Chapter 8

20.1K 968 8
                                    

FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. Just read and enjoy~

Backsound: John Legend - All of Me. Rihanna - Disturbia. Taylor Swift ft Gary Lightbody - The Last Time. The Passenger - Let Her Go. Ariana Grande - Last Christmas.

Just read and enjoy~

***

            Orang gila macam apa yang memesan kamar President Suite hanya untuk satu malam? Bahkan ia tidak sedang berlibur! Justin memerhatikan Giavanna yang terpukau akan kamar yang baru ia masuki. Tiga bagian dari kamar ini memanjang ke samping. Mereka sedang berada di ruang tengahnya. Sebelah kanan dapur dan sebelah kiri kamar tidur. Pria itu memutuskan meninggalkan Giavanna di ruang tengah, ia memasuki dapur untuk mengambil sebotol anggur. Mungkin bukan anggur terlezat yang pernah ia rasakan, dan memang itu bukan untuknya. Anggur itu untuk perempuan yang sedang mengagumi kamar ini. Justin butuh Giavanna untuk lebih jujur agar ia juga tahu masa lalunya. Pasti ada satu hal yang membuat Giavanna malu di depan umum. Sesuatu yang paling menyakitkan dan memalukan. Justin harus mendapatkan itu untuk membalas dendamnya.

            Pintu kulkas terbuka ketika Justin menarik gagang pintunya. Beberapa botol anggur dan minuman keras berada di sana. Justin mengambil salah satunya lalu membuka penutupnya dengan alat pembuka botol anggur. Seperti hal yang sering ia lakukan, Justin dengan lihai mengambil dua gelas dari dalam lemari di atas kepalanya. Kemudian ia mengisi keduanya dengan takaran yang sama. Telinganya mendengar suara panggilan Giavanna. Ah, saat yang sangat tepat. Tetap ingat, temani musuhmu untuk menjauhkannya! Ide Giavanna benar-benar brilliant, mereka memang harus berteman. Justin mengangkat kedua gelas berisi anggur itu lalu keluar dari dapur.

            Kepala Giavanna menoleh ke mulut pintu dapur. Pria tampan itu kembali muncul bersama dua gelas berisi anggur di tangannya. Oh, mereka sedang merayakan apa? Giavanna menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak, tidak, tidak. Ia tidak bisa meminum anggur itu. Terakhir kali Giavanna meminum anggur, ia berada di rumah sakit karena ia memukul kepalanya sendiri dengan botol anggur. Saat itu ia sedang depresi karena kehilangan sosok ibu.  Tetapi, tetap saja itu tindakan bodoh bukan? Ya, sejak saat itu Giavanna tak pernah meminumnya. Trauma kepalanya bocor kembali. Bukan karena botol anggur yang ia pukul sendiri, tetapi yang dipukul Justin nanti. Giavanna harus berhati-hati dengan pria ini. Dari gerak-geriknya seharian ini, kelihatan ada sesuatu yang sedang direncanakan Justin. Dan ya, ia tidak boleh membiarkan dirinya meminum anggur itu.

            "Ada yang salah?" Tanya Justin duduk di atas sofa panjang. Giavanna melangkah mendekati Justin lalu duduk di sebelah pria itu. Ia mengedik bahu lalu menghela nafas panjang.

            "Aku tak terbiasa meminum anggur," ucap Giavanna bersandar di sandaran sofa tanpa peduli bagaimana penampilannya sekarang. Ia memang kelihatan baik-baik saja dan tidak pernah bermaksud untuk membuat Justin kagum dengan penampilannya. Lagi pula, apa gunanya? Tidak ada! Pria ini gay dan tidak akan menyukainya. Tetapi Giavanna sangat penasaran apa yang terjadi selama Justin menikah dengan seorang perempuan. Ternyata selama ini dugaan Giavanna benar! Ia pernah menikah namun ia bercerai. Itu sudah pasti, tidak ada yang bisa menyangkalnya. Justin mengangguk satu kali.

            "Baiklah, tidak perlu terburu-buru," ucap Justin berusaha bersabar. "Jadi kau ingin mendengar ceritaku eh?" Tanya Justin dengan pertanyaan tolol.

            "Bukankah itu alasan mengapa aku berada di sini sekarang? Ayolah, aku tak sabar mendengar ceritamu. Maksudku, dengan mantan istrimu. Bagaimana dia sekarang? Apa dia cantik? Berapa umurnya? Dan ya Tuhan, apakah Arthur adalah anak kandung kalian berdua atau kalian mengadopsinya? Ceritakanlah, ceritakanlah!" Seru Giavanna kegirangan. Cepat-cepat perempuan itu melepas sepatu tumit tingginya dan mengangkat kedua kakinya ke atas sofa. Tubuhnya menghadap Justin, salah satu siku-sikunya bersandar di sisi sandaran sofa dan ia siap mendengarkan cerita Justin. Pria itu menyilangkan kakinya seperti perempuan duduk menyilangkan kakinya di restoran.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang