Azima kini sedang terduduk lemah dikamarnya. Ia menangis sejadi-jadinya.
"Gue cuma peduli sesama kok. Kalo untuk urusan dengan tuhan, ahh dosa gue udah gak terhitung. Bahkan mungkin galaksi bima sakti ini juga sesak saking banyaknya dosa gue." ucap azima
"Kamu jangan ngomong gitu. Mari kita hijrah. Kita sucikan hati dan perbaiki diri. Kamu jangan pernah merasa sendiri, ada aku disini" ucap Azmi. Azima hanya tersenyum.
"Gue nggak tau gue bisa kembali ke jalan yang benar apa nggak. Mungkin allah udah menutup pintu taubat buat gue" ucap azima
"Nggak azima. Pintu taubat manusia ditutup ketika manusia tersebut menjumpai ajal. Jadi, selagi kamu masih hidup, tak ada kata terlambat untuk bertaubat" ucap azmi memotivasi azima
"Oke. Gue coba. Bantu gue ya bang tutor" ucap azima
"Pasti." ucap azmi mantap
Bayangan saat dulu ia bersama azmi sesudah pulang dari panti terus terputar dikepalanya.
Ia merasa bersalah pada azmi.
Ia terus menangis. Baru kali ini ia menangis karena seorang laki-laki. Biasanya ia selalu tegar.
Dewi batinnya berteriak 'Mana azima yang kuat? Si queenstreet yang hebat'
Tapi hati kecilnya menyanggah 'Bukankah aku juga manusia? Aku bisa menangis'
"Padahal baru beberapa hari yang lalu kamu minta ke aku untuk membantu kamu bertaubat. Tapi, kamu nggak pernah menghargai usaha aku" ucap azmi
"Padahal baru beberapa hari yang lalu kamu minta ke aku untuk membantu kamu bertaubat. Tapi, kamu nggak pernah menghargai usaha aku" ucap azmi
"Padahal baru beberapa hari yang lalu kamu minta ke aku untuk membantu kamu bertaubat. Tapi, kamu nggak pernah menghargai usaha aku" ucap azmi
"Arrghh" teriak azima mencakar tempat tidurnya
Azima menutup telinganya. Perkataan azmi selalu terngiang-ngiang ditelinganya.
Semua memori kenangannya dengan azmipun selalu terputar diotaknya, bagaikan kaset usang yang sedang menampakkan semua lukanya.
Gue nyakitin hati azmii.. -batin azima menangis
"Gue harus minta maaf. Karena ini emang murni kesalahan gue" ucap azima bertekad.
Azima pun keluar dari kamar.
Cuaca masih sama, hujan tak henti-hentinya turun.
Azima menerobos kawanan air hujan, ia pergi menuju kamar azmi untuk meminta maaf.
*****
Azima sudah sampai didepan kamar azmi. Tangannya akan mengetuk pintu, namun ia ragu.
Ia kuatkan hatinya untuk bisa mengetuk pintu dan meminta maaf.
Tok
Tok
Tok
Tok
Tok
Tok
"Azmi, ini gue. Gue mau ngomong bentar" teriak azima
"Azmi, buka pintunya. Atau gue bakal nungguin lo ditengah lapangan sana" ucap azima
Hening.
Tak ada jawaban dari azmi.
"Oke, gue buktiin. Pokoknya sampe lo maafin gue, gue bakal tetep dilapangan itu" ucap azima
Azima mendongakkan wajahnya menatap langit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pantaskah Surga Untukku?
Non-FictionHighest rank #10 (16-08-2018) Highest rank #6 (19-08-2018) Petualangan bermula saat aku masuk ke tempat ini, yakni Pondok pesantren Al-Amin. Bagaimana caraku menyesuaikan diri disini? Tempat seperti ini hanya pantas dihuni oleh orang-orang suci, buk...