🌞3. My First Kiss🌞

457K 21.4K 2.8K
                                    

Aku hanya butuh yang sederhana, tapi penuh kelembutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya butuh yang sederhana, tapi penuh kelembutan. Bukan yang tampak luar biasa dengan keangkuhan-nya.

°Annindya Inara°



"Gimana, bray?" tanya Tilo menyeringai. Kali ini bau-bau kemenangan sudah tercium untuk cowok berambut hitam itu.

Galins menggeratkan giginya kesal. Marah bisa jadi. Cowok bertubuh jangkung itu menatap tajam dengan sorot kebencian yang kental menjurus pada Tilo.

"Deal!" ujar Galins menyetujui yang akhirnya membuat nafas kedua sahabatnya terasa tercekat di tenggorokan.

Tilo makin tersenyum puas sambil mengangguk. "Silahkan, pangeran."

"Ga," Algi menahan bahu Galins lalu menggeleng membuat cowok itu menatap tajam temannya, "Not now. Peluang lo kalah adalah sembilan puluh sembilan persen."

"Iya, Ga. Mending jangan deh." Naufal menimbrung.

"Lepas!" sentak Galins menepis tangan Algi dari bahunya, "Gua bukan pecundang!"

Poor! Seharusnya Algi juga Naufal tahu jika yang di hadapi saat ini adalah Galins. Mahluk keras kepala yang tidak bisa dibantah.

"Bener tuh!" kekeh Teman Tilo bernama Radit, "Teman itu harus saling mendukung! Bukan ngarahin jadi pecundang! Ya gak, Til, Van?" sambung Radit lagi.

"Yo'i!" sahut Tilo dan Ivan girang.

Naufal menggeram kesal. Posisi terbalik sekarang. "Diem lo semua, babi!"

Galins berjalan ke arah cewek yang ternyata bernama Inara. Ketukan langkahnya tak seringan saat cowok itu mendekati Disya beberapa menit yang lalu. Berbagai kalimat terlintas dikepala Galins, membuatnya pusing sendiri. Harus mengatakan apa? Harus bertingkah bagaimana? Dan satu, mencium dengan … akh! Galins kesal pada dirinya sendiri. Dan ini yang pertama.

Hal yang paling membuat Galins berang sekarang adalah, dia harus mencium bibir yang mengatainya banci?

Yang benar saja!?

Amarah cowok itu sudah melebihi ubun-ubun. Tapi, dengan cepat ia merubah ekspresinya menjadi lebih manis dengan senyum yang membuat gadis manapun spot jantung karenanya. Seperti Disya tadi yang memberikan bibir manisnya secara sukarela.

Tunggu, kali ini adalah Inara, bukan Disya.

Batinnya menahan amarah yang siap meledak, namun bibirnya menyunggingkan senyum semanis madu. Hanya Argalins Mahardika yang bisa melakukannya!

Light By You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang