BAB 3

8.2K 272 12
                                    

PENGUMUMAN SEBENTAR YOO:)
"Yang belum tau, baca dulu sebentar. Nama tokoh Frosela yang ada di bab sebelumnya, sekarang ganti nama. Sekarang namanya jadi Freesia. Thanks:)"

HAPPY READING:)

"Pake baju yang mana ya? Kok gue bingung, padahal ini bukan acara gue." Ucap Farah saat mencari pakaiannya di lemari.

Dia terus menggeser hanger yang tergantung di lemarinya. Geser kanan, geser kiri, kanan lagi, kiri lagi. Begitu seterusnya. Sampai ia merasa bosan sendiri dan menjatuhkan badannya di atas kasur empuk.

"Huh! Bingung lagi deh. Dulu, setiap ada acara kaya gini, pasti Freesia sama Felisa yang milihin gue baju. Tapi sekarang." Keluh Farah sambil menatap langit - langit kamarnya.

Farah sempat berpikir sejenak, sebelum akhirnya merasa ada suatu hal yang terlewatkan.

"Oya! Gue lupa!" Celetuk Farah.

Cepat - cepat Farah turun dari kamar. Ia berlari secepat yang ia bisa. Melewati kamar demi kamar.

Tiba saatnya melewati kamar Fera. Saat itu juga Fera membuka pintu kamar, dan terkejut melihat Farah berlari sangat cepat.

"Woy budak! Mau kemana lo?! Bikin kaget aja." Celetuk Fera.

Sontak Farah langsung menginjak pedal rem. Ia mundur beberapa langkah agar berdiri tepat dihadapan Fera.

"Apa? Gue lagi buru - buru nih."

Seketika Fera langsung menjitak kepala Farah. Farah terkejut dan hanya bisa merintih kesakitan.

"Aduh! Apaan si? Sakit tau enggak?" Keluh Farah sambil mengelus - elus kepalanya itu.

"Lo mau kemana? Kabur hah?"

"Enggak! Sok tau lo. Orang gue mau ketemu Freesia."

Mendengar kata 'Freesia' membuat hati Fera merasa kasihan pada adiknya itu. Sudah bertahun - tahun semenjak kematian Freesia, tetapi Farah masih saja rutin mengunjungi pemakamannya. Tak lupa, Farah juga selalu membawa setangkai mawar merah yang telah menjadi kesukaan Freesia sejak dulu.

"Yaudah gih! Gausah lama - lama. Awas kalo nanti malem masih di pemakaman. Gue hajar lo pulang - pulang." Ancam Fera.

"Oke bos!" Balas Farah ceria.

Ia kembali berlari menuju mobilnya. Mobilnya terparkir manis di halaman depan rumah. Saat akan masuk ke dalam mobil, ia melihat Fina yang sedang membawa banyak mawar merah ditangan.

"Hai Mah! Minta bunganya boleh enggak?" Sapa Farah.

"Eh kamu, kok bisa ada didepan? Mau kemana?" Balas Fina sedikit terkejut.

"Hehehe, biasa Mah. Tadi pulang kuliah lupa ke pemakaman."

Fina tersenyum, ia tau betul kebiasaan Farah semenjak Freesia tiada. "Yaudah. Nih! Buat Freesia. Hati - hati ya sayang." Ucap Fina sambil memberikan setangkai mawar merah.

"Makasih Mah. Sayangggg Mamah." Balas Farah sambil mencium pipi kanan Fina.

Farah kembali masuk ke dalam mobil dan meletakkan mawar merah itu di jok sampingnya. Perjalanan dari rumah ke pemakaman tidak terlalu jauh. Hanya memakan waktu kurang lebih 15 menit.

Sesampainya di pemakaman. Ia terlebih dahulu memarkirkan mobilnya. Ia masuk dan menyusuri makam demi makam. Tak lupa, ia juga membawa setangkai mawar merah tadi.

Tak perlu waktu lama bagi Farah untuk menemukan makam Freesia. Sekarang, ia sudah berada di samping makam dengan nisan yang bertuliskan 'Freesia Jasmine Amarilis'. Nama yang indah bukan. Karena ketiganya diambil dari nama bunga. Dan nama itu diberikan langsung oleh ibunya yang sangat suka akan bunga. Seingat Farah, dulu Freesia juga pernah menceritakan arti atau lambang dari ketiga bunga tersebut.

My Lecturer Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang