"Agak ke atas sedikit, Fik," pinta Meta pada Fiki yang saat ini fokus memegangi reflektor. Begitu Fiki mengarahkan reflektor di tempat yang pas, Meta kembali memposisikan diri di balik viewfinder dan mengambil gambar beberapa kali.
Meta menurunkan kameranya dan melihat hasil foto pada layar laptop. Ia hampir berdecak. Memang beda kalau bekerja dengan model profesional. Hanya beberapa kali jepretan, foto-foto itu sudah terlihat luar biasa. Evelyn terlihat menawan dengan rambut berantakan dan make up bangun tidurnya.
"Itu bagus," komentar Evelyn yang tiba-tiba berada di sebelahnya.
Sarah yang memang berada di sana mengangguk setuju. "Gue rasa cukup, Ev bisa persiapan untuk pemotretan selanjutnya."
"Model prianya udah dateng?" tanya Evelyn.
"Sebenernya kita dapet kabar kalo dia kecelakaan, kita lagi nyari pengganti," jujur Meta. Ia menyerahkan kameranya pada Fiki. "Lo ada kenalan?"
Evelyn membelalak, terkejut. Ia kemudian menggeleng. "Di Malang nggak ada, adanya Surabaya."
Meta mengangguk. Setelah kepergian Evelyn untuk re-touch make up-nya, ia dan Sarah juga pergi menuju rooftop hotel untuk persiapan pemotretan selanjutnya, juga mengecek daftar model pengganti yang baru saja dikirim oleh Melly.
"Gue ke atas duluan, lo bisa beresin?" tanya Meta pada Fiki yang sedang menggulung kabel ekstensi USB.
Fiki mengangguk. "No worries."
Meta meraih laptop dan kameranya, kemudian berjalan beriringan dengan Sarah menuju rooftop. Meta mengedarkan pandangan ke sekeliling rooftop. Ada sedikit aroma kaporit khas kolam renang yang tertangkap hidungnya ketika menjejakkan kaki di area outdoor, tapi tak terlalu menyengat.
"Di situ, gimana?" Sarah menunjuk dua kursi malas berlapis spons putih dengan payung terbuka.
Meta mengangguk setuju. Sekarang jam empat sore, sudah tak terlalu panas untuk duduk-duduk di luar.
Belum ada sepuluh menit keduanya duduk tenang di sana, bunyi 'TAK!' keras mengalihkan perhatian Meta dari layar laptop. Di pintu masuk, Fiki terlihat panik menurunkan tripod, softbox, dan reflektor yang dibawanya.
"Maaf, Mas. Saya nggak sengaja," ucap Fiki terdengar khawatir.
Dari kejauhan, Meta berusaha melihat dari balik kaca. Ia mengernyit ketika malah menemukan dua pria terlihat berpelukan dengan mesra. Meta memutar matanya, demi Tuhan, matahari masih nampak di luar sana. Walaupun tempatnya sedikit tertutup di balik kaca, tapi Meta masih bisa melihatnya dengan jelas. Tidak bisakah mereka melakukannya di tempat yang lebih privat?
Detik berikutnya, Meta kembali mendengar bunyi gedebuk keras. Fiki terlihat meringis ketika melihat salah satu dari pria itu sudah tergeletak di lantai. Meta benar-benar tidak habis pikir, sebenarnya apa yang dilakukan oleh kedua orang itu?
Meta hampir berdiri menghampiri Fiki ketika dilihatnya pria yang terjatuh itu kembali berdiri dan Fiki berbalik untuk meninggalkan mereka setelah meminta maaf berkali-kali.
"Kenapa?" tanya Meta ketika Fiki mendekat.
Fiki menggeleng. "Emang gue yang salah. Tripodnya nggak bener-bener gue pendekin, makanya waktu belok kena masnya yang itu." Ia meletakkan barang-barang yang ia bawa di lantai rooftop.
"Terus dia nggak papa?"
"Kayaknya nggak, sih."
Meta mengangguk lega.
"Ini portofolio yang dikirim Mbak Melly." Sarah menunjuk monitor yang berisi biodata singkat dan foto-foto model pria.
Meta mendekat pada Sarah, menggulir touchpad-nya dengan muka serius. Dengan jeli ia memperhatikan foto-foto itu. Tapi, begitu tiba di halaman terakhir, ia mengerutkan dahinya dan memencet keyboard untuk menggulir gambarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora Boss
RomanceMenjadi model pengganti sebuah pemotretan majalah dadakan membuat identitas Rafka sebagai cucu pemilik hotel terungkap. Dia menuntut ganti rugi pada sang partner model dan fotografer untuk mempromosikan hotel milik kakeknya, tetapi ternyata bukan ha...
Wattpad Original
Ada 9 bab gratis lagi