*DUA PULUH LIMA*

47 4 0
                                    

"Aaaaaaa."

Dirga menghentikan langkahnya dan menyapukan pandangannya ke sekeliling. Telinganya jelas sekali mendengar suara teriakan perempuan. Dan entah kenapa ia jadi jadi merinding. Apa iya itu suara tante kunti penghuni sekolah? Tapi ini masih pagi, bel istirahat saja belum berbunyi. Lalu siapa? Dirga sih samar-samar mendengar suara itu jadi arah lorong loker siswa.

Dirga menyipitkan matanya begitu melihat seorang gadis yang kini tak jauh darinya tengah jongkok dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya. Jangan-jangan itu bukan manusia terus begitu Dirga mendekat ia membuka tangannya dan ternyata..........

Oke Dirga, mari berfikir positif.

"Hey." Dirga menyentuh bahu gadis itu yang membuatnya terkejut karena gadis tersebut langsung berdiri dan menunduk. Tapi sepertinya ia mengenali gadis itu.

Dirga mendongakkan dagu gadis itu agar menatapnya. "Lo kenapa Tan?" Bukannya menjawab, Luvhita malah menatap mata teduh Dirga. Entah dorongan dari mana ia ingin sekali memeluk lelaki di depannya untuk sekedar mencari ketenangan. Tapi ia segera menggeleng, karena ia tak mungkin melakukan itu.

"Hey, kok malah bengong sih?" Luvhita mengerjapkan matanya, baru tersadar dari lamunannya.

"Gue ngga papa kok." Alibi Luvhita.

"Ngga percaya."

"Gue ngga suruh lo buat percaya kok. Jadi ngga perlu repot-repot."

"Lo kenapa ada di sini? Mau ambil barang di loker? Emang lo ngga lagi pelajaran?"

"Kepo!" Sinis Luvhita.

"Kepo is care, Tan. Eh, tapi lo ngapain tadi jongkok sambil nutup muka? Ngga mungkin lo lagi boker kan?" Luvhita terdiam, tiba-tiba saja ia bingung akan menjawab apa. Tapi sebelum Luvhita menjawab, Dirga membuka loker Luvhita tanpa persetujuan.

"Lo apaan sih!" Luvhita segera menutup kembali lokernya dengan cepat, hingga hampir saja tangan Dirga terjepit. Padahal tadinya Dirga akan mengambil kotak pink cantik yang ada di loker Luvhita, tapi di gagalkan oleh Luvhita.

"Itu kotak apaan deh?"

"Kepo lu dugong!" Cibir Luvhita yang segera berlalu dari hadapan Dirga yang masih penasaran apa penyebab Luvhita jongkok dengan kedua tangan menutupi wajah dan penasaran apa isi kotak itu.

Ah, paling dari pens. Namanya aja primadona sekolah. - Pikir Dirga.

                          *****

Semilir angin menerbangkan rambut Luvhita yang tergerai. Membuat kesan ayu pada dirinya. Kini Luvhita hanya melamun di taman belakang sekolah seorang diri. Entah apa yang membuatnya ingin menyendiri. Mungkin karena masalah yang baru-baru ini menimpanya. Ya, belum juga hatinya sembuh, teror itu datang kembali setelah Luvhita melupakannya.

Luvhita sempat menduga-duga siapa si peneror itu. Mulai dari orang terdekatnya bahkan orang yang tak di sangka-sangka. Tapi tetap saja ia tak tau pasti siapa peneror itu.

Kalau masalah hati dan perasaan, kini Luvhita tak mau pusing-pusing memikirkannya walau ia ingin sekali mengulang kisah yang telah usai. Ia ingin merasa di cintai dan di jaga. Ia ingin dia yang tak lagi tergapai. Sungguh, rasa itu masih tersimpan rapi di tempatnya sampai sesuatu benar-benar bisa mengusir rasa itu. Luvhita tak mau pindah dan beradaptasi ke hati yang lain. Ia hanya ingin hati yang pernah ia singgahi, hati yang sudah ia tau dimana titik nyamannya.

"Makan." Luvhita tersentak kaget dengan kotak makan yang tiba-tiba ada di pangkuannya. Luvhita menoleh, dan mendapati orang di sebelahnya yang menatap lurus ke depan. Seolah menerawang sesuatu.

MY FREAK BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang