Rafka baru saja selesai di-briefing untuk konsep pemotretan yang akan ia lakukan dengan Evelyn ketika dari kejauhan ia melihat Mardi dan Ucup berjalan mendekatinya dengan bibir terbuka lebar dari ujung ke ujung. Hal itu tiba-tiba saja membuatnya merinding. Apakah dua kunyuk itu akan menontonnya melakukan semua ini?
Mending kalau foto yang akan ia lakukan ini formal seperti foto ijazah atau foto keluarga di studio foto. Masalahnya Fiki baru saja menjelaskan konsep pemotretan paling menggelikan yang pernah Rafka dengar dan akan ia lakukan. Fuuuuuck. Membayangkan dirinya akan diguyur air untuk menciptakan efek basah dengan kaos putih melekat transparan di tubuhnya membuatnya bergidik. Terlebih dengan terpaan angin sore bulan Juli di Batu? Kenapa juga mereka harus melakukan ini semua sore-sore, sih? Kenapa tidak siang hari saat Batu masih panas?
"Jancik, kok malih ganteng?" tanya Ucup sambil cekikikan. Tangannya menepuk pundak Rafka yang saat ini berbalut kimono handuk.
"Kok ra do kerjo to?" Rafka balas bertanya walaupun ia tahu jam kerja mereka sebenarnya sudah habis.
"Yo kate ndelok awakmu tah, cuk. Pengen eruh, ayas gak tahu nduwe konco foto model ngene." Mardi menimpali.
Mendengarnya, Rafka hanya bisa memutar matanya. Rafka yakin mereka bukan hanya ingin tahu, tapi akan menjadikan dirinya bahan olok-olokan selama sebulan penuh, akan habis ia dipermalukan. Syiiit, Rafka benar-benar ingin mengumpat sekarang.
"Ngguanteng awakmu, cuk. Temenan. Pantes mau pas tak demek, dodomu atos ngono. Olah raga opo awakmu? Tak melu-melu aku," ujar Ucup sambil mengulurkan tangannya, hendak memegang dada bidang Rafka, membuat pemiliknya berangsur-angsur mundur. Dipukulnya tangan Ucup keras-keras. "Aduh!"
"Angkat pasir!" jawab Rafka asal saking kesalnya, tapi Ucup ternyata malah menganggapnya serius.
Belum sempat Ucup menanggapi, Fiki sudah memanggilnya dari kejauhan, memintanya untuk mendekat. Mau tak mau Rafka beranjak berdiri dari kursi malas yang ia duduki.
Dari kejauhan, Rafka juga melihat Evelyn berjalan mendekat. Rambutnya sengaja ditata klimis ke belakang, seperti habis menggunakan gel rambut tiga botol saking basahnya. Ia juga masih mengenakan kimono handuk berwarna putih seperti yang ia kenakan.
"Tolong lepas kimono elo," pinta Fiki yang tiba-tiba saja berada di sebelah Rafka.
Evelyn juga melakukan hal yang sama. Tubuhnya hanya berbalut baju renang one piece warna hitam yang kelihatan sempurna untuknya. Bukan baju renang seksi seperti penggoda, tapi seperti atlet renang dengan aura mengerikan yang akan membuat lawannya terintimidasi. Rafka tidak tahu pakaian yang dikenakan seseorang dapat memiliki dampak yang begitu kuat untuk menggambarkan personality.
Fiki yang tadi menjauh, kini mendekat membawa selang air yang tengah menyala. Melihat ada kepulan uap tipis, Rafka mendesah lega. Setidaknya Fiki tidak akan mengguyur tubuhnya dengan air dingin.
"Maaf, ya."
Tak ada sedetik setelah Fiki mengatakannya, Rafka bisa merasakan aliran air merambat di pundak dan punggungnya. Bahkan Fiki tak repot-repot menunggu jawabannya, mengonfirmasi ia sudah siap atau belum. Sialan.
"Relax, bayangin aja kalian adalah temen lama, jadi nggak perlu canggung satu sama lain, nggak perlu tegang," ucap Meta saat ia mendekati Rafka dan Evelyn. Ketika melirik pundak Rafka yang tadinya tegang kini terlihat lebih santai, ia menepuk pundaknya dua kali. "Good," ucapnya.
Meta baru saja hendak melangkah menjauh ketika tatapan matanya bersirobok dengan tatapan mata Rafka. Rafka menatapnya tepat di manik mata, kalau saja rasa kesal dan bencinya terhadap Meta ini bisa disalurkan oleh tatapannya, mungkin kepala Meta saat ini sudah bolong seperti terkena sinar laser.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora Boss
RomanceMenjadi model pengganti sebuah pemotretan majalah dadakan membuat identitas Rafka sebagai cucu pemilik hotel terungkap. Dia menuntut ganti rugi pada sang partner model dan fotografer untuk mempromosikan hotel milik kakeknya, tetapi ternyata bukan ha...
Wattpad Original
Ada 7 bab gratis lagi