*DUA PULUH DELAPAN*

41 3 0
                                    

Beberapa hari berlalu, dan beberapa hari pula Luvhita tampak pendiam dan tak bersemangat. Entah apa yang membuatnya seperti itu. Yang jelas teman-temannya jadi khawatir dengan keadaan Luvhita yang sekarang ini. Setiap di tanya perihal dirinya menjadi pendiam, Luvhita hanya tertawa kecil dan menjawab dirinya sedang sariawan. Tapi tentu saja teman-temannya tak percaya begitu saja. Pasalnya beberapa hari pula Dirga absen sekolah. Dan alasannya adalah acara keluarga bersama keluarga Dara.

Seperti sekarang misalnya. Saat yang lain asik bercanda dan memakan pesanannya, Luvhita hanya memejamkan matanya di lipatan tangan. Entah ia memang ingin tidur atau hanya tak mau ikut campur dengan candaan temannya. Padahal biasanya Luvhita akan heboh sendiri.

"Vhit, kita ke UKS aja ya? Lo kaya ngga enak badan gitu deh." Ajak Shonia yang khawatir Luvhita kenapa-napa.

Luvhita mendongak dan menegakkan badannya. "Ngga usah. Gue ngga papa." Walau pun Luvhita tersenyum tipis, tapi teman-temannya tau bahwa itu senyum yang di paksakan.

"Lo kenapa sih Vhit? Beberapa hari ini lo kaya kehilangan ginjal gitu deh. Ngga ada semangat hidup." Shonia menyikut Ken karena takut Luvhita yang galau jadi tersinggung. Tapi yang ada Luvhita malah terkekeh.

"Ginjal gue masih utuh. Tinggal makan aja ah, ngga usah pikirin gue."

"Ngga di pikirin gimana sih Beb. Keadaan lo itu ngga bisa di bilang baik-baik aja." Sangkal Bayu.

"Orang detak jantung, tekanan darah, kolesterol, sama suhu tubuh gue normal kok."

"Tapi lo juga pucet tau Vhit." Tambah Ayana.

"Ah, itu sih karena gue kurang piknik." Semuanya kecuali Luvhita, menghela nafas. Memancing Luvhita untuk jujur dan bercerita memang susah. Karena nyatanya Luvhita ini memang pandai menjawab.

"Soal Dirga sama Dara?" Pertanyaan Aksa itu membuat Luvhita langsung diam seribu bahasa. Sepertinya pertanyaan itu memang tepat sasaran.   Dan tanpa bertanya lagi, teman-temannya tau apa yang membuat Luvhita menjadi pendiam dan tak bersemangat.

"Emang apa yang lo pikirin? Lo tuh harus bahagia Vhit. Dan mungkin kebahagiaan lo sama orang lain." Ucap Ayana dengan lembut, karena tak mau membuat Luvhita tersinggung.

"Lo mah cantik Vhit, sekali lirik dua pulau terlampaui."

Bayu menjitak kepala Ken yang membuat Ken meringis. "Lo kira Luvhita lagi dayung perahu? Begini nih kalo yang lo pelajarin cuma bedah-bedah makhluk hidup. Otak lo jadi perlu di bedah juga."

"Lo terlalu sibuk sama satu orang, sampe lo ngga sadar ada hati yang siap di singgahi sama lo." Semua yang mendengar ucapan Aksa mengerutkan keningnya bingung. Kenapa Aksa berbicara seolah.....

"Maksudnya lo?" Tanya Ayana yang mewakili semua temannya. Karena nyatanya mereka berpikiran hal yang sama. Bahkan Luvhita sampai menatap Aksa tak percaya.

"Ya engga lah. Itu kan perumpamaan doang. Makanya kalo pelajaran bahasa Indonesia jangan pada molor."

"Lo bikin gue deg-degan." Luvhita membuang nafas kasar, membuat Aksa tersenyum tipis.

"Oke kawan-kawanku yang budiman. Kita kembali lagi ke saudari Luvhita. Apa yang membuat anda gelisah, galau dan merana?" Luvhita pikir mereka tak akan membahas dirinya. Tapi Bayu malah memulainya lagi. Membuat tatapan teman-temannya tertuju padanya.

"Vhit, kalo ada apa-apa cerita aja ke kita. Kita ini kan udah kaya saudara. Apa yang lo rasain, pasti kita rasain juga. Liat lo beberapa hari ini diem aja juga buat kita sedih." Shonia menatap Luvhita dengan serius, membuat Luvhita sadar seharusnya ia tak begini. Karena ia malah membuat teman-temannya khawatir.

MY FREAK BADBOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang