Chapter 1

45.7K 1.8K 14
                                    

FOREWORD: Penulis amatir. Bacaan ini diperuntukan kepada pembaca berumur 18+. Tulisan ini mengandung sexual content, strong language, dan violence. Jika ada kesamaan nama, tempat, atau jalan cerita itu hanya kebetulan semata. Apologize in advance jika terdapat typo, kesalahan pemilihan diksi, ejaan yang salah dan penulisan yang tak rapi. Bacaan ini dibuat untuk menghibur. Just read and enjoy~

***

            Aku memasang maskara dan pelembap bibir sebelum aku beranjak dari apartemen sambil memikirkan apa yang terjadi selanjutnya. Mengapa orang-orang takut padanya? Maksudku, apa yang harus ditakutkan dari seorang manusia? Kecuali jika orang itu adalah Adolf Hitler, kau memang harus cepat-cepat pergi dari tempatmu berdiri saat itu juga. Tetapi, ada apa dengan orang ini? Mengapa Hailey tidak setuju aku bekerja di perusahaan periklanan yang satu ini? Apa dia pernah membunuh orang? Apa ia orang jahat? Oke, memang aku sudah tahu mengapa ia tidak setuju aku bekerja di sana, hanya saja, alasannya tak masuk akal. Sejak kapan aku takut dengan seorang lelaki atau wanita? Hailey sudah mengenalku kurang lebih 5 tahun, dan ia masih meragukan keberanianku? Aku tidak terima. Dan hanya karena aku diterima di perusahaan, Hailey takut aku akan berakhir di rumah sakit jiwa. Sekejam apakah orang itu? Jika memang ia kejam, pasti orang itu tidak akan memilih menjadi direktur periklanan. Ia pasti lebih memilih menjadi pembunuh bayaran. Setelah memakai pelembap bibir, aku menegakkan tubuhku lalu menatap pantulan diriku di cermin, di hadapanku.

            Rambut cokelat kehitaman yang sudah kusanggul serapi mungkin, pakaian teraneh telah terpasang di tubuhku—rok selutut, kemeja biru muda dengan blazer berwarna hitam, serta sepatu tumit tinggi berwarna hitam. Jika bukan Hailey yang menyarankanku memakai pakaian bodoh seperti ini, sudah dari tadi aku meninju orang itu dan tidak akan berakhir seperti ini. Sejak kapan seorang Giavanna memakai pakaian ini? Oh, saat aku bekerja—hanya setelah aku mati. Kulirik jam tangan kecil pemberian ayahku telah menunjukkan pukul 07.50 pagi. Orang yang menghubungiku kemarin memberitahu padaku untuk datang sebelum jam 9 pagi. Perusahaan periklanan yang akan menjadi tempat kerjaku adalah perusahaan yang membuat iklan-iklan bermutu di televisi. Nama perusahaan itu RCS Advertisement. Sudah banyak brand-brand di luar sana memakai perusahaan ini untuk membuat iklan bagi brand mereka agar laku di pasaran. Aku sendiri bingung mengapa aku bisa diterima di perusahaan ini. Dan hebatnya adalah aku langsung dijadikan sebagai asisten karena asisten sebelumnya telah keluar dari perusahaan.

            Aku keluar dari kamar. Mataku mendapati pacar Hailey sedang tidur di atas sofa dengan keadaan setengah telanjang. Oh, kuharap tidak ada anak kecil yang masuk ke dalam sini. Jeritan dari teko terdengar, detik setelahnya pintu kamar Hailey terbuka. Wanita bertubuh mungil serta berambut cokelat yang menutupi hampir sebagian punggungnya itu berlari-lari seperti sedang latihan kebakaran di sekolah. Ia langsung mematikan kompor karena air panasnya telah mendidih. Aku hanya terkekeh melihat Hailey dari pintu pembatas ruang tamu dan dapur lalu mengalihkan perhatianku pada pacar Hailey. Jika pria di atas sofa ini berani menyakiti Hailey, sungguh, aku tak segan-segan memukulnya. Bukan ingin bersikap sombong, tetapi sudah ada beberapa pria yang kupukuli karena berani macam-macam denganku atau Hailey—yang membuatku bertanya-tanya mengapa Hailey khawatir aku bekerja di perusahaan periklanan ini. Kulirik kembali jam tanganku, sudah jam 8. Aku harus cepat-cepat berada di kantor.

            "Hailey, aku pergi!" Teriakku berjalan cepat menuju pintu apartemen lalu membukanya. "Jangan lupa kunci pintu jika kau keluar," lanjutku menutup pintu, tepat ketika Hailey menyahutku.

            Bekerja di RCS Advertisement merupakan pekerjaan impian, kata orang-orang di luar sana. Jika kau berhasil bekerja di RCS berarti kau telah mendapatkan kehidupan yang sebenarnya. Maksudku, yang benar saja! Mungkin memang RCS sangatlah sukses, tetapi pasti tidak akan menyenangkan bekerja di sana. Kau harus mati-matian bekerja untuk mendapatkan kesuksesan. Dan—sebenarnya—aku belum siap untuk bekerja di perusahaan periklanan ini. Jika bukan karena tagihan sewa apartemen yang mahal, aku tidak akan bekerja di perusahaan sukses seperti ini. Hailey, sahabat—yang sudah kuanggap keluarga—hanya bekerja sebagai pelukis. Ia sering menjual hasil karya dengan harga yang hanya menutupi tagihan apartemen. Sedangkan aku sebelumnya magang di sebuah restoran mewah sebagai pelayan, tetapi gajinya tidak begitu besar. Seharusnya aku tidak digaji, tetapi atasannya menyukai keberanianku berbicara dengannya, jadi aku digaji. Kadang uang yang kudapatkan kurang untuk memenuhi kebutuhanku dan Hailey. Hingga akhirnya aku mengirim resume-ku pada beberapa perusahaan, hebatnya, RCS Advertisement-lah yang pertama kali menghubungiku untuk bekerja di perusahaan mereka. Aku curiga mereka tidak membaca resume-ku.

Perfect TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang