#2-2

87 6 0
                                    

#2-2

          Keesokan harinya, Geu Rim mulai merapikan meja kerja barunya. Ia menarik napas, lalu memberanikan diri menghubungi JH Entertainment. Dia memperkenalkan dirinya sebagai penulis radio dan bermaksud meng-casting Soo Ho. Geu Rim bermaksud menemui CEO-nya, namun pihak JH mengatakan bahwa CEO sedang rapat dan tidak bisa memberitahu kapan selesainya, lalu menutup teleponnya.
Geu Rim kembali terbatuk, karena ruangannya belum bersih benar. Ia kemudian menatap tablet-nya.

Geu Rim kemudian pergi ke resepsionis JH sambil membawakan kopi. Ia minta untuk dipertemukan dengan CEO atau manajer Soo Ho. Resepsionis bilang ia harus membuat janji terlebih dulu. Tapi resepsionis juga tidak mau menjadwalkan janji temu Geu Rim dengan Nyonya Nam.

Soo Ho yang baru turun dari kantornya, melihat Geu Rim di respsionis. Soo Ho menghampirinya saat Geu Rim berkata dia akan menunggu di depan sampai Nyonya Nam ada waktu.

Soo Ho menarik tangan Geu Rim sambil membawanya keluar.

Geu Rim berakhir dengan menyupiri Soo Ho yang berkata bahwa dia mendengar semua pembicaraan Geu Rim di resepsionis. Geu Rim berusaha menyabarkan dirinya. Ia lalu mengajak Soo Ho membicarakannya di café. “Aku tidak punya waktu. Aku akan mendengarkan selama 30 menit dalam perjalanan pulang ke rumah,” kata Soo Ho.

Geu Rim berjanji akan mengantarkan Soo Ho dengan selamat karena dia punya surat izin mengemudi, terbiasa mengantar jemput DJ dan bintang tamunya, dan terkadang menjadi supir pengganti. Tapi Soo Ho tidak merespon sedikit pun. Geu Rim lalu menyodorkan sebuah tablet pada Soo Ho yang berisi perkenalan tentang radionya.

Soo Ho: “Jadi? Apa aacara terbesarmu?”
Geu Rim: “Belum ada.”
Soo Ho: “Kau memenangkan penghargaan?”
Geu Rim: “Tidak ada.”
Soo Ho: “Dimana aku bisa melihat pekerjaanmu?”
Geu Rim: “Hhmm itu.. Jika kau setuju untuk menjadi DJ kami, itu akan menjadi pertama kalinya aku menjadi penulis utama.”

Soo Ho mengatakan bahwa penghasilan dari radio jauh lebih sedikit daripada di depan kamera. Tiba-tiba mobil terkena goncangan polisi tidur. Soo Ho secara spontan melindungi Geu Rim agar tidak terjatuh ke depan. Mereka sejenak saling bertatapan, lalu Geu Rim berterima kasih.

Sesampainya di depan rumah, Geu Rim berusaha meyakinkan bahwa radio dapat menjadi jalan keluar bagi Soo Ho yang selama 15 tahun terakhir terus berada di depan kamera. Soo Ho meminta kembali kunci mobilnya.

Geu Rim mengikuti Soo Ho dan menyodorkan kembali tabletnya, “Soo Ho, hanya lima menit. Lihatlah video ini selama 5 menit, dengarkan radio selama 50 menit, dan pikirkanlah selama 5 hari. Aku mohon?” Soo Ho bertanya sudah berapa lama Geu Rim berada di industri itu. “Aku sudah bilang aku tidak akan pernah ikut serta di radio bodoh itu, dan tolong jangan muncul di tempat syuting, kantor agency, atau dimanapun,” kata Soo Ho yang kemudian berjalan ke pintu rumahnya.

“Radio bodoh? Kenapa kau meletakkan kata bodoh setelah radio?! Apa kau pernah menginjakkan kaki di studio radio?! Apa kau pernah mendengarkan radio dengan benar?! Mulai sekarang aku akan mengajarkanmu apa radio itu sebenarnya. Dan aku akan berada di sekitarmu,”  teriak Geu Rim kesal.

Geu Rim lalu tersenyum sambil memberikan tabletnya ke tangan Soo Ho dan berkata, “Aku akan menemui besok, lusa dan seterusnya.” Ia lalu pergi.

“Beraninya dia tidak menghormati radio? Kau bisa tidak menghormatiku, tapi tidak pada radio,” gerutu Geu Rim sambil berjalan pulang.

Di kamarnya, Soo Ho meletakkan tabletnya begitu saja. Ia lalu melihat tampilan awal videonya, tapi tidak menekan tombol play.

Geu Rim menceritakan tentang kelakuan Soo Ho pada para sahabatnya. Sekarang sudah bertambah satu orang, sepertinya itu adalah Monsoon (angin musim). Tornado bertanya apakah Geu Rim optimis bisa memenangkan hati Soo Ho. “Tidak mungkin,” kata Drought.

RADIO ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang