Sapai Jadi Debu

95 1 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul 2.30 dini hari, namun seorang wanita masih belum memejamkan ke dua matanya, hatinya sedikit gusar tidak tenang menanti seseorang, kini ia berdiri di pinggiran balkon rumahnya menatap langit malam itu.

"belum tidur??" wanita itu menoleh pada sumber suara memeluknya tanpa aba-aba, memeluk erat pinggang si pemilik suara barington dengan posesif.

"bagaimana aku bisa tidur kalau kau tak di sampingku" ucap perempuan itu yang masih dalam pelukan.

Lelaki tegap itu mengangguk mengusap kepala bagian belakang wanita itu, tanpa disadari ia tersenyum. Mereka pun melepaskan pelukan itu menggandeng sang wanita masuk ke dalam kamar "yaudah tidur yuk, aku gak mau kamu sakit" kata lelaki itu,

"puk..puk" wanita itu mengisyaratkan untuk tidur di sebelahnya, lelaki itu pun mengangguk memakaikan selimut untuk mereka berdua, mengusap lembut kepala wanita itu, usapan yang selalu di rindukanya.

"sampai kapan Mel??"

"sampai aku tua, sampai jadi debu" jawab melody setengah sadar. Setelah mengatakan terlelaplah wanita itu. Lelaki yang kini ada di sapingnya memandang damainya tidur orang yang sangat di cintainnya.

***

Pagi menjelang lirikan mentari membangun kan melody dari tidurnya, ia mengerjapkan mata berkali-kali merenggangkan ototnya , kemudian ia menoleh sebentar ke sebelahnya memejamkan matanya sekejab dan tersenyum....senyum hambar.

"teh imel mau kemana??" sapa adiknya ketika ia menuruni anak tangga rumahnya.

"ke kantorlah bosen atuh dirumah terus...."

"teteh yakin??" melody engangguk, "yaudah biar mpris yang nganterin, tapi sarapan dulu ya..." lagi-lagi melody mengangguk, dan setelah itu sang adik mengantarkanya sampai ke kantor.

Ketika sampai kantor semua karyawan menyapanya dari satpam sampai OB pun, melody membalasnya dengan senyum ramah, membuat mereka merasa lega. Karena beberapa waktu yang lalu ia terlihat menghawatirkan.

Sekembalinya melody ke meja kerjanya ia disibukkan dengan berkas-berkar yang beberapa waktu lalu di tinggalkanya, membuatnya harus sedikit kelelahan, diusapnya peluh di dahinya kemudian menyandarkan kepalanya di kursi, matanya melirik foto yang ada di pojok meja kerjanya. Melody mengambilnya diausap dipandangi foto yang menampilkan lelaki dan perempuan yang sedang bergandengan tangan di sebuah pantai "kangen kamu" lirihnya.

"tok...tok....tok"

Suara ketukan pintu terdengar, tanpa menunggu lama pintu terbuka "Yona...." suara melody menyapa seseorang yang mengetuk pintu tadi

"hay teh...apa kau baik-baik saja" balas yona

"ya seperti yang kamu lihat, aku sudah kembali bekerja....." balasnya dengan senyum, "apa itu yon yang di tangamu??"

"ah..iya ini aku bawakan rujak buah,"

"wah.....kau pengertian sekali Yona, tahu saja kalo aku lagi pengen...."

"haha...iya donk, aku kan adik ipar yang pengertian......em maaf ya teh," lanjut yona dengan muka sedikit murung.

"humh....udahlah yon, mungkin ini memang jalannya,"

***

Waktu menunjukkan pukul 03.00 dini hari, lagi-lagi melody belum tertidur matanya masih terjaga. Padahal sebenarnya ia sedikit kelelahan karena acara pengajian di rumahnya yang baru selesai pukul 10 malam, dan ia membantu beres-beres hingga pukul 12 malam. Tanganya di usap-usapkan berkali-kali, hatinya semakin gusar. Ia pun keluar dari selimut tebalnya keluar menuju balkon seperti biasanya, menghitung bintang sambil menunggu kedatangann seseorang yang ia harapkan.

"kenapa belum tidur? Ini hampir pagi melody"

Melody menengok, wajah khawatirnya perlahan luntur, "aku menunggumu, kenapa kau lama sekali" suara melody sedikit serak

"kenapa kau masih menungguku?? Kau karus mulai membiasakannya melody. Kau harus perhatikan kesehatanmu, tidak baik tidur menjelang pagi, kau juga harus ingat seseorang yang ada di dalam perutmu..."

Lelaki itu mengusap perut melody yang terlihat sedikit membucit "maafin aku, harusnya aku yang nganterin kamu kemana-mana bukannya Mpries, harusnya aku yang beliin keinginan kamu bukan kak Yona, maafin aku gak bisa jaga kamu gak bisa ada di samping kamu"

Melody memeluk lelaki itu, mengusap air mata yang menetes "kan sekarang kamu ada disini" balas melody

"waktu aku udah habis melody......"

"kamu mau kemana??? Jangan tinggalin aku sendiri...

"aku juga tak ingin meninggalkan kamu, juga calon anak kita, tapi waktu aku udah habis untuk menemuimu, bukankah kita sudah membicarakannya .....?"

"enggak...enggak kamu gak boleh kemana-mana.....kamu harus tunggu sampai anak ini lahir, sampai anak ini gede Arlidyan!!!"

"sayang....alam kita sudah berbeda....ingat itu....malam ini hari ke 40 itu tandanya ini saat terakhirku bersamamu, aku akan kembali ke alam sana...." ujar arlid menujuk langit

"enggak kamu bohong!!!" melody terisak

"bohong...kamu bohong!!!! Kata kamu kita akan selalu bersama, sampai kita tua, sampai jadi debu, bahkan liang kubur kita nanti akan bersebelahan, itu janjimu,tapi kenapa...kenapa kau tinggalin aku sendiri...kamu bohong...!!!"

"kalo gitu bawa aku, ikut kamu...bawa aku"Melody pun berlari kearah pinggiran balkon memanjat dengan pagar balkon itu, emosinya membuncah memegang erat pagar dan ingin melopat

"Melody..."

"plakkkk!!!!" Arlid menarik tangan melody dan menampar pipinya, "kamu jangan bodoh!!ingat anak kita!!" melody merosot di pelukan Arlid "maafin aku melody,,,ini takdir kita"

"ini gak adil, kita sudah melewati badai, halangan ,rintangan,agar kita bissa bersama, tapi saat kita udah bersama kenapa Tuhan mengambilmu....memisahkan kitaa?????!!! "

Arlid tak dapat menjawab pertanyaan melody, ia memejamkan matanya mengingat-ingat perjalanan cintanya dengan melody. Halangan rintangan suka-duka mereka lewati bersama, hingga akhirnya dua bulan yang lalu ia berhasil mengucapkan janji suci kepada ayah mertuanya untuk menjaga melody. Namun takdir berkata lain, kecelakaan itu harus memisahkan mereka berdua untuk selamanya.

"berjanjilah melody, kau akan merawatnya...jadikan dia anak yang kuat sepertimu!!, jika dia perempuan pasti dia akan secantik dirimu, dan jika dia laki-laki tolong katakan kau begitu tampan nak seperti ayahmu" Arlid sedikit terkekeh memeluk tubuh mungil melody

Melody mengangguk, rasanya ia tak ingin waktu ini cepat berakhir,


Percayalah Melody, aku menunggumu disini

Ku tunggu kau di sebelah liang lahatku......

                                                                                Arlidyanmu.


End

sAsR_



CERPEN (CERITA PENDEK)Where stories live. Discover now