Diculik

108 10 0
                                    

Kepala gue pusing. Badan juga rasanya berat.

Gue terkejut ketika menyadari tangan dan kaki gue diikat di sebuah tiang yang gede dengan posisi berdiri dan kaki tidak menyentuh tanah. (Kek melayang tapi diiket, jangan ketawa, ini serius) Gue di gudang hanya dengan cahaya bulan yang menerobos masuk dari atap yang berlubang. Gue mencoba untuk melepaskan ikatan di kedua tangan gue yang menempel pada tiang, dan...

"Hai. Naa." Ucap seseorang yang suara langkahnya mulai mendekat ke arah gue.

"Bam...bam ?" Dua suku kata itu keluar dari mulut gue dengan lirih. Rasa marah, terkejut, ga percaya menyeruak jadi satu. "Lepasin gue !" Gue teriak sekuat tenaga.

Dia diam sambil menarik salah satu sudut bibirnya, menatap kedua mata gue.

"Mau lo apa ?!" Wajah gue pasti udah merah padam karena amarah.

"Ya kamu, Na." Ucapnya santai masih dengan senyuman di salah satu sudut bibirnya.

"Lepasin gue!!" Gue teriak sekuat tenaga, berharap ada orang yang mendengar.

"Jangan teriak-teriak, Na. Kasian tenggorokan kamu nanti sakit. Percuma ga bakal ada yang denger." Ucapnya santai yang membuat amarah gue makin memuncak.

"Tolooong!!!"

"Diem gak !" Dia bentak gue dengan tatapan marah dan beberapa detik kemudian ia  mengubah ekpresinya menjadi lebih lembut, "Maaf, aku nggak bermaksud bentak kamu" ucapnya sambil mengelus pipi kiri gue. Gue berusaha menghindar. Sungguh, itu lebih menakutkan daripada dibentak dia.

Tiba-tiba terdengar suara ponsel berbunyi. Itu, ponsel gue. Bambam mundur selangkah dari hadapan gue.

"Enaknya diangkat nggak ?" Katanya. "Dari Tetangga Gobs." Imbuhnya setelah membaca layar ponsel gue. Gue masih belum menjawab. Bibir gue serasa terkunci.

"Dia sekarang pacar kamu ?" Tanyanya. Gue masih diem.

"Jawab!" Bentaknya dengan mata yang berapi-api.

Jantung gue berdesir, ketakutan. "Bukan." Ucapku lirih, hampir tidak terdengar.

"Apa Na ? Tadi aja kamu bisa teriak."

"Bukan." Ucapku lebih keras.

"Baguslah. Aku benci sama tetangga gobsmu ini. Temen kecil kamu yang brengsek." Ucapnya. Ponsel gue masih bunyi, ia tidak menghiraukan itu. "Kamu tau Na ? Waktu kita putus, dia datengin aku dan bikin aku babak belur. Cuma karna alasan aku udah bikin kamu nangis." Terangnya. Gue sama sekali gatau tentang ini. Beneran, gue baru denger dari orang yang lagi ada di hadapan gue ini. Dia bilang tadi cuma karna ? Pengen gue tonjok juga ni orang, lu pikir gue ga sakit hati apa sama lo. Goblok.

"Mau lo apasih Bam ?" Tanya gue geram.

"Kamu. Aku bilang kan kamu. Kalau aku ga bisa bikin kamu balik ke aku, kamu juga ga boleh sama siapapun Nina." Ucapnya mendekat ke arah gue. Serem sumpah tolong malaikat culik orang ini ke mana aja.

"Maksud lo ?"

"Aaaaaaaa" gue berteriak ketika tiba-tiba tiangnya bergerak ke atas beberapa puluh senti. Gue udah mikir aneh-aneh. Jangan-jangan gue mau dilepasin dari ketinggian.

"Tapi kamu bisa kok pergi dari sini. Asal ada yang gantiin posisi kamu" ucap Bambam sambil mendongak ke arah gue. Bang Chanyeol, gue takut bang. "Temen kecil lo yang brengsek itu, atauu...." Ia sengaja menghentikan kata-katanya.

"Atau apa ?" Tanya gue sedikit gemetar.

"Seong. Woo." Ucapnya mengeja nama Seongwoo dengan jelas.

"Dia ga ada urusannya sama ini semua." Ucap gue sedikit meninggikan suara.

"Dia suka sama kamu. Jadi berarti, dia saingan aku sekarang." Ucapnya. Dasar psyco gendeng kuadrat.

OGEB [Choi Nina's Love Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang