Secarik Kertas Untukku

332 23 1
                                    

Jangan lepaskan
Meski tak terbalaskan
Tidak tahu esoknya
Semua bisa berubah bukan?

🕥🕚🕢

Pagi-pagi sekali aku bangun. Padahal tadi malam tidak ada niat mau tidur sebelum bertemu dengan Azzam. Namun sayang tidak sadar aku terlelap dan ketika bangun suara azan telah berkumandang, hingga aku merutuki diri ini telah meninggalkan salat di sepertiga malam. Dan dia pun tak ada di sebelahku lagi. Tapi ada bekas keberadaannya. Dompetnya tertinggal di atas nakas dan bantalnya yang tidak tersusun rapi lagi bisa menjadikan bukti bahwa dia tadi malam tidur bersamaku.

Aku menutup laptopku seperkiranya selesai membuat tabel barang. Pagi pun mulai disinari cahaya, menampilkan biasannya melalui jendela kaca. Aku mengucek mataku yang kembali berat, padahal tadi sudah segar setelah salat. Ternyata kantukku masih belum benar-benar hilang.

Aku menadah air pancur menggunakan tangan yang kutangkupkan. Dan menyiramnya secara perlahan berharap rasa kantukku segera hilang agar aku bisa menjalani kegiatan hari ini dengan nyaman tanpa harus diserang rasa kantuk.

"Non, ini pakaian yang udah bibik gosok. Mau di susunin ke dalam lemari atau bagaimana?" tanya Bi Iyah sopan begitu aku keluar dari kamar mandi.

"Biar Azmiya aja, Bik. Taruh aja di pinggir lemari," balasku, Bi Iyah mengangguk lalu permisi keluar.

Aku meraih keranjang baju berisi pakaianku dan Azzam. Menyusunkannya ke dalam lemari. Aku mengeryit begitu kertas yang pernah aku lihat malam itu terjatuh menampilkan namaku di balik kertas itu.

Dengan ragu-ragu aku mengambilnya, membuka lalu membacanya tak percaya. Segala macam pikiran berkabung di benakku seketika.

-----------------------------------------------------------
Assalamualaikum,
Azzmiya Larasati
Istriku.

Hari ini adalah hari penikahan kita
Akhirnya doaku selama ini telah terjabah oleh-Nya. Jujur aku sangat bahagia, apakah kamu juga bahagia?

Cinta yang selalu kunanti kedatangannya, yaitu kamu. Tapi seperti yang kulihat kamu tak sebahagia sepertiku, Mungkin saja karena canggung, aku tidak tau itu. Kita terpisah dari kecil dan bertemu ketika sudah sama-sama dewasa.

Dua minggu yang lalu kamu telah bersedia menikah denganku, awalnya aku sangat takut jika kamu menolak. Tapi rasa takut aku tepis sedemikian rupa menyisakan keberanian menerima pilihan kamu nantinya.

Perjodohan ini sungguh membuatku benar-benar harus sujud syukur. Wanita yang aku cintai akhirnya telah aku nikahi.

Semoga kita bisa terus sama-sama hingga di akhirat nanti, dan semoga Allah meridhoi pernikahan kita ini. Aamiin.

Sebelumnya maafkan aku hanya mampu merangkum perasaanku lewat tulisan dan tak langsung mengatakannya.

Terimakasih sudah membuka lembar kertas ini. Ini adalah surat cintaku untukmu.

Wassalamualaikum.

Dari suamimu
Azzam Assegaf

-------------------------------------------------------------

Kupeluk kertas itu, pandanganku buram. Pikiranku berkelana mencoba mencari kebenaran. Semua tak habis pikir kenapa bisa seperti itu, kenapa Azzam bisa mencintaiku hingga menugguku selama ini? Sedang aku tak pernah memikirkannya barang sekali pun. Bahkan aku melupakannya saat itu.

AZZMIYA LARASATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang