7

12K 1.6K 49
                                    

Selamat membaca!!!

Rani melangkahkan kakinya dengan mengendap-ngendap. Ia bernapas lega saat mobil Yuda tidak ada di depan halaman sedangkan Yorin telah berangkat ke sekolah.

Rani mengunci pintu dan segera melangkahkan kakinya dengan santai. Ia tersenyum dan dengan riang segera mencari angkutan umum. Untuk pertama kalinya seorang Rani harus kepanasan dan naik angkutan umum.

"Gini yah jadi orang susah. Selama ini gue terlalu boros nggak sayang sama uang. Untung saja uang belanja yang dikasih Pak tua bisa gue sisihkan" ucap Rani menatap uang tiga puluh ribu yang ada ditangannya.

"semoga cukup sampai ke Apartemen Witri". Ucap Rani.

Ia melihat sebuah angkutan umum dan segera menaikinya saat beberapa orang berbondong-bondong masuk kedalam angkot.

Mereka semua baunya apek ih...

Tapi setidaknya mereka lebih baik dari pada gue. Gue jelek banget kayak gembel pakek daster dan topi gini.

Ini semua gara-gara Pak Tua...

Suami kusayang kau menyiksaku...

Rani menundukkan kepalanya karena takut orang-orang yang berada didalam angkot mengenalinya. Dua orang lelaki duduk disebelahnya dan meraba paha Rani.

Busyet kurang ajar banget. Laki gue aja belum pernah raba-raba.

"E mas, situ jangan kurang ajar ya!" kesal Rani namun Rani terkejut saat sebuah pisau berada di pinggangnya.

"serahkan dompet lo!".

Dasar bego nggak lihat apa gue dasteran kayak gini. Gue ini misikin tahu.

Rani melihat beberapa orang tampak pucat seperti dirinya namun tidak ada yang berani bertindak. Merekan memberikan barang berharga yang mereka miliki.

"cepat mana dompet lo!" ucapnya menatap Rani garang.

"Gue mana ada dompet. Gue ini miskin" ucap Rani dengan wajah pucatnya tapi ia berkata jujur karena saat ini ia memang tidak membawa dompet.

"Gue ada uang segini dan ini untuk bayar angkot!" ucap Rani mengangkat wajahnya karena laki-laki itu memaksanya untuk menatap laki-laki itu dengan menarik rambut belakang Rani.

"lo mirip artis" ucapnya mengamati wajah cantik Rani.

Gue memang artis bego....tapi jangan sampai mereka tahu kalau aku Maharani Handoyo.

"Aduh bang kalau gue artis gue mah nggak level naik angkot begini" ucap Rani.

Uang ditangan Rani diambil oleh laki-laki itu. Keduanya pun meminta angkot untuk menepi. mereka turun dari angkot dan segera naik motor yang ternyata telah mengikuti angkot yang dinaiki Rani sejak tadi.

Suasana didalam angkotpun gaduh. Dua orang wanita menangis dan Rani dia hanya menghela napasnya. Kerugiannya tidak sebanyak mereka tapi bagaimana ia akan pulang atau
Ke Apartemen temannya jika uang ditangannya tidak ada dan ponselpun dia tidak punya.

Papi...Mami....percuma kalian kaya kalau anak perempuan kalian satu-satunya melarat.

Gue laper...gue takut hikzs....Mas Yuda tolong....

Batin Rani berteriak.

"lebih baik kita lapor polisi!" ucap supir angkot yang sejak tadi hanya diam dan ketakutan saat para perampok mengacungkan pisau ke lehernya.

"Iya Pak" ucap mereka menyetujui ucapan supir angkot.

Supir angkot segera mengemudikkan mobilnya menuju kantor polisi terdekat. Rani menghela napasnya, ia hanya ingat ponsel Papanya, Maminya dan Kakaknya Azka dan Arkhan. Setelah membuat laporan, Rani terduduk di depan Kantor polisi sambil memeluk tubuhnya.

Diktator LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang