Mobil memasuki parkiran jajaran ruko, Rossi adalah salah satu ruko yang tak terurus dan nampak kosong dari luar. Dentuman musik terdengar dari lantai 3, ketika turun dari mobil Ario melihat deretan manusia di pagar besi balkon lantai 3. Di pintu masuk Rossi sudah ramai berjejal orang yang ingin masuk, beberapa puluh orang lainnya memenuhi tempat parkir. Mereka duduk-duduk-duduk bergerombol, mereka berbicara, tertawa, dan mabuk. Tapi mereka menikmatinya, beberapa laki-laki berambut panjang memakai celana jeans kumal yang sudah sobek di bagian dengkul sedang bercanda seraya menepuk pundak lawan bicara mereka. sangat akrab, dan Ario suka suasana seperti ini.
"Lo manggung jam berapa?" tanya Ario saat mebantu menurunkan cymbal milik Genta.
"Katanya sih jam 9." Ario melihat jam tangannya, pukul 8.30 malam.
Masih ada waktu untuk Genta mempersiapkan alat-alat yang ia bawa. Genta memang bukan pemain drum biasa, ia selalu membawa setengah dari drum set-nya saat ingin tampil. Ia merasa tidak nyaman menggunakan drum set yang disediakan panitia, seperti laki-laki yang tidur dengan istri orang bukan istrinya sendiri.
"Anak-anak yang lain udah di dalem, kita lansung masuk aja. Mereka nunggu di lantai 3." Ario, dan Genta berjalan masuk.
Genta membawa sebuah pedal, snare, dan sebuah tom tom. Sedangkan Ario membawa dua buah cymbal yang dibungkus di dalam tas hitam, dan juga sebuah hi hat. Mereka menuju pintu utama Rossi, dan panitia yang berdiri di pintu masuk menghentikan mereka. Genta kemudian menunjukan sebuah free pass yang menggantung di lehernya, sebuah free pass yang bertuliskan namanya sebagai anggota band Ginger.
"Dia kru." Genta menunjuk Ario, akhirnya petugas mengizinkan mereka masuk. Ketika mereka berdua masuk, sebuah band death metal tengah tampil. Pakaian serba hitam, aksesoris berlebihan, dan darah bohongan yang memenuhi wajah menjadi satu dari sekian khas mereka. Genta tidak memperhatikan, karena memang death metal terlalu berlebihan untuknya.
"Mending kita langsung cari yang lain." Ujar Genta setengah teriak, karena memang musik yang bising menutupi suaranya.
"Kayaknya di sebelah sana." Genta menunjuk sebuah sudut ramai, di balik beberapa orang yang terngah berdiri sembari mengangguk-angguk pelan terdapat anggota Ginger yang tengah mempersiapkan peralatan perang masing-masing.
"Nah itu anak-anak." Genta menunjuk ke segerombolan orang yang sedang duduk di bagian pojok depan panggung. Mereka melambaikan tangan saat Genta melihat mereka.
Genta, dan Ario menghampiri mereka. "Lama banget lo, kita udah nungguin dari tadi juga." Pria berambut panjang sebahu berdiri menyambut mereka.
"Iya sorry. Gue sama Ario tadi ada urusan sekolah dikit." Genta melirik Ario, ia membalas lirikan itu dengan senyuman aneh. Beberapa dari mereka berdiri, menyalami Ario. Ario mengenal personil Ginger, Genta beberapa kali mengajaknya latihan. Ia mengenal Adri, pemain bass di Ginger. Dimas, vocalis Ginger. Juga Sandi gitaris Ginger, namun ia baru berkenalan dengan Billy belakangan. posisi Billy adalah sebagai lead gitar, ia memang agak sibuk. Karena ia juga seorang guru gitar di sebuah sekolah musik, kemampuannya bermain gitar memang sudah tidak bisa diragukan lagi. Hal itu juga yang membuatnya jarang berkumpul dengan personil yang lain. Tapi mereka tetap menjaga kekompakan mereka sebagai sebuah band. Selain personil, beberapa teman dari masing-masing personil juga datang. Merekalah yang kemudian ikut menyalami Ario, Ario tidak bisa menghafal wajah-wajah baru. lagi pula siapa yang bisa?
Hal yang terpenting adalah mereka sudah beberapa kali bertemu, walaupun wajah-wajah mereka masih agak buram ketika diingat. Setelah bersalaman mereka kembali duduk, begitu juga Ario dan Genta.

YOU ARE READING
Memento
Misterio / SuspensoHalo, Readers! Memento adalah cerita baru yang akan admin share ke kalian semuan di wattpad @kisahhorror, semoga kalian suka, dan kalo suka jangan lupa like, vote, comment, dan share ya. Sinopsis: Semenjak kematian adiknya, Arlene, Ario dan orang tu...