BAB 9

5.8K 171 11
                                    

Paris 07.00

"Sayang, bangun dong! Katanya mau nemenin aku ke eiffel? Jadi gak?" Ucap Fera membangunkan suaminya.

Pagi ini, adalah pagi pertama Fera yang telah berstatus sebagai istrinya Firza. Setelah kejadian di Indonesia waktu itu. Mereka berdua melarikan diri ke Paris dan tinggal disana. Melangsungkan pernikahan, dan memulai hidup baru disana.

"Sayang! Bangun dong! Aku pergi sendiri nih."

"Hoammm. Emang kamu tau jalanan disini? Sok - sokan mau pergi sendiri segala." Balas Firza sambil meregangkan ototnya.

"Ih dasar! Kan sekarang zaman udah canggih. Salah sendiri, udah siang juga, gak bangun - bangun." Omel Fera.

Firza melihat jam dinding. Terpampang jelas bahwa disitu masih menunjukan pukul tujuh pagi.

"Ya ampun. Ini tuh masih pagi, kenapa juga harus ke eiffel pagi - pagi? Toh, nanti sore ataupun bsk eiffel-nya masih ada."

"Ihh sayang! Tapi kan sensasinya beda! Antara pagi, siang, sore, sama malem. Gimana sih?!"

"Hmm, iyaiya." Ucap Firza sambil membaringkan badannya lagi di kasur.

"Ih! Kok malah tidur lagi sih?! Tau ah! Aku pergi sendiri." Ucap Fera melenggang pergi.

Melihat istrinya benar - benar merajuk. Firza pun ambil tindakan. Dengan cepat ia menarik tangan Fera. Sehingga membuat perempuan itu tak jadi pergi.

"Apa? Tadi katanya gak mau nemenin." Komen Fera.

"Hehe, aku temenin kok, yuk."

"Hhhh, dasar!"

Akhirnya, Firza mau menemani Fera pergi. Perjalanan kurang lebih 15 menit untuk sampai di menara eiffel. Selama perjalanan, Fera sangat mengagumi keindahan Kota Paris. Banyak bangunan - bangunan kuno yang masih kokoh berdiri. Ditambah dengan aktivitas orang sekitar yang tak banyak menghasilkan polusi.

"Okay, sampai. Kita tinggal jalan bentar ke situ." Ucap Firza saat selesai memarkirkan mobil.

Fera pun turun dengan tergesa - gesa. Tak sabar ingin melihat keindahan menara eiffel dari dekat.

"Sayang ayok! Buruan!" Ucap Fera sambil terus berjalan.

Saking senangnya, pandangan saat ia berjalan pun selalu menuju ke menara eiffel. Ia tak menghiraukan Firza yang berjarak jauh dibelakangnya. Dan ia juga tak menghiraukan orang yang berlalu lalang didepannya.

Karena hal itu pula, Fera menabrak seorang pasangan yang sepertinya ingin jalan - jalan juga.

"Aduh, maaf. Gak sengaja." Ucap Fera dengan refleks menggunakan Bahasa Indonesia.

"Eh, iya, gak papa. Orang Indonesia ya?" Tanya perempuan yang Fera tabrak tadi.

"Eh iya."

Fera dan perempuan tadi saling menatap. Seperti ada keanehan disini. Fera merasa, bahwa ia pernah melihat muka - muka seperti ini di tempat lain. Dan saat menatap pasangannya pun, Fera tak asing juga dengan mukanya.

Fera berpikir keras, sebelum akhirnya ia teringat satu nama saudaranya. "Ini Tante Flo kan ya?" Tanya Fera ragu - ragu.

"Iya. Lha ini? Farah kan ya?"

"Bukan Tante. Ini Fera, kakaknya."

Flo menepuk keningnya, sadar bahwa dirinya perlahan semakin pelupa.

"Oh iya, Tante lupa. Maaf ya."

"Iya gak papa Tante."

"Fera ke Paris sama siapa? Terus keadaan Mamahmu gimana?"

My Lecturer Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang