Perbangsatanku

135 19 2
                                    


***
Pernah kubisikkan di sore yang tidak ramah pada kita, kita biarkan kopi menjadi dingin di gelas hitam itu, gerimis pun iba pada air mata di tepi pisah.

Bisu mengadu, beku, kopi itu membeku, hati itu kelu. Lagu itu menjadi syahdu. Karena ku jatuh cinta pada caramu menerjemahkan luka.

Sebuah bayang menari dan terjatuh pada secangkir kopi senja.Kau goreskan syair luka pada sebuah gelas kopi lalu kau hempaskan pada senja hingga pecah berkeping.

Kuselipkan rembulan pada lembaran-lembaran kertas  busuku, karena malam yang berlalu masih menyimpan janji yang tertunda. Sebait puisi tentang seseorang yang duduk di bawah sinar rembulan yang menghilang dalam remang bangsat.

***

~penus

Sepetak kataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang