Chapter 10

19.4K 1.1K 11
                                    

FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. Just read and enjoy~

Backsound: Michael Jackson ft Justin Timberlake - Love Never Felt So Good, Ariana Grande ft Big Sean - Right There. Guns N' Roses - Sweet Child O' Mine, Roxette - It Must Have Been Love, Ace of Base - The Sign.

Just read and enjoy~

***

            Sudah bermenit-menit Justin dan Giavanna tak mengucapkan sepatah kata pun di ruangan hening itu. Masih dengan gaun ungu yang cantik itu, Giavanna duduk di atas tempat duduk yang berhadapan dengan Justin. Pria itu tidak menatap Giavanna satu kali pun, ia menatap pada jendela yang memperlihatkan betapa indahnya kota Atlanta. Apa yang membuat Justin begitu menyebalkan hari ini? Ini lebih menyebalkan dibanding hari-hari sebelumnya. Padahal Giavanna tadi sangat menikmati adegannya. Pria itu mengingatkan Giavanna pada Lance. Oh, apa yang dilakukan oleh pria itu sekarang? Ingin Giavanna menghubungi pria itu sekarang.

            Tiba-tiba pintu ruangan Justin terbuka. Muncul Morgan dari balik pintu. Ia terdiam sejenak melihat keheningan di ruangan itu. Ternyata tidak ada yang terjadi di antara mereka berdua. Justin dan Giavanna menoleh pada Morgan. Kedua alis Justin terangkat. Apa yang Morgan inginkan? Tidakkah ia lihat Justin sedang tidak berada dalam suasana baik?

            "Karyawan bagian keuangan yang ingin kau temui sudah datang," ucap Morgan. Justin mengangguk satu kali, memberi kode bagi Morgan untuk mempersilakan karyawan itu masuk ke dalam. Giavanna bangkit dari tempat duduk, ia ingin menyingkir dari tempat itu sekarang juga.

            "Kau. Tetap duduk di sana." Perintah Justin tegas sekali. Bahkan seperti tak bisa dibantah, Giavanna kembali duduk di tempat. Seorang pria muncul di hadapan Justin. Giavanna tak bisa melihat karena ia memunggungi pintu. Pria itu berjalan menuju tempat duduk di sebelah Giavanna dan ia duduk di sana. Sontak Giavanna menegakkan tubuhnya, ia menoleh ke samping untuk melihat siapa yang ingin Justin temui. Jantungnya berada di mulut sekarang. "Mr.Rimes, kau sangat sopan, harus kuakui," ucap Justin sarkastis.

            "Terima kasih, Mr.Richardson. Aku senang sekali kau menempatkanku di perusahaan ini. Maksudku, perusahaan periklanan terbaik untukku. Kulihat perusahaan ini semakin berkembang," ucap pria itu kagum, kepalanya terangguk-angguk. "Dan, perusahaan ini ternyata memiliki banyak wanita cantik. Tetapi harus kukatakan, nona di sebelahku ini yang terbaik," lanjut pria itu memuji Giavanna. Pipi Giavanna memerah begitu saja. Ah, pria sialan! Mengapa bisa-bisanya ia membuat pipi Giavanna bersemu? Justin memerhatikan pipi Giavanna yang memerah. Jika perempuan ini salah tingkah, ia terlihat seperti anak remaja yang diajak pergi jalan-jalan keluar atau sebuah pesta.

            "Giavanna, perkenalkan ini Lance Rimes. Bagian keuangan perusahaan ini. Aku menukar karyawan dengan perusahaan lain di LA. Dan Lance, ini asistenku, Giavanna Anderson," ucap Justin memperkenalkan mereka berdua. Sebisa mungkin Justin tersenyum saat memperkenalkan mereka, tetapi tetap saja hatinya panas. Giavanna mengangguk.

            "Ya, aku sudah bertemu dengan Lance tadi malam," ucap Giavanna sedikit sombong. Kedua alis Justin terangkat. Tertarik ingin mendengar cerita Giavanna yang satu ini.

            "Bagaimana kalian bisa bertemu?" Tanya Justin. Lance terkekeh pelan.

            "Sebenarnya ini sangat konyol, aku—"

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang