OMG

59 6 0
                                    

"Na, dimana kamu Na ?" suara itu terngiang dalam kepala. Namun tubuh gue terasa gemetar luar biasa. Suara-suara kepanikan memenuhi ruangan yang gelap gulita ini.

Lampu menyala.

Mohon maaf atas ketidak-nyamanannya. Kami akan menjamin kesalahan teknis ini tidak terulang. Terima kasih.

Itu tadi adalah announcer yang berbunyi setelah sepersekian detik lampu menyala.

"Na, kamu kenapa Na ?" Seongwoo dengan tatapan yang khawatir mencoba untuk meraih gue ke dalam pelukannya.

Jantung ini masih berpacu. Seongwoo sedari tadi mencoba untuk menenangkan tanpa banyak bertanya. "Gapapa Na.. Ada aku. Jangan takut" ucapnya lembut.

Seluruh ketegangan dalam tubuh gue mulai hilang.  Gue diliatin sama orang-orang yang ada di sini. Seongwoo pun membatu gue berdiri.

"Mau pulang aja apa gimana ?" tawarnya sambil megang pundak gue. Kalau pulang, ga enak sama temennya dia. Masa baru dateng udah mau pulang.

"Enggak. Udah gapapa kok."

"Yaudah. Atau mau keluar dulu cari minuman ? Mumpung acaranya belum dibuka."

"Boleh deh."

"Bentar ya, aku pamitan sama temen aku dulu."

Setelah Seongwoo pamitan sama temennya, gue sama dia pergi ke sebuah restoran yang ada di sana.

"Sorry ya Ong, tadi bikin kamu khawatir." ucap gue setelah menyeruput kopi hangat yang gue pesen tadi.

"Kamu kenapa tadi ? Kok ketakutan gitu ?" tanyanya.

"Aku punya trauma sama kegelapan.  Apalagi kalau di dalam ruangan...." gue punya menceritakan masa kecil gue di rumah sendirian saat mati lampu waktu itu. Masa di mana Nina kecil diselimuti ketakutan dalam gelap dan sendirian.

"Sorry ya, Na.. Aku ga tau."

"Hahaha ngapain minta maaf coba. Kan kamu ga salah."

Duh jadi mellow gini deh. Gasuka gue.

"Udah tenang sekarang ?" tanyanya.

"Udah dari tadi malah."

"Yaudah, kita balik lagi yuk." ucapnya setelah melihat arloji yang terpasang di tangan kirinya sekilas. "Udah dimulai acaranya nih kayanya." lanjutnya.

Gue sama Seongwoo pun balik lagi ke markas. Ke aula gais, yakali ke markas. Dan bener aja acaranya udah dimulai. Si empunya acara ini lagi mengucapkan sambutan di atas panggung.

....

Gue udah nggak di pameran lagi. Seongwoo juga pastinya. Karna kita udah cukup lama ada di sana. Satu jam di sana udah cukup lama kan. Iya, kalo buat gue. Dengan keahlian dan kelihaian Seongwoo berpamitan, jadilah kita bisa keluar dari sana.

"Jalannya jangan cepet-cepet dong, kampret. Pake high heels nih." omel gue ke Seongwoo. Mentang-mentang kakinya panjang, pake sepatu, ngeloyor gitu aja.

"Aduh ngambek, iyaiya." katanya sambil noleh dan menghampiri tempat gue berdiri.

Gue diajakin liat kembang api di deket hotel. Iya, jalan kaki. Bener-bener dah tu orang. Deket sih, tapi halaman depan hotelnya panjang anjir.

Kaki gue kok perih ya. Gue punya segera jongkok dan ngeliat ada apa dengan kaki kanan gue.

"Kenapa kamu, Na ?" tanya Seongwoo panik sambil mengguncang pundak gue. Anjir lah, mau liat kaki jadi gabisa kan.

"Apasii." ucap gue sambil meng gerak gerak kan pundak gue supaya tangannya Seongwoo berhenti mengguncang. "Lagi meriksa kaki. Tuh kan lecet." ucap gue kemudian. Seongwoo pun ikut-ikutan melihatnya.

OGEB [Choi Nina's Love Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang