Ario tengah bergumul dengan tugas Geografi yang mestinya ia kerjakan semalam, sayangnya ia sudah keburu lelah. Begitu sampai di rumah Ario langsung tertidur lelap dan hampir terlambat keesokan paginya, tidak masalah ia hanya tidur empat jam, selama ia tidak terlambat ke sekolah semuanya masih dalam kendalinya.
Genta mendatangi Ario, ia duduk di meja depan. Matanya menatap tangan Ario yang sudah mirip mesin fotocopy berkecepatan tinggi, ia kemudian beralih ke wajah Ario. "Gak ngerjain PR lagi lo?" tanya Genta, jari-jari tangannya mengetuk permukaan meja.
Ario sekilas menatap Genta dari ekor matanya lalu kembali menatap kertas, "Emang lo udah ngerjain?"
Genta menarik bibir tipisnya, "Belum, tapi gue gak peduli amat sih."
"Setidaknya gue masih lebih bertanggung jawab dari elo, biarpun gak ngerjain di rumah tapi gue masih pantang menyerah. Jangan liat prosesnya, tapi liat hasilnya." Ujar Ario.
"Gaya, lo." Genta menyenggol lengan Ario.
"Eh, mau nolongin gue gak?"
"Nolongin apa dulu, nih?"
Ario berhenti menulis, ia memusatkan perhatiannya kepada Genta.
"Lo ke kosan Sandy pulang nanti dong, ambilin CD demo Ginger. Tadinya gue mau ambil sendiri, tapi nyokap gue ngajak gue ke kondangan ulang tahun sodara nanti." Genta menjelaskan.
"Bisa aja, sih. Gue juga tau kosan Sandy, gak jauh dari arah gue pulang. Nanti gue ke sana deh pulangnya." Ario kembali menulis tetapi lebih lamban dari sebelumnya.
Genta berdiri dan merogoh kantung celana abu-abunya, ia mengeluarkan kunci motornya kemudian menaruhnya di meja Ario. "Pake aja motor gue, dari pada lo naik angkot lama." Pesannya.
Ario mengernyitkan alis, "Lo nanti pulang naik apaan?"
"Nanti juga nyokap gue jemput, kok. Santai aja, lo bawa aja motor gue besok ya."
"Oke."
Genta masih memerhatikan Ario dengan tatapan aneh, lama kelamaan membuat Ario merasa janggal. "Apa?" tukas Ario. "Lo mau ikut ke kantin, gue laper nih. Lo gak laper?"
Ario tertawa singkat lalu menggeleng, "Gue gak laper, lagian tanggung nih nyonteknya belum kelar. Nanti kalo udah gue nyusul, deh."
"Bener nyusul lo, ya. Awas kalo kagak, gue gundulin lo." Ancam Genta sebelum pergi meninggalkan Ario di kelas bersama PR-nya yang belum selesai.
Seperti apa yang telah ia janjikan kepada Genta, selepas sekolah ia memacu sepeda motor Genta menyusuri jalan yang padat menuju tempat kos Sandi. Tempat kos Sandi terdiri dari dua gedung yang saling berhadapan di jalan komplek yang jauh dari keramaian jalan utama dan deretan pohon besar pinggir jalan menjadi payung besar sinar matahari, sungguh sempurna untuk sebuah tempat tinggal. Setidaknya ada sebelas kamar di setiap gedungnya. Pintu setiap kamar terbuat dari kusen kualitas jempolan hingga terlihat kokoh dan menawan karena dipernis rapi. Kamar Sandi berada di gedung pertama, Ario berjalan pelan sembari menenteng helm. Ia mengetuk pintu nomor dua, seseorang menyahut dari dalam menyuruh Ario menunggu sebentar.
Ario sedikit terkejut ketika Sinta yang membukakan pintu, gadis itu mengenakan celana jins pendek dan tank top hitam. Ario agak canggung ketika melihat dua payudara Sinta yang melesak dari dalam tank top-nya, namun ia berusaha untuk tetap terlihat biasa saja.
"Sandinya mana?" tanya Ario.
"Sandi lagi di rumahnya, lo mau ngambil demo ya? Masuk aja?" Sinta mempersilakan Ario untuk masuk, kamar kos Sandi memang lebih besar dari pada kamar kos biasa.

YOU ARE READING
Memento
Tajemnica / ThrillerHalo, Readers! Memento adalah cerita baru yang akan admin share ke kalian semuan di wattpad @kisahhorror, semoga kalian suka, dan kalo suka jangan lupa like, vote, comment, dan share ya. Sinopsis: Semenjak kematian adiknya, Arlene, Ario dan orang tu...