04. Motorcycle

1.2K 184 51
                                    

Umji berjalan menaiki tangga rumahnya setelah menghabiskan sarapannya di meja makan tadi. Ia lupa membawa handphone dan tas ransel nya untuk pergi ke sekolah beberapa menit lagi. Setelah Umji membawa turun handphone dan tasnya, ia berjalan pergi mendekat ke arah ayahnya.

"Pah ... berapa lama lagi? Bentar lagi Umji telat nih!" Kata Umji melirik jam tangannya dan menatap ayahnya yang sedang menikmati hidangan di atas meja. Ayah Umji melirik Umji.

"Bentar yah ji ... Papah habisin makanannya dulu, ga baik. Nanti mubazir," kata Ayah Umji lalu kembali melanjutkan memakan sarapannya.

Umji memutar bola matanya malas lalu duduk di atas sofa ruang tamu dengan rasa gelisah. Ia takut dirinya akan terlambat sampai di sekolah. Ia tidak mau kembali dihukum seperti kemarin lusa ketika dirinya datang terlambat ke sekolah hanya karena Ayahnya yang telat bersiap.

Seraya menunggu Ayahnya, Umji membuka handphone nya dan membaca beberapa pesan dari temannya yang belum sempat ia balas karena mengantuk semalam. Salah satu dari pesannya, tertera nama Vernon disana. Ia lupa, semalam ia tertidur dan tidak berpamit pergi tidur pada Vernon. Ia berharap semoga Vernon tidak menunggu balasannya semalam.

HnslVernon : udah kan buktinya...
01.23

Umjilelah : maaf baru bales
Umjilelah : udah. Tp msh belum percaya...
Umjilelah : itu kan siapa tau aja kamu boong ttg caption nya
06.34

Umji diam dan menunggu Vernon membalas. Lalu beberapa menit kemudian Vernon membalasnya.

HnslVernon : ohh... kurang brrt
06.37

Umjilelah : kurang?

HnslVenron : blm ke sklh?

Umjilelah : blm

HnslVernon : knp?

Umjilelah : nunggu papah

HnslVernon : oh
HnslVernon : msh lama yah?

Umjilelah : ga tau
Umjilelah : emgnya knp?
06.39

Umji kembali menunggu Vernon membalas pesannya. Sebenarnya ia masih kebigungan dengan hubungannya dengan Vernon. Ia tahu Vernon tak mungkin menyukainya. Ia bukanlah tipe Vernon. Ia tahu itu. Tapi sikapnya terhadap Umji membuat Umji merasa Vernon memang sedang menyukainya. Entah apakah benar atau salah.

Beberapa menit kemudian Vernon masih belum membalas dan Ayah Umji pun masih bersiap-siap di kamarnya. Umji yakin, kali ini ia akan kembali di hukum hanya karena Ayahnya yang sungguh lama bersiap.

Keluarga nya menjadi kacau semenjak kepergian sang ibunda tercinta beberapa bulan yang lalu. Umji memang sedih kehilangan Ibundanya. Namun, ia tak mau memperlihatkan kepada seluruh orang bahwa dirinya sedang lemah sekarang. Ia juga tak ingin Ibundanya tau bahwa, sekarang dirinya sangat lemah dan sedih.

Ketika Umji sedang memutar masa kenang-kenangan nya dengan sang Ibunda, tiba-tiba handphone di saku rompinya bergetar. Umji tersadar dari lamunannya lalu meraih handphone nya. Umji membulatkan matanya ketika melihat nama Vernon tertera di layar handphone nya. Ternyata Vernon menelepon dirinya. Dengan segera Umji mengangkat panggilan telepon tersebut.

"Halo?" Kata Umji mengawali pembicaraan.

"Hai." Suara Vernon terdengar jelas di seberang sana.

"Emm ... kenapa?" Tanya Umji seraya menegakkan tubuhnya.

"Masih dirumah?" Tanya Vernon dengan suara lembutnya. Umji jarang berbicara dengan Vernon seperti ini. Baru kali ini ia melakukannya.

[✓] FROM A FIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang