2.Mulai muncul

55 9 0
                                    

Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka."
(H.R. Bukhari-Muslim)
___________________________________________

"Bunda, besok kita jalan-jakan ke taman ya..," Rania berkata seraya menarik-narik tangan bundanya.

"Taman yang mana sayang?."

"Yang itu bunda.. yang tempatnya Ran sama Ilham duduk kemarin itu loh.."

Bundanya sempat berpikir sejenak, mungkin mencoba mengingat tempat mana yang disebut-sebut putrinya.

Jadi dia Ilham, bunda membatin

***

Rania dan sang bunda telah sampai di taman dengan berjalan kaki, kurang lebih perjalanan hanya memakan waktu 5 menit dimulai dari pintu keluar rumah mereka.

Setibanya disana bunda segera mendudukkan raganya di bangku putih taman. Taman ini lumayan luas dengan berbagai macam bebungaan menghiasi setiap sudutnya.

Rania yang bertubuh mungil itupun mengikuti gerakan sang bunda untuk duduk dibangku yang sama, dirinya bersusah payah menjinjit-jinjitkan kakinya agar dapat mencapai bangku taman, tak juga berhasil Rania yang semula membelakangi bangku kini menyejajarkan pandangannya lurus pada targetnya, ia menaikkan kaki kirinya terlebih dahulu ke atas bangku, ini karena kaki kanannya jatuh dan menghasilkan luka yang berhasil membuat bundanya cemas setengah mati. Setelah berusaha keras selama tiga menit, akhirnya Rania kecil berhasil duduk di bangku dengan keringat yang menjadi hasil usahanya sendiri.

Sang bunda yang melihat tingkah anak perempuan satu-satunya itu hanya terkekeh-kekeh kecil, berulang kali dirinya sempat berpikir untuk membantu Rania tetapi berulang kali pula ia berniat untuk membiarkan Rania berusaha. Sang bunda ingin membesarkan Rania sebagai seorang gadis yang pemberani dan juga mandiri, apalagi keadaan Rania sekarang yang adalah seorang yatim menuntutnya untuk menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting.

Mereka berdua kini tenggelam menikmati suasana taman yang hijau menyegarkan pikiran, hal ini tentu dapat sedikit meringankan beban pikiran sang bunda yang hari-harinya dipenuhi oleh setumpuk pekerjaan demi menghidupi dirinya dan tentu saja putri kecilnya.

Yah, tentu saja setelah ayah Rania meninggal 4 tahun lalu, segala hal tentang urusan bertahan hidup, membanting tulang jatuh pada bundanya. Karena hal ini, Rania terlampau sering ditinggal ibunya sendirian dirumah karena urusan pekerjaan.

"Ran?"

"Iya bunda," Rania mengalihkan pandangannya menuju bunda.

"Kamu mau ngapain kesini?."

"Aku nunggu Ilham bunda," jawab Rania polos, "Bunda mau es krim...," ucap Rania ketika dirinya melihat mas-mas penjual es krim yang numpang lewat di hadapannya.

***

Rania duduk manis di bangku taman seraya menjilati es krim yang meleleh kemana-mana mengotori tangan dan baju merah mudanya. Ia terlihat asik sendiri, tanpa sedikitpun menoleh ke arah bundanya Rania telah berhasil menghabiskan satu es krim rasa coklat kesukaannya.

"Ran, Ilham yang kamu tunggu itu kemana? kok gak datang-datang."

"Nanti dia juga datang bun, pasti sekarang dia lagi belajar nga... nga.. ngaji?," kata Rania sedikit ragu dalam kata terakhirnya.

Hati bunda Rania bergetar, ia merasa sangat bersalah pada Rania, ia merasa belum bisa menjadi seorang bunda yang baik bagi Rania, sekali pun ia tak pernah mengajari Rania mengaji karena kesibukannya mencari nafkah.

"Astagfirullah hal adzim," bisik bunda Rania. Dalam hatinya ia berjanji akan menjadi seorang bunda yang menanamkan nilai-nilai agama pada putrinya, menjadi penuntun agar putrinya tumbuh menjadi gadis yang soleha, agar putrinya berhasil menjadi bagian dari bidadari di surga kelak.

"Rania, ini sudah 2 jam, kita pulang aja ya, bunda ada kerjaan.., besok kita kesini lagi."

"Yahh.. kok pulang sih bunda? Ilhamnya kan belum dateng."

"Iya.. bunda tau.. besok bunda janji bakalan anterin Rania lagi kesini, oke?."

"Ya udah deh bun, tapi inget ya.. besok harus kesini lagi," Rania terlihat tak rela meninggalkan taman.

Setelah bangkit dari duduknya, mereka pun berjalan menjauhi taman.

"Laniaaaaa."

Sebuah suara anak kecil menginterupsi Rania untuk memberhentikan langkahnya, ia kemudian menoleh ke sumber suara.

"Ilham!"

Taksonomy|04|02|18
Doakan cerita ini biar lancar ya kawan..

Secercah Sinar HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang