#CERITA INI HANYA KARANGAN SI PENULIS#
🌹
"Aku pamit pulang dulu ya," kata May berpamitan dengan Dewi.Ia harus segera pulang, ia takut orang-orang terdekatnya mencarinya karena dirinya tiba-tiba menghilang sejak pagi tadi.
"Hati-hati!" balas Dewi sambil tersenyum.
"Iya, Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam."
May pun segera beranjak dari hadapan Dewi menuju sepedanya.
Kring kring
Sebelum benar-benar menghilang dari hadapan Dewi, ia membunyikan lonceng sepedanya sebagai tanda ia akan segera pergi.
Di Pesantren
"Pasukan 1 melapor, bahwa Maya tidak ada di ruang makan Asrama," lapor Bella kepada pemimpin tim pencarian yang tak lain tak bukan adalah Ustadz Al.
"Pasukan 2 melapor, Maya tidak ada di ruang panahan," lapor Melin kepada Ustadz Al.
"Pasukan 3 melapor, Maya tidak ada di rumah pohon," lapor Kiky kepada orang yang sama.
Ya, sejak tadi mereka berempat (Ustadz Al, Melin, Kiky, dan Bella) sibuk mencari May yang entah hilang kemana. Mereka berempat sudah mencari disetiap sudut Pesantren tapi tetap saja tak ada. May tidak bisa di hubungi karena ia tidak bawa Handphone.
Ustadz Al hanya mengacak-acak rambutnya frustasi. Bagaimana tidak, sampai sore ini May tidak nampak batang hidungnya. Al benar-benar khawatir sekarang.
Apa semua ini karena perjodohan itu? Entahlah."Yasudah, kalian istirahat saja. Terimakasih atas bantuannya," kata Ustadz Al kepada 3 sahabat May itu.
Melin, Kiky, dan Bella juga nampak khawatir. Tapi mau bagaimana lagi, mereka sudah lelah mencari kesekeliling Pesantren ini.
"Semoga May cepat pulang dan semoga tidak terjadi apa-apa sama dia, Aamiin" mungkin itulah doa yang mereka panjatkan dalam hati untuk situasi sekarang ini.
Tiba-tiba Ustadz Al kepikiran bahwa mungkin saja May berada di tempat kerja temannya itu, yang bernama Dewi kalau tidak salah. Karena May juga pernah beberapa kali cerita tentang temannya yang bekerja di butik yang pernah Ustadz Al datangi untuk membeli gamis buat si May.
"May pasti ada disana." batin Ustadz Al.
Untuk memastikan sangkaannya, ia pun bergegas ke bagasi melihat sepeda Umi nya. Dan ternyata sepedanya memang tidak ada. Brarti dugaannya benar kalau Maya ada di butik itu, kan mana mungkin May kesana jalan kaki. Dan kalau May pergi dekat-dekat sini pun mana mungkin ia membawa sepeda. Ok brarti fix kalau Maya ada di butik itu.
Dengan segera Ustadz Al menaiki motor gede nya dan langsung cuss pergi mencari Maya.
❄❄
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, jalanan nampak sepi dan juga sudah mulai gelap.
Maya masih mengayuh sepedanya dengan kecepatan diatas rata-rata, mengingat matahari sudah mulai tenggelam, dan langitpun terlihat mendung.
"Jangan hujan dulu, Ya Allah." ucap Maya, berharap tidak turun hujan saat ini.
Tiba-tiba ada segerombolan pemuda yang menghadang jalan Maya.
Ada sekitar 5 orang. Penampilan mereka begitu urakkan, dengan celana yang sobek-sobek rambut qaza' yang di cat warna-warni, sungguh penampilan yang sangat buruk.
Maya pun berhenti, ia mulai berbalik arah menghindari preman-preman itu, ketika ia mulai mengayuh, ada yang menahan sepedanya dari belakang, alhasil sepedanya pun tetap diam di tempat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Cinta
Spiritual"Bahagiamu adalah Bahagiaku" ~*Maya Sahara*~ "Mari kita Berjuang bersama, aku sama sekali tidak masalah, jika kamu atau orang lain berjuang untuk mendapatkan Hatinya* ~*Dewi Setiana*~ "Aku ingin kalian tidak mengganggu ku" ...