Jalan-jalan

111 8 0
                                    

Gue masih saling pandang sama Seongwoo sejak beberapa detik yang lalu.

"Ehm" kita berdua langsung kembali ke posisi semula ketika mendengar suara dehaman barusan. Ternyata Jinyoung. Aduh harus banget ya ada adek gue di situ. Sumpah ini muka gue pasti jadi merah.

Gue dengan gugup basa-basi tanya ke Jinyoung, "tumben banget ke sini?"

"Ga boleh ? gue pulang aja kalo gitu." jawab Jinyoung. Anjir, punya adek gini amat sih. Bikin tensi naik kerjaannya.

"Yaah, gue dicuekin nih kayanya." ucap Seogwoo dengan suara menggelegar. Krik krik, sumpah no respon. Adek gue berjalan ke arah sofa dan duduk kemudian mulai main game di handphonenya.

"Hahahaha" tawa Seongwoo, gue tahu itu palsu hanya untuk mencairkan suasana. "Keluar yok, pasti bosen kan di kamar terus." katanya.

"Iya si, tapi mau ke mana emang ?"

"Ya di sekitaran sini lah, masa mau ke kebon binatang." Ni orang bisa dimusnahin ga sih.

"Trus adek gue ?"

"Jinyoung, mau ikutan jalan-jalan keliling rumah sakit ?" Kata Seongwoo. Ih bego banget ni orang ngapain ngajak adek gue muterin rumah sakit.

"Gak lah, sibuk." Jawab Jinyoung masih fokus sama handphone nya.

"Yaudah kita berdua aja berarti." Kata Seongwoo. Heol. Dia ngebantuin pegangin tiang infus gue. Oh iya gue baru sadar, kok si Peong kaga bawa infus si.

"Infus lu kemana ?"

"Gue lepas."

"Lah, emang boleh ? Ngawur lu."

"Terserah gue dong." Kemudian kami keluar.

"Dek, bilangin ke mama ntar kalo dateng." Ucap gue ke Jinyoung yang no respon tapi gue percaya dia denger.

"Gue belom maafin elo btw." Kata Seongwoo saat kita melewati lorong. Apalagi coba.

"Ha ?"

"Ya permintaan maaf lo tadi belom gue acc." Anjir udah kaya skripsi ae pake acc acc-an segala.

"La teruss ?" Ucap gue sambil memutar bola mata.

"Gue mau elo nurutin permintaan gue."

"Ya ampun, Ong. Lu mau apalagi si. Badan gue masi sakit juga. Gausa aneh-aneh."

"Ya ga sekarang. Sewaktu-waktu." Ucapnya sambil sumringah. Anjay apaan si. Mending dibilang sekarang daripada gue penasaran.

"Kalo gue gamau ?"

"Ya harus."

"Sumpah lo itu bikin gue naik darah." Ucap gue sambil nolej ke arah dia. Geregetan.

"Mana mana ? Infusnya ga merah tuh." Ini orang malah ngajakin ribut sumpah. Dan akhirnya gue tendang kakinya. Bodoamat kalo sakit.

"Aduuh.. Naaa, gue ga bisa berdiri Naa.." si Peong merintih sambil megangin kaki kirinya. Yah yah yaahh, gue kekencengen apaya nendangnya.

"Duh sorry sorry, ayok gue bantuin berdiri." Ucap gue sambil mengulurkan tangan.

"Khawatir yaaa..." Katanya tiba-tiba sambil sumringah. Kmprt. Bngst. Nyesel gue ngulirin tangan.

Gue mendengus sambil memutar bola mata dan lanjut jalan sambil megangin tiang infus.

"Ey, jangan ngambek dong." Ucapnya sambil menyenggol lengan gue pelan sambil menyejajarkan langkah kami. Ia pun mngambil alih tiang infus gue ke tangan kirinya. "Gue maafin deh." Imbuhnya.

OGEB [Choi Nina's Love Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang