Sampah Seseorang, Harta Bagi Yang Lain

301 13 54
                                    

Selasar luas Universitas Indragiri terasa sempit hari itu. Ujian akhir semester enam sedang berlangsung. Jam dinding mengarahkan telunjuknya ke arah angka lima. Beberapa mahasiswa dan mahasiswi kompak berjas almamater biru, masih sibuk duduk di luar ruang kelas menunggu giliran untuk pelaksanaan ujian mereka. Mereka sibuk membolak-balikkan buku, catatan di folder bahkan kertas foto copy yang hampir lusuh karena seringnya ditekuk. Lampu di langit-langit gedung kampus berbaris rapih dan berpendar mulai menerangi sepanjang lorong berdinding biru selaras dengan jaket almamater mahasiswanya .

Berjalan keluar dari dalam ruang 207. Seorang lelaki paruh baya memegang map yang tersembul dari dalamnya amplop coklat. Tak lama, langkahnya diikuti beberapa mahasiswa dan mahasiswi berjas biru. Tampak di antaranya seseorang dengan senyum simpul puas setelah melaksanakan ujian.

"Yes, akhirnya masuk juga tahun terakhir." Gumam lelaki bersenyum manis. Walau betah di kampus tapi tidak membuat ia ingin berlama-lama kuliah di tempat itu.

 "Seorang Gibran Ananto gak akan disebut lagi sebagai mahasiswa abadi, atau bos tanpa Titel sebentar lagi." Batin Gibran sambil berangan-angan jauh memakai toga.

Gibran Ananto, pemuda tampan yang kurang beruntung dalam masalah pendidikan sekaligus percintaan. Patah hati, karena akhirnya ditinggal pacarnya menikah. Tiga tahun menjalani percintaan yang akhirnya kandas tanpa sisa. Gadis cantik yang bersedia menunggunya namun tidak dengan keluarga sang gadis. 

Besarnya cinta pada Sang Khalik dan kekasihnya membuatnya mengikhlaskan cinta yang dibangunnya selama tiga tahun. Alhasil hijrahpun menjadi jawaban solat malamnya. Dia kembali diingatkan untuk mencintai tidak harus saling memiliki. Yang terpenting, kembali dia diingatkan bahwa tidak ada pacaran dalam Islam.

 Yang terpenting, kembali dia diingatkan bahwa tidak ada pacaran dalam Islam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Taaruf adalah jalan hijrah yang ingin dipilihnya untuk masalah jodoh. Memang benar apabila kita meninggalkan sesuatu yang buruk karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Bisnis reseller ayam panggang yang dikelolanya berkembang pesat. Dia mampu menggebrak dinding kehidupannya dan menjadi lebih baik. Tapi entah apa karena wajahnya yang tampan membuatnya kurang beruntung dalam masalah percintaan lagi dan lagi. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di usia ke 27 yang tidak efisien dalam belajar. 

Dorongan Dewi Permata, Bunda tercintanya membuatnya menggertakan gigi untuk meraih gelar sarjana ekonominya yang sempat terhempas jauh dari angan-angan. Hingga akhirnya ia sampai di tahun terakhir kuliahnya. Antara berat dan tidak, dijalani selama beberapa tahun ini berkuliah dan tetap mengurus bisnis hariannya. Di kampus tidak ada yang mengetahui keberadaanya sebagai pemilik reseller Ayam Panggang Wong Jowo. Dia ingin mendapatkan teman-teman yang ikhlas berteman dengan seorang Gibran mahasiswa biasa yang kuliah sambil kerja. 

Bonus besar jika dia bisa bertemu dengan seorang Jofisa atau jomblo fisabilillah yang sama seperti dirinya. Seseorang yang mampu menjaga hati dan dirinya untuk orang yang tepat. Walau belum dia temukan hingga di tahun terakhir kuliahnya. 

Adzan magrib berkumandang di langit berwarna oranye, Gibran bergegas menuju ke Mesjid di depan halaman kampus. Beberapa gadis berjilbab tersenyum melihatnya. Dia hanya bisa tersenyum menunduk seraya beristighfar. Hijrah telah membuat dirinya menjadi lebih hati-hati mulai dari menatap ataupun bertingkah laku terhadap mahluk lawan jenis.

"Wooy, Mamen, Gibran mau solat?" Sahut Jana sahabat kentalnya di kampus. 

"Yup, Bro, ayo cepet dah dipanggil tuh."

Mereka berjalan beriringan sambil menyangkutkan tas ransel disebelah bahu mereka. Tangan kanan Gibran menenteng air mineral yang tinggal setengah. Tak lama mereka pun tiba di depan mesjid. Entah karena lupa atau tidak sengaja, Gibran menjatuhkan botol air mineral yang sedari tadi dibawanya. Tak ayal, Botol air mineral itu meluncur di setiap anak tangga mesjid kampusnya. Hingga akhirnya, botol itu berhenti di kaki seseorang. Gibran yang berusaha mengejar botol itu pun terhenti, karena yang di carinya sudah berhenti pula. Tangannya berusaha menggapai benda yang dikejarnya dan hampir bersentuhan dengan tangan jenjang milik seorang gadis. 

"Astaghfiruloh!" Pekiknya dalam hati, seraya mengurungkan niat untuk memungut botol itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Astaghfiruloh!" Pekiknya dalam hati, seraya mengurungkan niat untuk memungut botol itu. 

"Hati-hati, sampah seseorang, harta untuk orang lain." Suara pelan keluar dari mulut gadis itu sambil memberikan botol yang terjatuh tadi ke orang yang ada di depannya.

"Oh iya makasih ya." Akhirnya Gibran memberanikan diri menatap orang yang ada di depannya. Dia cukup terperangah dengan gadis dihadapannya itu, tapi tak sanggup dia mengeluarkan kata-kata lain setelah menatapnya. 

Gadis berjilbab dengan wajah datar tanpa senyum itu, berlalu begitu saja tanpa menambahkan kata-kata lain dari bibirnya. Lain halnya dengan Gibran, dia terngiang kembali pada gadis yang pernah menggugah hatinya dulu. Ya gadis itu, dia sedikit berbeda dengan yang dulu. 

"Ah tidak salah lagi, Dia Arla Putri Annisa, dulu dia belum berhijab ketika masih berpacaran denganku, sekarang hmmh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ah tidak salah lagi, Dia Arla Putri Annisa, dulu dia belum berhijab ketika masih berpacaran denganku, sekarang hmmh." Dahinya berkerut dan tak melanjutkan kata-katanya. Pikirannya terus berusaha mengingat wajah gadis yang dulu dia lepaskan untuk menikah dengan laki-laki lain. 

"Tapi kenapa dia hanya bersikap datar seperti tidak mengenalku," Batin Gibran terus berkecamuk. Hati dan pikirannya melayang ke enam tahun yang lalu.


Jofisa I'm ComingWhere stories live. Discover now