Eta Terangkanlah

137 14 5
                                    

Kami berlima masih berada di pinggir jalan. Menunggu keajaiban datang. Namun sampai matahari hampir benar-benar tenggelam pun tidak ada seorangpun yang lewat.

"Jalan kaki nyari bahan bakar jauh gak si" tanya si Jenni

"Jauh si kayaknya. Di ujung sana itu kita harus belok kanan dulu baru mungkin udah ada beberapa rumah warga. Dan gatau ada yang jualan bahan bakar apa engga" ucap gue. "Rose, coba deh lo telpon penjaga villa lo, suruh kesini bawa bahan bakar gitu" tambah gue.

"No signal found here, Naaa" kata si Rose.

"Nih pake hp gue, ada sinyal dua doang si" kata ka Jisoo.

Si Rose pun mengambil hp Jisoo dan mencoba menghubungi penjanga villanya.

"Ga di angkat sama Pak Seno" kata si Rose. Pak Seno itu nama orang yang jagain villanya Rose.

"Mampus." Kata Jenni lalu dia menuju agak ke tengah jalan ngeliat apakah ada tanda-tanda orang lewat. Sedangkan gue memilih duduk di teras tepi jalan yang memisahkan antara jalanan sama pantai. Capek banget gilakgilakgilak.

Matahari sudah benar-benar tenggelam. Kepanikan yang dipendam dari tadi pun mulai menyeruak. Kita cewek semua malem-malem di pinggir jalan kalo diculik orang atau bahkan penunggu di sini kan serem.

"Udah ayok Na ikut gue." Kata si Lisa tiba-tiba.

"Kemana?" Eh yang bener aja ni anak ngajakin gue.

"Itu tuh, yang ada lampu-lampunya di ujung sana. Sapa tau ada orang kan bisa minta tolong." Jawab Lisa.

"Ajakin Jenni sono ah masa gue." Gue masih berusaha menolak.

"Gue maunya sama lo" anjir ni anak emang. Tapi gue iyain, karna lebih serem bagi gue kalo diem doang di pinggir jalan mana agak temaram gitu lampunya.

"Ka Jis, ayo ikut kita." Gue ngajak Jisoo karna gue kaga percaya sama si Lisa. Bisa-bisa kalo ada apa-apa gue ditinggal lagi. Dia kadang juga bisa berubah jadi penakut.

"Eh eh" kata Jisoo ketika gue narik tangannya.

"Jagain mobil. Ntar kalo ada orang, telpon kita." Kata si Lisa.

Gue, Lisa, dan Ka Jisoo jalan beriringan ke tempat yang ditunjuk Lisa. Semakin terang engga, malah semakin gelap iya.

"Lo ga bawa senter, Lis?" Tanya gue. Bulu kuduk gue udah mulai berdiri gaes. Kita sedang di sebuah gang kecil setelah ngelewatin belokan tadi.

"Bawa lah" kata si Lisa kemudian menyalakan senternya.

"Ka Jis jangan diem aja" tangan gue masih merangkul lengannya Jisoo.

"Terus gue harus ngapain, Na ? Teriak ? Jogetan?" Ni anak kok jadi ngeselin kek si Lisa sih.

"Masih jauh ?" Tanya gue. Gue emang kaga bisa diem kalo dalam suasana kek gini.

"Ya mana gue tau, gue baru sekali ke sini. Udah mending lo diem aja ya Nina yaaa" kata si Lisa.

"Itu pohon yang di sebrang kok goyang-goyang"

"Ketiup angin, Na" jawab Jisoo santai.

Kita lanjut jalan lagi dalam diam. Sesekali gue nengok ke belakang. Gapapa si, cuma pengen aja.

Gue di sepanjang jalan be like :

Gue di sepanjang jalan be like :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
OGEB [Choi Nina's Love Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang