stay 31

119 7 1
                                    

Rindu...
Kamu curang! Bagaimana mungkin setiap harinya terus saja bertambah? Sedangkan rindu kemarin saja aku masih belum mampu mengobatinya.


             From: Dara adiba

------

Di setiap masa, nampaknya selalu ada saat yang tak mudah untuk berbicara.
Tapi, tidak gampang pula untuk diam.
Kita tak tau pasti bagaimana persisnya sebuah kata akan diberi harga, dan apakah sebuah isyarat akan sampai. Di luar pintu, pada saat seperti ini hanyalah mendung, atau hujan, atau juga kebisuan, dan mungkin juga ketidak acuhan. Semuanya teka-teki.

Sebab hujan adalah isyarat dari kata yang masih rahasia. Teka-teki!

Sore ini, tepat 730 hari kau pergi. Harusnya aku mengadakan ritual tahunan sekarang. Berharap kau yang menghilang akan ada dihadapan.

Senjaku kali ini tertutup awan. Keadaannya masih terasa sama seperti 2 tahun lalu. Aku berdiri di balkon kamarku. Melihat luasnya kota dengan bisu. Kali ini aku hanya diam tapi tak juga menangis. Jangan tanya mengapa aku menjelaskannya.. karna biasanya kalianpun tau jika aku sedang memikirkan rendy pastilah aku akan menangis dalam diam. Sudah seharusnya mungkin.

Perlahan rintikan gerimis menyambut senja sore ini. Aku menghayati setiap melodi yang tercipta dari turunnya gerimis sore ini. Seakan-akan rasa benci itu menyeruak menjadi kerinduan. Rendy adalah kenangan bersama gerimis. Mana mungkin aku lupa, jika hampir setiap hari dia datang menyapa.

Aku memejamkan mata, membuka telapak tanganku dan mengadahkannya pada rintikan itu. Sejuk, dan damai itulah yang aku rasakan.

Aku merindukanmu Gerimis.

Aku rindu bermain bersamamu, hal yang paling aku kasihi. Tak lama, gerimisnya berhenti. Seakan mengerti jika rinduku sedikit dapat di toleri. Aku mendengus kesal, mengapa ia tak bisa datang lebih lama.

Drt.. drt..

1 notif pesan dari Vino

'Ra.. cafe kuy! Dari pada jenuh liatin gerimis di balkon sambil bayangin mantan. Mending sekarang ke cafe biasa'

Hah.. Vino saja sudah faham dengan semuanya. Aku memutuskan untuk ikut dengannya. Benar, aku jenuh sekarang.

To: Vinogeb
                       'Jemput'

Aku menamainya seperti itu karna memang nyatanya. Meskipun tak terlalu bego. Pernah dia melihatnya tapi, malah tak perduli. Terlihat sekali begonya..

Aku masuk kedalam kamar. Mengganti pakaianku dengan jeans hitam dan kaos putih polos. Aku masukkan beberapa lembar uang kertas dan ponselku dalam slimbag pink miliku. Aku tata kembali rambutku.

Aku sudah tidak berponi sekarang. Rambutku sedikit lebih panjang. Tak lama aku mendengar suara mobil didepan rumah. Aku segera pamit dengan bunda dan menemui Vino.

"Lama bener lo ra. Dandan apa nyalon?"
Vino menatapku sinis

"Sirik bae lo Vin. Cewe sama cowo beda kali" aku balas menatapnya

"Ya elah Dara.. lo ngga usah dandan juga udah dari oroknya cantik ya cantik. Jangan sampe kecantikan lo melebihi tingkat kewajaran ra, bisa-bisa jatuh cinta gue sama lo" timpal vino

"Paan sih lo. Gajelas lah"

"Hahaha.. calm down ra. Becanda gue" vino tertawa melihatku

"Berangkat sekarang vino"
Ucapku sambil menyubit lengan vino. Vino yang kesakitan hanya meringis dan mengacungkan kedua jari membentuk huruf V.

-----

Sesampainya di cafe Vino sempat berbicara dengan official disana. Sepertinya vino kenal baik. Ini memang salah satu cafe faforitku tapi aku baru melihat orang itu sekarang. Tak lama vino datang dan duduk didepanku. Kami sudah memesan cofe kesukaan kami masing-masing.

"Ra.. tadi gue ketemu sama om gue. Dia minta gue buat nyanyi disini. Dia kira gue bisa nyanyi mungkin, padahal sih nyatanya 0 besar. Tapi, lo bisa kan ra?" Tanya vino padaku

"Em.. nggak vin. Gue nggak bisa"

"Nggak bisa kenapa ra?"

"Suara gue jelek. Gue juga nggak bisa apa-apa" alibi ku pada vino

Vino mendengar ucapanku tertawa.
"Lo bohongin gue ra? Nggak bisa lah. Jelas-jelas dulu pas SMA lo itu nyanyi merdu banget pas mapel seni budaya" timpal vino

Ah.. aku lupa. Saat itu Vino ada di depan kelas bersama Rendy dan yang lainnya.

"Kata bunda lo sih katanya lo juga bisa main gitar ra"

"Gue takut nggak bagus vin. Ntar malah pelanggannya pada kabur lagi"

"Ya ampun dara..
Nggak bakal kaya gitu lah. Plis ra" vino memasang wajah memelas

"Ih.. jijik gue liatnya. Ya udah lah.. oke" kataku sambil meenatap vino

"Ya udah sana langsung aja cek sound dulu sendiri"

Aku berlalu, meninggalkan mejaku dan menuju tempat yang sudah disediakan. Memang cafe ini terbilang cukup menyenangkan. Dibagian depan cafe terdapat panggung mini yag biasa digunakan untuk orang-orang yang ingin menyumbangkan lagu, puisi, atau yang lainnya. Lengkap dengan lampu-lampu berwarna jingga disetiap sudutnya menambah kesan hangat dan damai.


Tbc

------
Assalamualaikum..

Welcome to my story.
Chapt 31 yaks. Semoga tetap menghibur dan fell nya nyampe ke pembaca. See you to my next Chapter and don't forget to vote and comment guys.

Wassalamualaikum




StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang