14. Ketakutan yang menjadi Kenyataan

483 77 38
                                    


" Mommy ... " Teriakan Hanna menggema seantero ruang tamu rumah mereka yang tengah sepi, Hanna yang sedari tadi tengah bermain dokter-dokteran dengan boneka dan juga peralatan kedokteran mainan itu terperanjat saat mendengar suara pintu yang terbuka lebar dengan cepat ia berlari menghampiri suara yang sudah ditunggunya sedari tadi, disana Sulli dan Veronica berdiri dengan seorang pria tampan yang ada disampingnya. Pria itu tak lain dan tak bukan adalah Jamie, suami Veronica sendiri.

Sulli menyambut hangat pelukan anaknya yang berlari kearanya, Jamie dan Vero tersenyum melihat interaksi mereka berdua, kalau sudah seperti ini ia tak akan takut lagi meninggalkan Hanna, ia sudah mempercayakan semua nya pada Sulli, ia yakin wanita itu bisa menuruti semua permintaannya.

" Mommy sudah minta izin pada Daddy, aku kan mau menginap dirumah Daddy Jamie " Tanyanya. Sulli tersenyum hangat lalu menggeleng, niatnya ia akan mengatakannya setelah dirinya pulang dari sarapan bersama Vero, ia melepaskan pelukan Hanna dan berjongkok dihadapannya.

" Apa Daddy mu masih sibuk? " Tanyanya karena sedari tadi ia sama sekali tak melihat Minho hilir mudik disini, apa sedari tadi ia masih sibuk dengan laptop dan berkas-berkasnya?

" Ya, Mommy tidak lihat kalau sedari tadi aku main sendiri. Grandma dan Grandpa sedang pergi belanja dan belum kembali sedari tadi " Melihat anaknya merajuk Sulli terkikik pelan, ia bangkit dari posisinya dan menatap Veronica.

" Hanna tunggu disini, Mommy akan bicara dengan Daddy. Kak, duduklah lebih dulu, aku akan membuatkan minum " Ucapnya pada Vero , ia hanya menatap wanita itu karena matanya tak berani lama-lama menatap suaminya yang pandangannya terlalu intens. Tadi, saat mereka sedang makan pria itu menyusul untuk menjemput istrinya, sebenarnya Sulli tak enak hati dengannya, walau bagaimana pun Vero kan pergi bersamanya walaupun itu atas usul, pria itu marah karena Veronica berpergian jauh dengan menggunakan mobil disaat sedang hamil. Tapi dengan sedikit rayuan dan bujukan akhirnya pria itu menyerah dengan mengecup keningnya, apakah Minho akan seperti itu juga? Bisakah ia merayu Minho, mendengarnya saja membuatnya bergidik. Ia tak pernah bermanja-manja dengan pria manapun, pacaran saja tidak pernah? Apalagi membujuk. Huh.

" Tidak usah Sulli, temui saja Minho. Kami akan menunggu " Itu suara suaminya. Sulli mengangguk lalu berbalik kearah dapur, mungkin sebuah kopi bisa membuat pikiran prianya itu lebih rileks. Sedangkan pria tampan itu duduk disalah satu bagian sofa yang letaknya dipaling ujung, ia melihat ponselnya melihat beberapa panggilan yang masuk, padahal sekarang hari libur bisa-bisanya sekertarisnya itu menelfonnya.

" Mommy, bantu aku bereskan baju yah " Pintanya pada Veronica, wanita cantik itu mengangguk menyamai langkahnya dengan Sulli. Sesampainya dilantai atas mereka masuk kekamar Hanna, Veronica mengambil koper kecil yang ada disamping lemarinya, dan sesekali Hanna tertawa karena Ibunya itu menggodanya tentang Sulli.






Sulli mengetuk pintu kamar Minho dengan secangkir kopi dan Pancake yang tadi dibelinya, ia membawa baki kecil sambil terus mengetuk pintunya. Tak lama seorang pria tampan keluar dengan pakaian santainya. Sulli menatap Minho yang terlihat lebih santai dengan kaus press body berwarna hitam yang begitu pas ditubuhnya, sejenak ia menelan ludahnya melihat pemandangan menggiurkan dihadapannya, dada bidangnya, tubuh tegapnya, kenapa tubuh Minho itu pelukable sekali. Wajahnya memerah menahan malu karena berpikiran yang tidak-tidak, Minho bersedekap melihat Sulli yang tengah mematung didepan pintu kamarnya.

" Kamu mau berdiri disitu saja? Ayo masuk " Ucapnya dengan nada datar seperti biasanya. Sulli menghela nafasnya bisa-bisanya ia berpikiran kotor pada Minho. Mereka kan belum menikah?

" Aku mengantarkan kopi untukmu Mas " Sahutnya pelan. Kamar Minho begitu besar, ada sofa dan televisi dengan layar tiga puluh inci, ranjangnya hanya disekat dengan dinding kayu yang memisahkannya dengan ruang kerja miliknya. Minho duduk disofa, Sulli menaruh baki yang berisi secangkir kopi dan pancake yang dibawanya ke meja yang ada dihadapannya. Berduaan, dikamar seorang Choi Minho, bisa ia dengar detak jantungnya berdegup keras bersahutan dengan jam dinding yang jarumnya bergerak. Sulli semakin gugup, ia harus menepati janjinya pada Hanna yaitu meminta izin pada Minho, walaupun ia yakin pria itu akan mengizinkannya dirinya juga tak enak kalau membiarkan Hanna pergi menginap begitu saja, lagipula ia kan belum resmi menjadi Ibunya, Minho masih ayah sahnya , lebih baik bicara lebih dulu daripada tidak sama sekali dan membuat pria itu marah.

Love by Accident✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang