BAB 11

5.7K 164 15
                                    

Di pagi pagi seperti ini. Farah sangat kesal. Karena sudah ada yang mengganggu tidur nyenyaknya. Ia pun berjalan menuju pintu rumahnya. Membukakannya dan berharap itu adalah pembantunya yang selama ini belum juga kembali. Namun, setelah dibuka, sepertinya Farah mendapatkan zonk karena ternyata yang datang adalah Faiz.

"Ngapain pagi - pagi kesini?" Tanya Farah sesaat setelah ia menguap.

Faiz mengamati Farah dengan sedikit kerut di keningnya. "Lo pasti baru bangun tidur?" Tanya Faiz balik.

Farah mengangguk, "iya, kenapa?"

"Tapi lo udah packing kan buat hari ini?"

"Packing?"

"Iya, kan lo mau ke Singapura."

"Duh, ke Singapura-nya bisa ditunda dulu nggak sih?!"

"Nggak! Udah buruan, gue tungguin nih."

Akhirnya, dengan terpaksa, Farah pun bangkit dari tidurnya dan bersiap. Tak butuh waktu lama bagi dirinya untuk bersiap karena ia hanya membawa barang seadanya.

"Udah?" Tanya Faiz memastikan.

Farah mengangguk malas, "iya, udah."

Faiz pun membawakan barang - barang Farah dan memasukkannya ke dalam bagasi. Walapun barangnya tak begitu banyak.

"Lo yakin bawa segini doang?" Tanya Faiz.

"Iya!" Jawab Farah sambil masuk ke dalam mobil Faiz.

Faiz pun mengendarakan mobilnya menuju bandara. Sesampainya di bandara, Faiz juga-lah yang menurunkan barang - barang Farah.

"Rah, knp sih? Badmood? Atau kenapa?" Tanya Faiz.

Farah pun melirik Faiz dengan raut muka tak senang. "Dah tau kenapa nanya."

"Jam terbang lo kayaknya nggak ada tunda - tundaan deh."

"Bagus malah." Balas Farah malas.

Beberapa menit setelah mereka sampai. Terdengar sebuah pengumuman yang menyatakan bahwa keberangkatan ke Singapura akan segera diberangkatkan. Penumpang yang akan pergi pun telah diizinkan untuk masuk ke dalam pesawat.

"Rah, gue bantuin bawa barang lo yak!" Ucap Faiz.

"Nggak perlu! Gue bukan ras lemah! Lo balik aja sanah ke kampus." Ucap Farah sembari mengambil barang - barangnya dan beranjak pergi.

Farah pun pergi tanpa berpamitan kepada Faiz. Entah sejak kapan dirinya mulai agak badmood jika bertemu Faiz. Mungkin karena dirinya tak dibelikan tiket ke Paris.

Setelah pengecekan boarding pass, Farah pun masuk ke dalam pesawat dan duduk di kursi yang telah dipesankan Faiz. Farah duduk di sebelah jendela persis. Selama perjalanan, Farah pun hanya memandang putihnya awan dan birunya langit dengan tatapan kosong.

Perjalanan tak sampai membuat Farah lelah. Karena Indonesia dengan Singapura tak terlalu jauh jika ditempuh dengan pesawat terbang. Sesampainya di salah satu bandara yang ada di Singapura. Farah pun mulai merasa kebingungan.

"Tuh kan, bangke banget tuh orang! Sengaja buat gue kek orang ilang atau gimana?!" Gumam Farah.

Baru beberapa langkah ia akan keluar dari bandara itu. Namun, seseorang menepuk pundaknya. Farah pun menoleh kebelakang dan melihat siapa orang itu.

Sesosok laki laki tinggi dengan postur tubuh yang lumayan besar. Kulitnya putih tetapi bukanlah putih pucat. Rambutnya ditata sangat rapih. Ditambah dengan jas hitam yang melekat ditubuhnya.

My Lecturer Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang