dari Abdullah bin 'Amrin bin Ash r.a. ia berkata, Nabi SAW telah bersabda: " Keridhoaan Allah itu terletak pada keridhoan orang tua, dan murka Allah itu terletak pada murka orang tua".
( H.R.A t-Tirmidzi. Hadis ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Al-Hakim)___________________________________________
Untuk kesekian kalinya Lania dibuat khawatir dengan tingkah polah putrinya. Selama seminggu ia tak pernah pulang karena harus mengerjakan proyek besar yang bosnya serahkan untuk ia kelola. Tepat saat ia pulang Rania tak ada disini, jelas ia marah, hari ini sudah menunjukkan pukul 19.00.
Ia merogoh ponsel dari saku celananya, kemudian mengetikkan sejumlah angka dan mulai menelponnya. Panggilannya tak terjawab, sepertinya Rania sengaja mendiamkan telponnya atau mungkin tidak.
Lania menghidupkan televisinya, mencari siaran tv yang di rasanya cukup menarik untuk menemaninya menunggu Rania kembali pulang. Terhitung dua jam telah terlewati, mata Lania yang semula terjaga mulai menutup dikalahkan rasa kantuk.
***
"
Assamualaikum," ucap Rania sembari membuka pintu rumah sepelan mungkin.
Ia mendapati bundanya terlelap di sofa ruang keluarga dengan televisi yang masih setia menyala. Rania melangkahkan kakinya kemudian mematikan tv itu dengan mencabut colokannya. Ia lantas pergi meninggalkan ibunya menuju ke kamar.
"Ran."
Rania terkejut ketika mendengar suara serak ibunya, ia mempercepat langkahnya yang semula mengendap-ngedap itu. Tepat di depan pintu kamarnya Rania segera menghambur masuk dan mengunci pintu dari dalam. Ia sengaja tak mempedulikan teriakan-teriakan bundanya yang sudah naik pitam.
Rania membaringkan raganya di tempat tidur merah muda kesukaannya. Beberapa saat ia merenung, sembari mendengar teriakan dan ketukan pintu yang tak lain dilakukan oleh bundanya. Tanpa sadar, setetes air mata mulai membasahi pipi putihnya, membuat pola aliran sungai yang makin lama makin menderas. Ia kemudian memutuskan untuk tidur, mengabaikan seruan kemarahan dari bundanya yang masih saja setia mengetuk-ngetuk pintu kamarnya.***
Rania bangun untuk melaksanakan shalat subuh, ia mendapati kedua matanya dalam keadaan tidak baik. Semula matanya adalah tipe-tipe belo tapi dalam waktu tak lebih dari 12 jam matanya telah bertransformasi menjadi seperti keturunan Cina.
Usai melaksanakan solat subuh, Rania segera merapikan buku-buku yang akan dibawanya menuju sekolah, kemudian ia mandi dan bersiap-siap. Jam dinding menunjukkan pukul 06.00, Rania memutuskan untuk berangkat sekarang, meskipun ia tau nantinya gerbang sekolah belum dibuka. Semua ia lakukan agar tak bertemu bundanya dengan keadaan lemah seperti ini.
Perjalanan ia tempuh dengan berjalan kaki santai, sembari menikmati udara dingin khas pagi hari. Aroma embun menusuk lembut rongga hidungnya yang mancung, menimbulkan sensasi segar yang tak ada duanya. Setidaknya hal ini bisa membuat matanya merasa sedikit lebih baik.
"Aduhhh," pekik Rania dengan tangan yang memegang lengannya yang kini berdenyut-denyut kesakitan.
Ia melirik kesamping kanan, tak ada yang ia lihat, kemudian ia melirik ke kiri, tak ada apapun disana. Jika Rania tak menggunakan akal sehatnya, pastilah ia akan berlari terbirit-birit menjauhi tempat kejadian perkara.
"Maaf mbak"
Suara seseorang spontan membuat Rania menengok ke arah samping kanan, dimana suara itu berasal. Sama seperti tadi, ia tak melihat apapun. Setelah beberapa saat ia memperhatikannya dengan seksama, barulah ia menyadari bahwa seseorang manusia berada beberapa senti darinya. Rania terkejut, membuat seseorang itu sama terkejut nya. Bagaimana tidak, itu adalah seorang laki-laki, dan Rania tak pernah berada sedekat ini dari laki-laki, meskipun dekat yang ia maksud adalah 2 meter. Ditambah lagi laki-laki itu mengenakan pakaian serba hitam, dengan tinggi menjulang, membuat Rania hanya melihat tangan-tangan saja pada awalnya, matanya yang sedang sipit juga membuat penghilatannya tak bisa mencapai batas maksimal.
"Ehh, kamu Rania ya?"
Taksonomy|06|03|18
😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Secercah Sinar Harapan
Spiritual"Cintailah aku sesuka hatimu, tapi ingatlah! Jangan sampai rasa cintamu padaku melebihi rasa cintamu pada Allah" -Ilham Ramadhan- "Jika aku diberi satu permintaan darimu, akan ku katakan 'Cintailah aku hanya karena Allah'". -Rania Khansa Amalia- ©T...