BAB 4

7.6K 265 5
                                    

Farah masih berdiri di tangga. Memandang lelaki itu penuh dengan ketelitian. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Semuanya hampir mirip dengan Pak Faiz. Namun tetap saja berbeda. Pak Faiz tidak mungkin berpenampilan seperti ini. Bahkan bisa dibilang mustahil.

"Farah! Ngapain disitu?!" Celetuk Fina.

Farah terkejut, "eh iya Mah."

Cepat - cepat Farah turun dan menghampiri mamahnya itu.

"Ini anakku yang kecil. Yang tadi itu anakku yang besar, yang mau dijodohin sama anakmu." Fina memperkenalkan Farah kepada mereka.

"Wahh... cantik, cantik yah. Kaya Mamahnya."

"Ah Fani, kamu bisa aja. Oh ya, Farah, ini Fani. Temen Mamah dulu, waktu masih sekolah sama kuliah. Salaman dulu, Kakakmu juga udah salaman."

Farah pun bersalaman dengan Fani. Senyumnya menghiasi mukanya. Tak seperti biasanya, yang bisa sangat malas jika akan bersalaman dengan tamu.

"Nah Farah, ini Fransisco Alexis. Dia juga temen Papah loh." Ucap Ferdy memperkenalkan Frans, yang tak lain adalah suami Fani.

Farah kembali bersalaman. Farah tau, ia tadi telat datang karena melamun di tangga. Sehingga, papah dan mamahnya mau tidak mau harus memperkenalkannya kepada mereka.

"Oh ya, yang ganteng satu ini kelewatan. Farah, ini Faiz, dia anaknya Om Frans sama Tante Fani. Dia juga yang besok bakalan jadi suami Kak Fera." Jelas Fina.

Farah tersenyum, kemudian ia bersalaman dengan Faiz. Faiz pun ikut tersenyum saat bersalaman dengan Farah. Sempat ada kontak mata diantara mereka berdua, sebelum akhirnya saling membuang muka.

'Semuanya bener! Faiz ini dosen gue. Gak salah lagi. Bisa jadi gosip gue sama Farren nih, lumayan.' Batin Farah.

"Jadi, langsung saja ya acara kita mulai." Ucap Fani membuka pembicaraan.

"Tunggu, tunggu, berhubung ada yang masih dibawah umur, mending kita bicaranya di taman belakang aja." Saran Ferdy.

"Siapa yang masih dibawah umur Pah? Farah?" Tanya Fera.

"Yaiyalah, siapa lagi?"

"Lho Pah? Kok jadi Farah sih? Apa coba?" Protes Farah.

"Udah, kamu duduk diem disini ya. Sambil nonton televisi kek, jungkir balik kek, sesukamu deh pokoknya. Mamah sama yang lain ngobrolnya di taman belakang. Kalo ada apa - apa, panggil Bi Fika aja ya." Jelas Fina.

Farah berdecak kesal. Seketika raut mukanya berubah menjadi murung. Yang lain pun mengikuti kemana arah jalannya Fina.

¤¤¤¤¤

"Nah, Fera. Langsung aja ya, Mamah udah rencanain kapan waktu yang pas buat kalian berdua menikah." Ucap Fina girang.

"Kapan Mah?" Tanya Fera kepo.

"Minggu depan. Gimana Fan? Setuju?" Tanya Fina meminta persetujuan.

Fani berpikir sejenak, "boleh. Jadi persiapannya mulai besok. Gmna?"

"Sip deh! Yaudah, udah jelas kan." Ucap Fina sambil memberi kode kepada Fani supaya pergi dari tempat itu.

Sedangkan Ferdy dan Frans, mereka telah lebih dulu mengobrol ditempat lain. Dan tak ikut membahas masalah pernikahan.

Fera tersadar bahwa hanya mereka berdua yang kini sedang duduk berdua. Fera bingung harus bertanya apa. Lagi pun, ia masih terlalu canggung jika harus berdua dengan Faiz. Namun, dengan segenap kekuatannya, akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya.

"Ehm... kamu, lagi kerja dimana?" Tanya Fera.

Faiz melirik ke arah Fera lalu kembali memalingkan wajah. "Di Rumah Sakit Rajawali Permai."

My Lecturer Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang