menyelesaikan masalah.
sebenernya pula, akar dari permasalahan ini hanyalah kesalahpahaman. lalu jika kesalahan itu dibenarkan, diluruskan, maka semuanya akan selesai.
eunseo juga berharap demikian.
tapi semua yang dipikirkan tak semudah melakukannya, seperti sekedar membalikkan telapak tangan.
"seharusnya gue nggak kekanakan gini ya, hyun.."
"iyaaa, gue tahu kok perasaan elo, seo. tapi cobalah menghapus segala kenangan buruk dan imej yang tidak mengenakkan dari seorang rena.. gue bukan mau nyalahin elo, tapi seenggaknya kita berprasangka baik.."
"iya, lo bener..."
eunseo masih terisak. dahyun berusaha menenangkan, dengan sekedar mengelus rambutnya, menepuk punggung, lalu memeluk sahabat karibnya itu.
"donghan gimana? udah ngomong juga?"
"kayanya dia udah tatap muka sama rena. gatau deh.."
"eunseo-"
"percaya deh, sama gue. donghan nggak akan ngehianatin elo lagi." lanjut dahyun.
"gue maunya juga percaya, hyun. tapi lama lama rasa percaya gue juga ilang. luntur semua. donghan nggak bisa dipercaya semudah itu. apalagi gue nggak pertama kali ini disakitin sama dia." terang eunseo sambil mengusap matanya yang sembab.
"coba kalo lo di posisi gue, apa yang lo rasain? apa lo bakal tetep percaya pada orang yang pernah jadi pelakor hubungan lo?" tanya eunseo.
"ya seenggaknya kalo lo nggak bisa percaya sama rena, percaya sama donghan lah."
"tapi donghan juga nggak bisa... nggak bisa gue sekuat itu, hyun."
lalu eunseo kembali menangis. dahyun jadi pusing sendiri. emang, kalo masalah beginian, eunseo sama donghan yang paling ribet.
yang pacaran mereka, tapi yang kena imbas masalahnya sampai satu sekolah.
"lo pasti kuat. lo berani ambil keputusan buat ngejaga hubungan kalian. lo berani milih dia, berarti lo juga harus berani menghadapi segala kemungkinan resiko.." dahyun kembali menasehati.
eunseo hanya mendelik. dari sorot matanya masih tersirat jelas kekecewaan.
kecewa pada donghan. beserta segala kekhilafannya di masa lalu.
"gue udah nyerah. gue rasa untuk kali ini gue nggak akan kuat, hyun."
"eunseo, please..."
dahyun mengacak rambutnya frustasi. melihat eunseo yang mulai mengetikkan pesan di layar hpnya. dengan nomor tujuan tertera nama 'donghan'.
"gue bakal nyelesaiin semuanya. mungkin, takdir kita sampai sini aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
#2 Automne Doré✔
Krótkie Opowiadania❝They come, at the right time to the right person.❞