Wattpad Original
Ada 10 bab gratis lagi

-2- Beginning

46.6K 3.8K 86
                                    

Lima minggu Rafka bekerja di sana, ia sudah bisa mendapatkan pola kecurangan dari manajemen hotel cabang Batu. Mereka tidak mentransfer gaji pegawai dengan sesuai dan melakukan manipulasi dengan membuat kwitansi potongan gaji secara terpisah. Dan lagi-lagi Rafka ketahuan saat mendapatkan bukti kwitansi di salah satu sudut arsip bagian keuangan saat selesai jam pulang dan terpaksa menyogok satpam untuk tutup mulut.

Rafka sempat marah besar ketika mengetahui semua ini terjadi. Ia termenung lama di ruangan itu sebelum diringkus oleh dua orang satpam. Bagaimana bisa ini kakeknya kecolongan seperti ini? Untung saja hotel ini belum didemo oleh pegawainya dan nama baik hotel bisa saja kembali tercemar.

Malamnya ia langsung menelepon Bian dan Pak Kamal agar berita itu disampaikan kepada kakeknya. Yang jelas, Rafka sudah mendapatkan bukti. Sisanya biar saja mereka yang mengurus, termasuk sogokan untuk kedua satpam yang menangkapnya.

"Jancik, awakmu niat ngresiki koco gak se? Deloken ta jik reget kabeh," Ucup tiba-tiba datang sambil bersungut-sungut, membuyarkan lamunannya tentang kejadian semalam.

Sejak tadi Ucup memang sedang mengepel di ruangan yang sama dengannya. Ucapan Ucup membuat Rafka melangkah mundur untuk melihat hasil kerjanya. Sial, memang masih kotor seperti apa yang dikatakan Ucup. Banyak debu-debu yang menempel membentuk garis-garis putih. Beda jauh dengan lantai mengkilap yang dibersihkan oleh Ucup. Walaupun terlalu banyak berkicau saat bekerja, Ucup bisa jadi sangat serius walaupun hanya sekadar mengepel lantai ataupun mengelap vas bunga. Bagi Ucup semua harus mengkilap sampai cling dan berada tepat pada tempatnya seperti pengidap OCD. Mungkin Rafka akan mempertimbangkan Ucup untuk menjadi bagian dari hotelnya di Jogja nanti.

"Lapo se? Jik mikir duit?" tanya Ucup ketika Rafka tak kunjung menjawab.

Rafka menoleh pada Ucup yang masih berdiri di tempatnya, menatapnya dengan sorot mata mengejek. What? Pada detik ini Rafka menyesal telah meminjam uang pada Ucup untuk membeli makan siang dan bensin karena dompetnya ketinggalan. Pada akhirnya Ucup malah mengasihaninya dan melarangnya untuk mengembalikan uang itu. Apa mukanya terlihat semiskin itu? Baru kali in Rafka diperlakukan seperti ini.

Belum sempat Rafka membalas, tiba-tiba saja tubuh Ucup terdorong dan oleng hingga jatuh ke pelukannya. Kepala Ucup terantuk alat panjang yang entah kenapa sedang dibawa orang-orang ke rooftop hotel hingga membuatnya terjatuh. Rafka mengerjapkan matanya beberapa kali, kejadian itu berlalu begitu cepat. Ia dan Ucup berpelukan untuk saling menjaga keseimbangan. Kepala Ucup bertumpu di dadanya, sedangkan tangannya melingkari punggung Ucup, tadinya mencari pegangan. Saking terkejutnya, posisi itu bertahan hingga seseorang menghampiri dan menepuk bahu Ucup.

"Maaf, Mas. Saya nggak sengaja," ujar pria itu setelah meletakan barang yang tadi dibawanya terlebih dahulu.

Suara itu membuat Rafka tersadar seketika. Ia menunduk ke bawah, menyadari posisinya sedikit... tak pantas dilihat. Refleks, Rafka mendorong Ucup. Namun, sepertinya tenaganya terlalu kuat karena detik berikutnya, yang ia lihat adalah bayangan tubuh Ucup yang terhuyung ke belakang, disusul bunyi gedebuk keras saat Ucup telentang di lantai.

Rafka mendekap tubuhnya sendiri dengan jijik. Sialan Ucup. Ia sudah mengerutkan alis dan menipiskannya, bersiap hendak marah. Namun, saat melihat Ucup, rasa marahnya jadi luntur berganti dengan rasa bersalah. Masalahnya Ucup menatapnya dengan amarah yang lebih besar dari Rafka—sebenarnya Rafka merasa najis saat mengakui ini, tapi ia bersumpah bisa merasakan tatapan terluka dari sinar mata Ucup, membuat Rafka hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah.

"Cup..." Rafka mengangkat tangannya ke udara, berusaha menenangkan Ucup sebelum mengulurkan tangan untuk menawarkan bantuan. "Maaf, Cup. Nggak sengaja."

Pandora BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang