Denting jam di ruang tamu terdengar jelas, Ario mengendap-endap dari kamar menuju pintu depan. Kamar orangtuanya tertutup rapat, Ario memakai jaketnya dan merogoh kantung celananya. Sebuah kunci duplikat menjadi tiket untuk keluar masuk rumah ketika malam, sengaja ia mengunci kamarnya sebelum pergi agar ibunya tidak bisa masuk. Di saat yang sama itu memudahkannya untuk keluar malam semaunya, pintu depan berderit pelan ketika Ario membukanya. Ia menoleh ke belakang, pintu kamar ibunya masih tertutup rapat. Tidak suara apa-apa dari dalam sana, itu artinya keadaan aman.
Ario melesat keluar lalu mengunci pintu dari luar, hanya ada satu mobil di garasi. Tidak ada mobil milik ayahnya, ia berjalan lebih luwes ketika keluar dari pagar. Di tangannya setumpuk CD pesanan Genta sudah siap, di ujung Genta sudah menunggu di dalam mobilnya. Suara musik menghentak dari dalam mobil dan baru berhenti ketika Ario mengetuk kaca mobil, kunci sentral mobil pun terbuka.
"Lama banget lo, tadi gue sampe disamperin satpam. Disangka mau macem-macem gue di komplek lo." Genta kembali menyalakan musik tapi tidak sekeras sebelumnya.
"Sorry, tadi gue nunggu nyokap masuk ke kamar dulu."
"Ini CD-nya." Ario memberikan setumpuk CD itu kepada Genta.
Mata Genta berbinar, "Akhirnya jadi juga nih, setelah perjuangan dua bulan nge-take di studio." Ia membuka salah satu demonya lalu memasukan ke CD player mobilnya. Ia menutup matanya ketika suara gitar mengalun cepat disusul drum yang kompleks. Dari ekspresi yang ditangkap Ario, sahabatnya itu sepertinya menikmati sekali. Entah apa yang ada di dalam kepalanya ketika kedua matanya terpejam.
"Gue suka banget sama lagu ini, bukan karena gue yang bikin, tapi ada sebuah simfoni antara musik dan lirik yang kuat. Gue yakin banget kalo bakal banyak yang suka." Kata Genta penuh semangat setelah membuka matanya.
"Setuju banget," balas Ario, "Sekarang kita cabut"
"Mau ke mana, nih?"
"Ke mana, kek. Yang penting tempatnya asik."
Mobil Genta mulai bergerak dari komplek rumah Ario, di dalam mobil Genta tidak pernah berhenti berdecak kagum atas kerja kerasnya dalam menggarap demo pertama Ginger. Tidak sia-sia tenaga dan uang yang ia keluarkan untuk itu, belum lagi waktu sekolah yang sebagian besar ia habiskan untuk menggodok materi rekaman.
"Kenapa gak ngasih CD-nya besok aja?" tanya Genta sambil menoleh ke arah Ario.
"Gue gak lagi betah di rumah." Jawab Ario singkat.
"Lo mah emang gak pernah betah di rumah." Tukas Genta setengah tertawa.
Ario menarik setengah bibirnya, ucapan Genta yang selalu tepat membuatnya jengkel. "Kita mau ke mana, nih?" tanya Ario yang kemudian dibalas tawa oleh Genta. "Gimana, sih. Elo yang ngajak gue ngabur tapi elo juga yang nanya mau ke mana, harusnya gue yang nanya ke elo."
Ario mengendikkan bahu, "Gue sama sekali gak tau mau ke mana."
Genta mengangguk, "Oke, karena lo gak tau dan gue laper jadi gue putuskan untuk makan nasi bali di deket Ambassador. Di situ lauknya enak banget, murah meriah lagi."
"Terserah lo aja." Ario mengalihkan wajahnya ke jendela, ia terpukau oleh lampu jalanan yang sekilas mirip deretan planet bercahaya terang di galaksi asing berjarak jutaan tahun cahaya dari bumi.
Tempat yang dimaksud Genta adalah sebuah warung tenda pinggir jalan dengan enam meja ukuran empat orang yang dinaungi oleh terpal besar, di bagian depan terdapat etalase besar berisi aneka makanan. Di sana berdiri dua orang yang siap menerima pesanan, di sebelah kanan mereka terdapat sebuah meja kasir sederhana dengan seorang petugas kasir. Sebuah layar putih memancarkan siaran televisi lokal, jika musim sepak bola tiba layar itu akan menyiarkan pertandingan sepak bola.
![](https://img.wattpad.com/cover/120023756-288-k99167.jpg)
YOU ARE READING
Memento
Misterio / SuspensoHalo, Readers! Memento adalah cerita baru yang akan admin share ke kalian semuan di wattpad @kisahhorror, semoga kalian suka, dan kalo suka jangan lupa like, vote, comment, dan share ya. Sinopsis: Semenjak kematian adiknya, Arlene, Ario dan orang tu...