Syukuri

355 28 4
                                    

Keindahan bumi,
Pristiwa
Dan banyak hal lagi
Semua tercipta sempurna
Atas ridho-Nya
Begitu pula
Kita

🕢🕢🕢

Setelah mencium punggung tangan Azzam aku segera berlalu menemui seorang perempuan ber syar'i merah tua itu. Siapa lagi kalau bukan Gisyel. Perempuan itu sepertinya sedang kesulitan membuka pintu toko.

"Hai," sapaku sambil menepuk punggungnya yang sedikit membungkuk.

Setelah pintu itu berhasil di buka. Ia memutar tubuhnya lalu memperhatikanku dari ujung kepala hingga ke kaki.

Aku mengibaskan tangan ke arahnya. "Hayo, kenapa liatin aku gitu banget? Ada yang beda?" heranku, Gisyel menggeleng. "Ini beneran kamu kan Az?" ujarnya, berhasil membuatku bingung.

"Iya dong. Emang kenapa sih?" timpalku semakin penasaran. Aku mengambil kaca dari dalam tas untuk memastikan tatanan wajahku. Menurutku tak ada yang aneh dari sana, lalu apa yang membuatnya begitu kaget? Gisyel memang aneh.

"Ahaha," tawa Gisyel berhasil membuatku bingung setengah mati. Yang aku takutkan kalo wanita itu lagi kesurupan.

"Kenapa sih?" Cemasku semakin serius.

"Ngga ada yang beda dari kamu kok, cuma aku kaget aja kamu bisa berangkat sepagi ini," celetuknya tanpa dosa berhasil membuatku melotot sempurna. "Kamu ini," kesalku.

Gisyel langsul merangkulku masuk ke dalam toko masih dengan tawanya yang belum reda. Sepertinya perempuan itu membutuhkan pukulan untuk membuatnya sadar.

"Jadi bagaimana?" Seriusku begitu kami sudah duduk di ruang kerjaku. Gisyel pun sudah menghentikan tawanya yang telah aku hadiahu pukulan di kepalanya.

"Bagaimana apanya," tanyanya bingung. Dan aku langsung menjelaskan padanya. Tentang pembicaraan kami yang tertunda dua hari yang lalu. Tentang penjualanan barang online.

Gisyel menyetujui ideku untuk menjual barang lewat sosial media. Admin tentunya Gisyel lah yang akan bertugas mengatur semua itu. Dan dia tidak perlu lagi harus menata barang dan lain lain. Dia hanya akan aku suruh mengatur sosial media untuk berjualan. Dan tentunya kariyawan akan bertambah di toko ini. Pastinya semua sudah aku persiapkan dengan matang.

"Minggu depan aku ke Bandung Gi. Ada undangan pasion show lagi," jelasku, Gisyel langsung mengangguk dan itu artinya dia akan mempersiapkan segala keperluan. Seperti data-data tentang barang yang akan di pentaskan. Begitu pula dengan aku.

Ketika kami sedang sibuk-sibuknya mengetik, seorang kariyawan datang menyampaikan maksud dari kedatangannya berbicara dengan Gisyel.

"Ada yang cari Bu Gisyel di depan Bu," kata Nani, dan wanita bertahi lalat di bawah bibir itu belalu setelahnya meninggalkan tanda tanya buatku dan tentunya Gisyel, sebab wanita itu jarang sekali di temui seseorang.

"Siapa Gi?" timpalku penasaran.

"Bukan siapa-siapa Azz. Mungkin adik aku minta uang saku," ucapnya sambil tertawa. Dan aku tau tawa yang ia berikan hanyalah tawa palsu.

Awalnya aku tidak ingin tau dengan urusan wanita itu tapi setelahnya rasa penasaran itu enggan aku tepis.

Aku mengintip Gisyel dari jendela kaca yang langsung terhuhung dari ruangan ke pintu utama.

Di sana seorang lelaki bertubuh tinggi sedang menatap Gisyel dengan pandangan memohon. Hanya itu yang aku tau. Setelahnya ia berlalu dari sana dan Gisyel kembali ke arah ruangan tempatku sekarang. Dan aku kembali ke posisi semula.

AZZMIYA LARASATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang