Guanlin yang sedang berada di teras kafe menjernihkan pikirannya yang sedang terusik karena Jihoon.
Tidak sepantasnya juga ia menyentak Jihoon secara tidak langsung, namun ia benar-benar reflek melakukan hal itu.
"Haaah.. Tuhan apa yang harus kulakukan. Anak itu benar-benar mengingatkanku pada Suli" Guanlin menarik nafas dalam dan membuangnya kasar.
Guanlin yang masih di luar pun melirik ke arah Jihoon dan Daehwi yang masih berada di dalam kafe. Ia melihat Daehwi yang sedang mengelus punggung Jihoon dengan maksud menenangkan Jihoon yang menangis.
Beberapa menit kemudian Guanlin pun masuk, ketika ia hendak kembali ke mejanya. Tiba-tiba Daehwi berdiri dan menarik Guanlin menjauh dari mejanya.
"Jihoon sedang ingin sendiri saat ini, jadi biarkan ia tenang dulu" Guanlin pun menunduk merasa bersalah "Maafkan aku Daehwi, aku benar-benar tidak bermaksud menyentaknya tadi"
Daehwi hanya bisa mengangguk dan ia paham betul Guanlin tidak akan melakukan hal itu kecuali jika ada hal yang benar-benar membuatnya resah.
"Jika kau ada masalah ceritakan padaku Guan, aku ini sahabatmu. Ingat prinsip kita kan? Kita harus berbagi susah maupun senang" kata-kata Daehwi membuat Guanlin sedikit tersenyum.
Akhirnya Guanlin pun menceritakan kenapa hari ini ia merasa resah. Ia menceritakan tentang Suli, mulai dari mendiang adalah teman masa kecil Guanlin, Guanlin menyatakan perasaannya hingga bagaimana Suli meninggal.
Dan Guanlin juga bercerita alasan ia merasa resah hingga ia tak sadar menghentakkan meja tadi. Salah satunya di hari ulang tahunnya, yaitu Guanlin membuat harapan akan menikahi Suli.
"Entah kenapa Jihoon tahu akan hal sekecil itu tentang aku dan Suli. Apa mungkin jika Jihoon adalah--"
Daehwi sedikit kaget dan langung berbicara tanpa peduli bahwa ia memotong pembicaraan Guanlin "Guanlin, aku tahu Jihoon membuatmu teringat akan Suli . Namun Suli tetaplah Suli dan Jihoon tetaplah Jihoon. Mereka berdua orang yang berbeda, kuharap kau tidak menjauhinya karena mereka hampir memiliki kesamaan. Dan kuharap kau tidak menganggap Jihoon adalah Suli."
Guanlin pun mengangguk dan terlihat lega setelah mengobrol dengan Daehwi.
"Kalau begitu aku kembali ke Jihoon sekalian kami pulang"
Flashback
Daehwi POVAku benar-benar kaget dengan sikap Guanlin yang menghentakkan tangannya di meja dengan keras dihadapanku dan Jihoon.
Bagaimana bisa sosok Guanlin yang tenang bisa bersikap seperti itu terlebih lagi dihadapan Jihoon anak kecil yang tak tahu apa-apa.
Setelah melihat Guanlin keluar aku pun mengalihkan pandanganku ke Jihoon yang berlinang air mata sambil terisak.
Aku tahu kenapa Jihoon menangis, mungkin ia juga merasa bersalah atas perkataannya tadi. Tapi Hei, dia masih anak-anak kan memangnya kenapa jika Jihoon berkata akan menikah dengan Guanlin. Apakah semenjijikkan itu kata-kata Jihoon bagi Guanlin?
"Jihoon jangan menangis, ini bukan salah Jihoon kok. Mungkin Kak Guanlin seperti itu karena tidak suka dengan kopinya" Aku mencoba mengalihkan rasa bersalah Jihoon, tahu sendiri kan jika anak kecil itu mudah sekali percaya akan suatu perkataan.
"hiks..bernarkah?"Akhirnya kata-kataku ampuh dan membuat Jihoon mulai berhenti menangis.
Aku pun mengangguk dan tersenyum yakin, semakin lama tangis Jihoon reda dan hanya tersisa isakan kecil. "Apakah Kak Daehwi boleh bertanya sesuatu sama Jihoon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reincarnation Love (panwink)
FanfictionApakah kau percaya akan kehidupan yang kedua? Seseorang yang mati dapat kembali hidup dengan jiwa yang sama namun raga yang berbeda? Kehidupan Lai Guanlin yang hampa karena kehilangan orang yang sangat dicintainya kembali bewarna karena kehadiran m...