Perpisahan

1.1K 170 16
                                    

"SULIIIIIII!"

   Guanlin dengan cepat berlari ke arah Suli yang sudah lemas tak berdaya dengan darah yang sudah mengucur deras dari kepalanya.

  "Suli kumohon bertahanlah" Guanlin menggenggam erat tangan Suli yang penuh dengan darah "G-Guanlin" Suli tersenyum lemas dengan tatapan penuh ke Guanlin "Jangan berbicara apapun Suli, tolong bertahanlah. Siapapun tolong panggilkan ambulance kumohon!" Teriak Guanlin dengan nada yang bergetar karena tangisannya yang tak terbendung. "G-Guanlin, A-aku b-bersedia men-ja-di kekk-ka-sih-mu" Suli benar-benar lemas dan senyum di wajahnya hilang karena ia sudah tak sadarkan diri.

  "Suli! Suli! Tidak tidak tidak, tolong bertahanlah demi aku Suli, kumohon" Guanlin benar-benar menangis hingga ambulance datang dan mengantar Suli ke rumah sakit.

  Sesampai di rumah sakit Guanlin menghubungi kedua orang tua Suli dan mereka bergegas ke rumah sakit. "Om, tante..." Dengan lemas Guanlin memanggil orang tua Suli dan mereka menghampiri Guanlin yang tangannya penuh dengan darah dan memeluknya.

  "Ceritakan apa yang terjadi Guanlin, kenapa Suli bisa seperti ini?" Guanlin menjelaskan kejadian lengkap kepada orang tua Suli. Mereka tidak bisa menyalahkan Guanlin dan memang sudah takdirnya Suli mengalami hal ini.

  Guanlin terus menerus meminta maaf pada orang tua Suli dan merutuki dirinya dengan ucapan bodoh, tidak berguna, pembawa sial dan hal lainnya. Akhirnya dokter yang menangani Suli datang mereka bertiga dengan sigap dan menghampiri Dokter tersebut "Bagaimana keadaan anak saya dok?" Tanya Ayah Suli dengan sangat cemas "Saya minta maaf atas kejadian ini, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi gegar otak yang membuat dia kehilangan banyak darah sehingga membuat dia tidak bisa bertahan" (maaf gak tau bahasa dokter jadinya ngarang)

  Ibu Suli menangis histeris dan Ayah yang sedih atas kepergian putrinya menenangkan istrinya yang shock hingga pingsan. Dan Guanlin? Tentu dia kaget dan kakinya lemas hingga ia terduduk dengan tatapan kosong.

Tes
Tes
Tes

Tangisan Guanlin semakin deras namun tatapan matanya tetap kosong karena dia tidak percaya akan kejadian ini "Ini bohong kan, aku pasti bermimpi. Tenang Guanlin kau pasti akan bangun dari mimpi buruk ini .. kumohon hiks .. bangunlah Guanlin"

Sebulan setelah kepergian Suli, Guanlin meminta izin kepada  orang tuanya untuk pindah ke luar kota. Orang tuanya memahami alasan Guanlin ingin pindah dan akhirnya mereka menyetujui kemauan Guanlin.

  Sebelum Guanlin pindah ke luar kota ia sempatkan untuk pergi ke makam Suli. "Hai sayang, apa kau baik-baik saja disana?" Senyuman Guanlin sangat lembut saat menyentuh batu nisan yang bertuliskan nama Suli.

  "Tak kusangka sudah satu bulan kau menjadi kekasihku dan satu bulan juga kau meninggalkanku... sendiri" Air mata Guanlin tiba-tiba keluar tanpa ia sadari karena dia sangat rindu akan sosok manis nan jail yang ada di hadapannya.

"Suli, aku akan meninggalkan kota ini dimana aku berharap bisa menenangkan diriku yang terkutuk ini. Kuharap kau mengerti keadaanku sekarang tanpamu..."

  "...Aku berharap suatu saat Tuhan akan mempertemukan kita kembali apapun yang terjadi dan kapanpun aku akan tetap mencintaimu" Selama 1 jam lebih Guanlin berada disitu dan akhirnya ia pergi dari makam tersebut.



5 tahun kemudian ..

    Guanlin yang saat ini berumur 20 tahun merupakan mahasiswa jurusan sastra Inggris dari Universitas ternama di kota yang ia tinggali saat ini. Ia bersyukur mendapatkan beasiswa dari universitasnya sehingga dia tidak terlalu membebani orang tuanya.

   Guanlin termasuk orang yang pekerja keras, disaat selesai dengan kegiatan kuliahnya dia langsung pergi menuju cafe di tempat dia bekerja. Hari-harinya selalu disibukkan dengan kuliah dan bekerja. Hal itu dikarenakan dia tidak ingin teringat kejadian pahit yang membuat Suli kehilangan nyawanya.

Hingga saat ini dia masih menyalahkan dirinya atas kematin Suli 5 tahun silam.

Keesokan harinya Guanlin yang tengah menyiapkan sarapan pagi untuknya tiba-tiba mendengar suara bel dan membuka pintu. Saat Guanlin membuka pintu terlihat sepasang suami istri yang umurnya sekitar 30-36 tahun.

"Halo , perkenalkan saya Park Chanyeol dan ini istriku Park Doyeon . Kami tetangga baru disini" Guanlin merespon jabatan tangan sepasang suami istri tersebut "Halo Tuan dan Nyonya Park saya Lai Guanlin, senang bertemu dengan kalian, silahkan masuk dulu.." Tuan Park dengan halus menolak tawaran Guanlin "Ah, tidak usah nak. Kami hanya datang untuk mengundangmu nanti malam untuk makan malam bersama" Guanlin pun mengiyakan tawaran tersebut setelah itu pasangan Park pamit untuk pergi.

Jam 19.00 Guanlin pun sampai dirumah setelah pulang dari cafe tempat ia bekerja. Guanlin meminta izin untuk pulang lebih cepat karena sudah berjanji makan malam bersama dengan keluarga Park.

Guanlin yang sudah siap dengan kemeja panjang baby blue, celana jeans hitam, dan sepatu sketch hitam langsung pergi menuju ke kediaman keluarga Park.

Tok..tok..tok.. Guanlin mengetuk pintu kediaman Park tersebut dan terlihat sosok anak laki-laki kecil berumur 4 tahun dengan tubuh gembul tersebut membuka pintu. Saat Guanlin melihat anak kecil tersebut Guanlin dengan ramah menyapanya.

"Halo...perkenalkan aku Guanlin tetangga barumu. Kalau boleh tahu siapa namamu?" Anak kecil tersebut dengan malu-malu menyebut namanya "P-park Jihoon" tak lama kemudian Doyeon menghampiri mereka berdua "Eeeh Nak Guanlin sudah datang ayo silakan masuk, Jihoon ajak Kak Guanlin ke ruang makan ya"

  Jihoon mengangguk pelan dan Guanlin pun masuk. Saat berjalan menuju ruang makan tiba-tiba Jihoon berhenti di depan Guanlin dan menghampiri Guanlin lalu memegang tangan Guanlin sambil dan melihat ke arah Guanlin dengan senyuman.

"Edward Gulin..."

The Reincarnation Love (panwink)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang