Chapter 3 : Kau Harus Kuat
"Sudah hampir 10menit kenapa Jimin belum kembali? Apa memerlukan waktu selama itu untuk pergi ke kelas sebelah? Ck!".
Mingyu nampak kesal karena Jimin sang sahabat belum juga kembali dari kelas sebelah. Ia bahkan sudah selesai menyalin tugasnya sedari tadi. Niatnya juga ingin sedikit meminta penjelasan pada Jimin tentang tugas itu."Aku harus jawab apa jika pak tua itu menanyakan tentang ini semua? Aku bahkan tidak mengerti barang sedikitpun".
Mingyu semakin ketakutan mengingat ia sering kali sial dimata kuliah ini.
Karna dosen pagi ini benar-benar teliti dalam memeriksa tugas mahasiswa/i nya. Tak hanya sekedar memeriksa apakah jawaban tersebut benar atau tidak, sang dosen kerap kali menguji kejujuran mahasiswa/inya dengan bertanya bagaimana bisa jawaban tersebut didapat, rumus apa yang digunakan dan bla bla bla. Sungguh dosen yang sangat menyeramkan bukan?Pria paruh baya tengah memasuki kelas. Menandakan jam pertama perkuliahan akan dimulai tepat setelah pantatnya mendarat dibangku dosen.
"Mati sudah aku. Jimin-ah kau dimana sih?". Kesal Mingyu dalam hati.
"Selamat Pagi adik-adik? Apakabar kalian?". Pria paruh baya yang kerap disapa Mr. Bang tersebut menyapa para mahasiswa/i yang ditanggapi semangat oleh hanya beberapa orang saja karena sisanya sedang dalam mode ketakutan sama seperti Mingyu.
"Apa kalian sudah siap untuk penilaian tugas saya hari ini?". Pertanyaan sederhana namun terdengar seperti petir bagi sebagian besar penghuni kelas.
Mingyu sampai tidak sadar bahwa kegelisahannya membuat kepalanya seringkali menoleh kanan dan kiri karena terlampau panik."Kim Mingyu, kau terlihat sangat siap. Silahkan maju kedepan dan jelaskan sedikit tentang tugas yang kau kerjaan".
.
.
."Hei Jeon! Kebiasaan sekali kau melamun setelah berterimakasih padaku. Ada apa?". Jimin bingung pada tingkah laku pemuda ini. Selalu saja seperti ini. Setelah berterimakasih lalu dibalas dengan senyuman oleh Jimin, pasti pemuda ini langsung seperti batu.
"Aah.. itu.. a-aku hanya.. hanya saja aku.. emm. Oh Jimin-ssi, bisakah kau tidak memanggilku dengan marga saja? Atau kau tidak tau namaku?". Pemuda tersebut merasa lega setelah ia berhasil mengalihkan topik pembicaraan.
"Hmm maafkan aku. Tentu saja aku tau namamu Jeon. Jungkook? Jeon Jungkook kan? Hehe". Lagi lagi Jimin tersenyum dengan amat sangat manis. Bahkan rasanya pemuda Jeon ingin menangis saking manisnya. Ya, rasanya ingin menangis saja membayangkan senyum itu tidak mungkin bisa menjadi miliknya.
Pemuda Jeon itu bernama Jeon Jungkook."Manis sekali...". Gumam Pemuda Jeon sangat pelan namun samar-samar masih bisa didengar oleh Jimin.
"Maaf? Kau bilang apa tadi?". Jimin merasa yakin dengan apa yang ia dengar namun ia tidak mau terlalu percaya diri.
"Aahh t-tidak Jimin-ssi. Ya, aku Jeon Jungkook. Panggil aku Jungkook saja ya". Pemuda itu sangat malu dengan apa yang sudah lancang ia ucapkan tadi. Jika ada orang lain tau, Maka habislah ia di bully oleh seisi kampus ini. Ditambah Jimin memiliki banyak pengagum yang secara terang-terangan selalu menunjukkan perhatian mereka pada Jimin.
"Kalau begitu panggil aku Jimin saja tanpa perlu menambah embel-embel -ssi dibelakang namaku. Deal?". Jimin mengulurkan tangannya pada pemuda itu.
"Baiklah, Jiminie". Pemuda itu tersenyum sembari melafalkan panggilan barunya untuk si Manis.
"Eh? Mmm.. kalau begitu aku akan memanggilmu Jungkookie saja hehe". Entah kenapa Jimin merasa ada perasaan aneh saat pemuda itu lebih memilih untuk memanggilnya Jiminie ketimbang Jimin. Pipi gembilnya pun samar-samar terlihat merona.
"Baiklah. Sekali lagi terimakasih Jiminie". Pemuda tersebut kembali mengucapkan terimakasihnya pada sosok manis.
-terimakasih karena selalu tersenyum padaku- lanjutnya dalam hati."ASTAGA JAM BERAPA SEKARANG?!". Jimin tiba-tiba saja berteriak.
"Oh? Aku tidak tau. Aku tidak punya jam tangan Jim". Jungkook menggaruk pergelangan tangannya yang tiba-tiba saja gatal.
"Kita sudah tidak punya waktu lagi Jungkook. Ini sudah terlambat 15 menit untuk masuk kelas". Jimin mendesah kasar, surainya diacak kasar setelah melihat jam menunjukkan pukul 08.15. Karena demi Tuhan ini pertama kalinya Jimin terpaksa membolos.
"Eomma, appa maaf. Aku membolos hari ini". Jimin nampak kecewa.
"Maaf ini salahku, maafkan aku Jiminie. Kau boleh memukulku atau apapun itu. Maafkan aku membuatmu terlambat ke kelas". Pemuda itu menundukkan kepalanya karena sunggu ia merasa sangat bersalah membuat manisnya terlambat masuk kelas. Ia sangat tau bahkan seluruh warga kampus tau Park Jimin adalah mahasiswa teladan.
"Ini bukan salahmu Jungkookie. Ini salah mereka yang membullymu! Kau harus kuat ya. Kau pasti bisa melawan mereka. Kau harus tetap kuat". Jimin tersenyum amat sangat manis.
"Terimakasih. Terimakasih banyak". Pemuda tersebut tidak berharap lebih dari ini. Dengan selalu melihat Jimin tersenyum seperti ini padanya sudah membuatnya merasa amat sangat beruntung.
T.B.C
Edited 9/6/18
KAMU SEDANG MEMBACA
What His Fault? [WHF]
FanficHello, this is my first book ??♀️ 15-2-2018 21-4-2018