*DELAPAN BELAS*

54 5 0
                                    

Aku tau kamu cemburu, tapi tak usah sampai tak peduli seperti itu. Lebih baik kamu hina aku, dari pada kamu mendiamkanku.

                         Luvhita Queendza

                           *****

"Sekolah yang bener lo Wa. Awas nackal kaya gue." Ucap Dirga pada Zahwa yang pagi ini di antarkan olehnya ke sekolah. Kebetulan sekolah Zahwa masih satu yayasan dengan Luvhita dan Dirga.

"Okey Abangcuu. Salim dulu biar kaya anak bener." Zahwa menyalami tangan Dirga dan Luvhita secara bergantian. Layaknya anak yang pamit sekolah pada orang tuanya.

"Lo sariawan Yang?." Tanya Dirga pada Luvhita yang sedari tadi bungkam. Entah apa yang terjadi padanya.

"Masa kata Zahwa, tunangannya Dara mirip banget sama lo."

Dirga berusaha bersikap biasa saja mendengar perkataan Luvhita. Walau sebenarnya ia cukup shock, takut terjadi hal yang tak di inginkan.

"Mirip kan belum tentu gue, sayang. Lagian mana mungkin gue tunangan sama orang lain sedangkan gue punya lo. Mending gue nglamar lo yang jelas-jelas mau sama gue."

Maafin gue, gue bohongin lo entah untuk keberapa kalinya.

"Gue mau sama lo juga kepaksa." Canda Luvhita, menampilkan senyum manisnya. Membuat hati Dirga sedikit lega.

"Kalo mau pergi, pamit dulu ya. Jangan tiba-tiba ngilang, gue ngga suka. Kalo lo bilang dulu kan gue jadi punya persiapan."

"Ngomong apa deh lo, Yang. Ngga ngerti gue."

"Ngga tau, pengen aja ngomong gitu. Ya siapa tau lo mau pergi, kan gue ngga tau."

"Gue ngga pergi kemana-mana kok."

"Oh iya! Gue pengen nanya hal ini sedari lama. Lo kok bisa kenal Tante Fida? Trus dia panggil lo Gaga."

"Hah? Eum.. Udah sampe. Yuk turun, gue anterin sampe kelas." Dirga bernafas lega karena saat Luvhita mengajukan pertanyaannya, bersamaan dengan mobilnya yang telah sampai di parkiran sekolah.

                         *****

"Luvhita, kamu di panggil Bu Indira ke aula." Luvhita mengerutkan keningnya mendengar perkataan Bella, si kutu buku yang pendiam di angkatannya. Karena ia rasa ia tak membuat masalah apa pun. Jadi untuk apa Bu Indira memanggilnya ke aula?

"Emang....
Elah, tuh bocah main ngilang aja." Luvhita mencebikkan bibirnya melihat Bella sudah tak ada di hadapannya. Sebenarnya ini masih jam pelajaran, dan tadi Luvhita izin ke kamar mandi. Tapi saat menyusuri koridor untuk sampai kelasnya, ia bertemu Bella.

Luvhita membuka pintu aula dengan perlahan dan menampilkan ruangan luas yang gelap. Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Tapi ia merasa kakinya menginjak sesuatu dan begitu melihat ke bawah, Luvhita langsung mundur beberapa langkah. Ia tak menyangka melihat banyak potongan tubuh barbie berlumuran cairan merah di bawahnya. Batang yang beberapa kali menerornya.

Braaakk.

Ceklek.

Pintu aula terkunci dari luar dan Luvhita hanya bisa berlari menuju pintu itu. Mengetuknya beberapa kali dan berteriak sekeras yang ia bisa.

"TOLOOONG! SIAPA PUN DI LUAR TOLONG GUE!." Tapi nyatanya usaha Luvhita sia - sia. Tak ada tanda - tanda kehadiran orang. Dan ia baru ingat bahwa aula sekolahnya berada di gedung belakang. Sedangkan ruang kelas ada di gedung depan.

"TOLOOONG! Gue benci gelap, hiks.. gue takut." Air mata Luvhita berderai. Ia takut dengan gelap sedari kecil. Kini ia tak tau harus bagaimana. Hpnya tertinggal di laci mejanya, padahal biasanya ia hpnya selalu berada di saku. Malang sekali nasibnya kini.

MY FREAK BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang