What His Fault?
Jeonillegirl
21 Februari 2018Chapter 9 : Nanti Beldalah!
————————————————
—————————
———WARNING!! MATURE CONTENT HERE. SO PLS Y'ALL ALSO BE MATURE OKAY?
Dekati dia. Aku tau kau suka padanya.
Dekati dia. Aku tau kau suka padanya.
Dekati dia. Aku tau kau suka padanya."Aaarrgghhh! Kenapa kata kata itu terus berputar dikepalaku?! Kenapa susah sekali melupakannya? Ada sedikit rasa menyesal setelah ia menyelamatkanku. Menyelamatkan orang yang sudah menyakitinya selama ini hanya karena... argh!!!".
Setelah cukup lama berdiam diri dengan kepala yang dipenuhi oleh Jeon Jungkook. Jennie memutuskan kedapur. Ini sudah sore dan ia ingat sama sekali belum memakan apapun sejak pagi. Ia kenyang hanya memikirkan Jeon Jungkook sejak pagi.
"Aah aku harus makan supaya ada tenaga untuk memikirkan dia lagi".
Jennie sudah akan turun tangga namun telinganya mendengar alunan nada nada indah yang ia kenali sebagai suara Irene dan kakaknya.Taeh! jangan terlalu keras akhhh!
Shit jangan berisik! Nikmati saja!
Aahhh taehhh.. ini.. ini terlalu dalam! Stoph! aaakhh sakit!!
....
Jennie geram. Suara laknat yang berasal dari kamar kakaknya itu membuat mood nya hancur.
"Yaaaakk!!!!!!!!"
Jennie berteriak dan menendang pintu kamar itu dengan keras sampai ia meringis sendiri.
"Sial! Apakah harus setiap hari? Apa tidak bosan? Apa senikmat itu? Benar benar tidak punya otak!". Ia menggerutu sambil terus berjalan.
Sampai didapur Jennie membuka pintu kulkas dan mengambil sebotol air mineral dingin lalu meneguknya dengan rakus. Menutup pintu kulkas dengan kasar. Kemudian memilih untuk mendudukkan diri diatas sofa. Ya, dia tidak jadi mengisi perut. Ia mual setelah mendengar desahan tadi.
.
.
.
.Jungkook POV
"Kookie~ aku lapar T.T"
Jimin mengeluh lapar dan inilah yang kutakutkan sejak pagi. Pagi tadi masih untung dia tidak minta sarapan karena ia sibuk mendandaniku. Tapi siang ini, aku harus beralasan apa?"Eh? Ah iyaa Jiminie, aku juga lapar. Mmm kau mau makan apa?".
Ya! Pertanyaan bodoh apa ini? Aku bertanya seolah aku ini bisa membelikan apa yang Jimin inginkan. Untuk diriku sendiri tidak masalah jika aku hanya makan nasi putih saja. Tapi Jimin? Tidak mungkin."Mmm aku mau makan apa yang kau makan Kookie. Samakan saja denganmu".
"Ah? Tidak tidak. Kau katakan saja mau makan apa akan aku belikan sekarang".
"Lalu Kookie tidak makan? Kenapa hanya aku?".
Apa yang harus aku katakan pada Jimin?
"........."
"Sudah kubilang samakan saja denganmu Kookie. Aku bisa makan apa saja kok". Jimin kali ini tersenyum sangan manis. Hah aku bisa saja tidak makan sampai malam jika ia terus tersenyum seperti ini. Senyum yang selalu aku bayangkan setiap hari. Kini akhirnya bisa jadi milikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
What His Fault? [WHF]
Hayran KurguHello, this is my first book ??♀️ 15-2-2018 21-4-2018