BAB 12

3.9K 96 10
                                    

Drttt... drttt...

Bunyi ponsel itu mengganggu tidur nyenyak Faiz. Akhirnya, ia pun terbangun dan membuka isi ponselnya.

Fera : Jangan lupa! Jam makan siang di restoran  Il était un square, lokasinya dimana lo searching sendiri.

Ck!

Pesan itu membuat mood-nya hancur kembali. Karena ia memiliki dendam yang teramat kepada Fera. Namun karena Fera perempuan, jadi Faiz tak bisa berbuat banyak.

'Farah gimana yah? Dia belum telfon gue sampe sekarang. Bikin khawatir aja deh.' Batin Faiz.

Faiz pun bangun dari kasurnya dan bersiap untuk sarapan. Tak lupa, ia juga bersiap untuk mandi. Sarapan kali ini ia lakukan berdua bersama Felix.

"Gimana? Kapan ketemu Fera?" Tanya Felix.

"Nanti siang, sekalian makan siang katanya."

"Makan siang?"

Faiz mengangguk, "iya, why?"

"Gue ramal, setelah Fera duduk, lo langsung nyuruh dia buat tanda tangan dan setelah itu lo langsung pergi. Yakan?"

"Yaa... bisa jadi. Kalo Fera banyak bacotnya mending gue pergi kan?"

"Yaiya sih, kurang kerjaan amat dengerin bacotan orang, hahahaa."

Faiz pun ikut tertawa. Mereka berdua menghabiskan sarapan dengan lahap. Maklum saja, sarapan kali ini bukan mereka berdua yang membuat. Melainkan melakukan pesan antar dengan salah satu restoran terkenal di Paris.

Setelah selesai sarapan, Faiz kembali ke kamar. Ia mengambil ponselnya dan mengecek perkembangan apa yang terjadi.

"Kenapa? Gada yg chat?" Tanya Felix yang ternyata ikut masuk ke kamar.

"Iya nih, sepi bgt dah."

"Hahahaa mampus lo. Udahlah, nikmatin aja."

"Hemm... oya, di Singapura sekarang masih malem yah?"

"Ya mana gue tau."

¤¤¤¤¤

Pagi ini, waktu Singapura. Farah kembali mengunjungi Mamahnya. Bedanya, kali ini ia sengaja tidak meminta Farrel untuk menjemputnya. Ia lebih memilih menggunakan kendaraan umum dan menikmati suasana Singapura sendirian.

Sesampainya di rumah sakit. Farah pun langsung menuju kamar Mamahnya. Tanpa basa basi, Farah pun langsung memeluk erat Mamahnya. Karena Mamahnya sudah sadar, pelukan Farah pun dibalas hangat oleh Mamahnya.

"Hai Mah! Gimana? Udah enakan?" Tanya Farah.

Fina tersenyum, "yah, begitulah."

"Mah, Papah kemana?" Tanya Farah lagi.

"Papah ngurus kerjaan. Semenjak Kakakmu kabur, Papah jadi dua kali lipat lebih sibuk."

"Ooo gitu."

"Tapi kayaknya bentar lagi Papah kesini."

Tok... tok... tok...

Pintu ruangan diketuk dari luar. Seseorang itu pun membuka pintu dengan pelan. Saat tau siapa yang masuk, Farah langsung kegirangan dan memeluknya.

"Papah!" Teriak Farah sambil memeluk erat Papahnya.

"Sstt! Di rumah sakit nggak boleh teriak - teriak dong. Kasihan Mamah kan." Jawab Ferdy.

"Pah, darimana? Kok Mamah ditinggalin sendirian?"

"Biasa." Balas Ferdy singkat.

"Urusan kerjaan lagi?"

My Lecturer Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang