13

14.5K 1.7K 66
                                    

Selamat membaca!!!

"Dan saya tidak mau di madu" ucap Rani menatap Delisa tajam.

Yuda menarik tangan Rani membuat Rani memutar bola matanya karena kesal "Si bapak kurang ajar banget ya.  Udah pulang nggak bilang, sekarang lagi drama sama nih dedemit".

"Ran... Yang sopan" ucap Yuda menatap tajam Rani.

"Sopan?  Kalau  ngomong kayak gini gue nggak sopan dia lebih nggak sopan.  Hey... Mbak mau jadi pelakor?  Mau gue lempar mukanya pake duit?"

Ya ampum uang aja gue nggak ada, pake mau lempar duit segala hehehe.

Rani  sebenarnya ingin tertawa namun ia membuang ekspresinya menjadi ekspresi kesal.  "Jadi wanita seperti yang kakak sukai?  Artis yang populer karena sensasi.  Narkoba?  Pergaulan bebas?  Dia lebih baik dari aku kak" ucap Delisa menatap Yuda dengan tatapan permohonan.

Wah...minta di hajar ni cewek.

"Tau apa lo tentang hidup gue?  narkoba?  Pergaulan bebas.  Lo tanua sama suami gue ini di percaya sama omongan lo atau omongan gue?" teriak Rani emosi.

Delisa menatap Rani sinis "gue yakin lo menjebak kak Yuda".

Hey gue yang terjebak bukan Yuda.

"Ayo kita pulang!"  ucap Yuda menarik pergelangan tangan Rani.

"Lepasin, lo pulang sama pacar lo itu!" Rani menarik tangan Yuda agar melepaskannya.

Yuda menahan tangan Rani agar tetap berada di genggaman tangannya.  Ia menatap Delisa datar "saya rasa pembicaraan kita sampai disini Delis, assalamualikum" ucap Yuda ia menarik tangan Rani dan memaksa Rani masuk kedalam mobilnya.

Rani sambil menyebikkan bibirnya, ia menatap Yuda yang santai mengemudikan mobilnya.  "Mau makan dimana?" tanya Yuda.

"Tumben ngajakin makan siang di restauran" ucap Rani menatap Yuda sinis.

"Siapa yang mau ngajakin kamu makan direstoran" ucapan Yuda membuat Rani membuka mulutnya.

"Tadi bukannya nanya mau makan dimana? " teriak Rani. Yuda tidak menjawab ucapan Rani membuat Rani kesal.  Ingin sekai rasanya ia memukul kepala Yuda namun ia tahu itu hanya akan terjadi di mimpinya.

Yuda masuk kesebuah gang membuat Rani menatapnya bingung karena sepanjang jalanya hanya dilewati perumahan sederhana dan ada beberpa diantaranya rumah papan yang yang sangat memperhatinkan. 

"Kenapa kesini?" tanya Rani.

"Lagi rindu sama mereka" ucapan Yuda membuat Rani geram.

Siapa mereka?  Yang harus dikangenin itu gue ini orang lain dasar bandot tua.

Yuda tidak memperhatikan  eksprsi kesal Rani, ia tetap fokus mengemudikan mobilnya. "Ini ngajakin makan atau... Jangan-jangan kamu mau bunuh aku ya? Gara-gara sumai kepergok lagi selingkuh, istri dibunuh suami.  Ih... Sadis.  Kalau gitu pulangkan  saja aku ke rumah orang tuaku!" ucap Rani.

Yuda tersenyum mendengar ucapan Rani membuat  Rani geram. "Kenapa senyum? Emang lucu?  Dasar jahara" kesal Rani, ia melipat kedua tangannya dan membuang mukanya.  Rani lebih memilih melihat jendela dari pada melihat muka songong Yuda.

Mobil berhenti tepat didepan rumah berpagar bambu.  "Ayo turun!" ajak Yuda.

"Nggak,  kamu pasti mau melakukan hal yang aneh padaku" ucap Rani.

Yuda mengerutkan keningnya "Coba lihat diseklilingmu.  Ini tempat makan dan makanan disini tidak kalah enak dengan makanan restoran mahal" ucap Yuda.

Diktator LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang