Love by Accident✔

10. Kenangan Terindah

" Loh! Kamu sudah pulang Hun? " Pertanyaan dari Ibunya membuat anak tengah itu mengangguk, pria itu duduk saja didepan meja makan sambil meraih Chicken Wings dengan garpu miliknya. Ibunya memukul bahunya membuat Ayam itu jatuh tepat diatas pahanya, Sehun merengut sambil menatap Ibunya itu dengan kesal, setelah kelaparan seharian dan sekarang ia malah dilarang makan, malang sekali nasibnya.

" Dimana Kakak? "

" Sedang mengantar Sulli, kamu ini kalau diajak bicara ya jawab "

" Aku sudah menjawabnya Mom, harus kuapakan lagi perutku ini yang sudah berteriak kelaparan " Hanna menggelengkan kepalanya pada Pamannya, ada-ada saja sikap nya. Sehun itu berkali-kali lipat lebih manja dibandingkan Bibi cantiknya.

" Cuci tanganmu "Perintahnya. Sehun mengangguk dengan patuh sambil melotot pada keponakannya yang sedang terkikik geli.

" Grandma, Uncle Hun juga belum berdoa "

" Ya, memang anak ini perlu dididik lagi. Hanna tolong ajarkan Pamanmu cara makan yang benar " Hanna mengangguk mantap. Gadis kecil itu menaruh sendok dan garpu miliknya didalam piring. Matanya menatap Sehun dengan mantap.

" Uncle, pertama-tama harus cuci tangan lalu berdoa, terus... "

" Okay Hanna cukup, Uncle bukan anak kecil lagi Oke? " Sebenarnya tak seharusnya ia marah pada Hanna hanya karena Ayahnya. Hanna kan tidak salah, lihatlah wajahnya yang merengut kesal. Gadis cantik itu turun dari meja membuat Sehun iba, sejujurnya ia kurang respect dengan yang namanya anak kecil. Tapi dirumah ini ada Hanna, dengan tingkahnya yang kadang menyebalkan dan jahilnya ia malah menyukainya. Sebelum ia berhasil meraih tubuh gadis itu Ibunya menahannya dan menghela nafas dihadapannya.

" Lanjutkan makanmu, Mommy akan membujuk Hanna " Ia mengangguk pasrah, ia merasa lega karena disini tidak ada kakaknya, tidak bisa dibayangkan bagaimana kakaknya itu akan mengamuk karena membuat anaknya kesal dan tidak menghabiskan makannya itu. Sehun membalik piringnya, pria tampan berkulit putih seperti Ibunya itu mulai menyendokkan beberapa nasi dan lauk dipiringnya. Ia menatap kepergian Ibunya sambil menghela nafas, ia harap kakaknya pulang setelah kekesalan Hanna mereda, jujur saja ia belum pernah menenangkan gadis kecil yang sedang merajuk. Dari pada memikirkannya lebih lanjut lebih baik ia makan dan mengisi perutnya, setelah ini ada beberapa email yang harus dikerjakan olehnya lagi.

" Grandma " Sahut Hanna pelan saat Neneknya itu mengikutinya masuk kedalam kamarnya. Ruang kamar itu sudah dibiarkan gelap dan hanya lampu tidur saja yang masih menyala. Hanna mengubah posisinya menjadi duduk, ia menatap neneknya yang duduk dipinggir ranjang sambil mengelus rambut panjangnya. Hanna mirip sekali dengan Veronica, tidak ada copyan anaknya sama sekali, walaupun begitu ia tetap menyayanginya seperti apapun rupa wajahnya.

" Kamu yakin berani tidur sendiri? " Hanya menjawab pertanyaan neneknya dengan anggukan. Bukankah malam-malam biasanya ia memang tidur seorang diri , kenapa neneknya begitu cemas sekali.

" Aku kan sudah mandiri, Daddy juga biasanya akan meninggalkanku setelah aku siap untuk tidur " Ucapnya dengan bangga. Wanita paruh baya itu terkekeh pelan, dikecupnya kening cucunya dengan sayang. Beruntung sekali Minho karena Hanna tidak rewel meminta pulang ke mantan istrinya kalau seperti itu ia yakin anaknya akan setres karena jauh dari Hanna.

" Bukan seperti itu sayang, kamu kan sudah menyetujui Ayahmu menikah lagi dengan Sulli, jadi kamu pasti .. "

" Aku tidak masalah Grandma, Mommy Sulli itu punya stok kasih sayang yang begitu banyak untukku, dia pasti tidak akan menelantarkanku " Sahutnya dengan riang. Neneknya mengangguk mengiyakan ucapan cucunya. Ia rasa juga begitu, Sulli itu terlihat masih polos,wajahnya gampang memerah hanya karena hal-hal kecil. Minho pasti lebih beruntung dari siapapun, ia berani bertaruh, pasti Sulli belum pernah memiliki pacar.