"Edward Gulin..."
Guanlin sontak kaget saat mendengar julukan itu dari Jihoon, dan teringat kalimat Suli saat ia menggoda Guanlin.
"Hahahah setelah melihat film tadi kau langsung ganti namamu jadi Edward Gulin?"
"Dasar Edward Gulin Bodooh!"
Guanlin benar-benar heran bagaimana anak kecil bernama Park Jihoon bisa mengetahui julukan tersebut. Julukan itu hanya Guanlin dan Suli yang mengetahuinya.
"Jihoon, kamu tahu julukan itu darimana?" Guanlin benar-benar bingung namun ia menutupinya dengan tersenyum ke Jihoon.
"Aku-" saat Jihoon ingin menjawab pertanyaan Guanlin, Doyeon tiba-tiba muncul "Dek Jihoon, Guanlin kenapa kalian belum ke ruang makan? Ayo cepat makan, keburu makanannya dingin loh"
Mendengar sautan dari ibunya, Jihoon langsung berlari menuju ruang makan dan meninggalkan Guanlin "Bagaimana bisa dia tahu tentang hal itu?" benak Guanlin yang masih memikirkan perkataan Jihoon.
Setelah acara makan malam selesai Guanlin langsung pamit dan pulang. Sesampai dirumah Guanlin langsung menuju kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan tangan kanan yang menutupi matanya sambil memikirkan ucapan yang keluar dari anak kecil tersebut.
"Edward Gulin"
Ya.. 5 tahun dia berusaha untuk mengurangi rasa rindu dan bersalahnya atas kematian Suli dan malam ini rasa tersebut muncul kembali dalam benak Guanlin. Air mata Guanlin mulai menetes sambil bergumam.
"Suli.. aku merindukanmu"
Keesokan harinya Guanlin berencana untuk berbelanja kebutuhan makanan dan berputar-putar di sekitar kota untuk menyegarkan pikirannya sejenak sebelum ia berangkat bekerja sore harinya.
Ketika Guanlin hendak mengeluarkan scooter vespanya, ia melihat Jihoon mondar mandir di depan rumah Guanlin. "Hai Jihoon" sapa Guanlin yang membuat Jihoon menoleh ke sumber suara.
Seketika Jihoon panik melihat Guanlin dan hendak berlari namun Guanlin lebih cepat memegang tangan Jihoon. "Kau kenapa lari Jihoon? Apa wajah Kak Guanlin menakutkan?"
"Ti-tidak Kak Guan" Jihoon menggeleng dengan pandangan ke bawah, Guanlin tersenyum dan mensejajarkan tingginya dengan Jihoon "Kalau begitu mau ikut Kak Guanlin jalan-jalan?"
Wajah Jihoon yang awalnya terlihat malu-malu berubah menjadi ceria dan dengan semangat mengangguk menerima ajakan Guanlin. "Baiklah! Ayo kita kerumahmu dulu dan pamit ke Mamamu" ajak Guanlin sambil mengusap kepala Jihoon.
Setelah mereka pamit, mereka pun kembali ke rumah Guanlin dan Guanlin menaiki scooternya. Dia lupa kalau Jihoon masih kecil dan dia takut kalau Jihoon akan jatuh jika duduk di bagian belakang.
"Emm.. Jihoon dibonceng Kak Guanlin di depan saja ya?" Namun Jihoon menggeleng "Tidak, Jihoon mau dibelakang saja" Guanlin cemas kali ini dengan penolakan Jihoon "Kak Guanlin cuma takut kamu jatuh Jihoon" Sambil menggaruk tengkuknya kebingungan.
Namun Jihoon masih keukeuh dengan keinginannya "Jihoon sudah besar kak Guanlin, Jihoon janji gak bakal jatuh kok!" Akhirnya mau tak mau Guanlin menuruti kemauan Jihoon.
Saat diperjalanan Guanlin sedikit cemas karena Jihoon yang berada dibelakangnya, takut ia kenapa-napa
Namun rasa cemas Guanlin mulai hilang ketika jihoon meletakkan tangannya melingkar disekitar pinggang Guanlin.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Reincarnation Love (panwink)
Hayran KurguApakah kau percaya akan kehidupan yang kedua? Seseorang yang mati dapat kembali hidup dengan jiwa yang sama namun raga yang berbeda? Kehidupan Lai Guanlin yang hampa karena kehilangan orang yang sangat dicintainya kembali bewarna karena kehadiran m...