13.sahabat?

53 8 2
                                    

" Cinta tidak perlu sebuah alasan, tetapi jika kamu mencintai seseorang dengan sebuah alasan, semuanya akan hilang saat alasan itu tidak ada." - Julian Arjune Christino.

-happy reading-

Sudah 15menit cowok dengan pakaian seragam itu menunggu, tetapi sang pemilik rumah tidak juga menunjukan tanda-tanda keberadaan orang yang ia cari.

Ia memutuskan untuk menunggu 5menit lagi, tetapi sang penghuni rumah sepertinya sudah pergi, ia berangkat menuju sekolahnya, rencana ia untuk menjemput sang pacar gagal, seperti nya pacar nya itu sudah berangkat terlebih dahulu.

Ketika ia melewati halte bus, ia melihat orang yang sedari tadi ia tunggu di depan rumah nya.

Cowok itu langsung memberhentikan motor nya di halte bus pinggir jalan.

"Morning babe." Sapa nya sambil membuka helm full face nya.

Cewek dengan pakaian seragam yang dibaluti jaket kulit hitam itu hanya menatap cowok yang ada dihadapan nya.

"Pantes tadi gua kerumah lu gak ada siapa-siapa, tau nya udah berangkat duluan." Ucap cowok itu.

"Ngapain kerumah gua?." Tanya cewek itu.

"Jemput lo lah cantik."

Cewek itu tidak merespon ia asik mengunyah permen karet nya.

"Lo lupa kalo kita udah pacaran?." Tanya cowok itu lagi.

Cewek bernama Vale itu hanya menatap sebentar.

"Naik." titah cowok itu.

Cewek itu hanya menatap.

"Duh pacar, demen amat sih natap-natap gitu, cepetan naik nanti telat." Ucap Juli dengan senyum manisnya yang membuat level ketampanan nya naik 10kali lipat.

"Telat juga udah biasa." Lalu Vale naik ke atas motor Juli.

"Gua lupa kalau pacar gua tukang bolos." Ucap Juli di balik helm full face.

Sebenarnya Vale mendengar jelas apa yang Juli katakan hanya saja ia tidak peduli, ditambah lagi mood nya sedang tidak bagus.

Sampai di parkiran sekolah, mereka berhasil mengambil perhatian siswa siswi yang berada disitu.

Terlebih banyak murid perempuan yang memperhatikan Juli karena ketampanan nya.

"Ayo pacar, kita ke kelas." Ucap Juli sembari menggandeng tangan Vale.

"Apasih, pacar-pacar mulu lo dari tadi, geli gua denger nya." Cerocos Vale galak.

"Hehe kan biar soswit." Ucap cowok absurd itu dengan muntados.

Alias, mukan tanpa dosa.

"Najis."

"Untung gue suka."

"Hah, apa lo bilang?."

"Kaga, barusan burung lewat depan mata gua."

"Jayus lo."

¤¤¤

3 jam pelajaran sudah berakhir, kini waktunya istirahat, beda hal nya dengan Badgirl satu ini, ia tidak mengunjungi kantin yang ramai, hanya sekedar jajan, atau caper.

Karena kebanyakan, baik cewek maupun cowok, adalah caper pada adik kelas atau kakak kelas nya.

Ia lebih memilih pergi ke rooftof untuk menikamati ketenangan di temani oleh sinar sang surya.

Cewek itu hanya memandang kosong ke depan, memandangi pemandangan kota Jakarta yang padat kendaraan.

"Hei." Terdengar suara cowok dari arah pintu rooftof.

Cewek itu menoleh, matanya menangkap sosok cowok yang tidak asing baginya.

Cowok itu menghampiri Vale, duduk tepat disebelah Vale.

"Sendiri aja." Ucap cowok itu membuka pembicaraan.

Vale hanya menengok sekilas lalu kembali menatap kosong ke depan.

"Pacar lo mana."

Lagi-lagi Vale tidak menjawab, ia mengacuhkan lawan bicaranya itu.

"Pacar lo ga guna banget ya, cewek nya malah di biarin sendirian gini."

Belum Vale menjawab, lelaki itu ngomong duluan.

"Keliatannya lu lagi ga baik, ada masalah?." Lagi-lagi cowok yang terlihat familiar itu bertanya.

"Bukan urusan lo." Dengan pertama kalinya Vale menjawab dengan nada penuh penekanan.

"Lo bisa cerita sama gue." Kekeh cowok itu.

"Ga usah sotau sama urusan gua." Vale berucap lagi.

"Gua hanya ingin bantu lo aja, gua tau lu butuh teman untuk berbagi." Ucap cowok itu lagi.

"Ga perlu."

"Gua bisa ada di sisi lu, daripada pacar lo yang ga guna itu."

"Dengar ya." Ucapan Vale terhenti, ia membaca name tag yang di pakai oleh cowok itu.

"Gavino Aharon Pramudia, lo itu sahabat nya Juli, ga seharusnya lo jelek-jelekin dia di depan gue, dan lo ga harus ikut campur sama masalah gue, ngerti lo?."  Ucap cewek itu dengan sinis dan penuh penekanan.

"Cihh, sahabat kaya dia, gua hanya ingin membuat lo lebih baik aja ko." Ucap cowok tampan  itu dengan santai.

"Gapernah gua denger sepatah katapun dari Juli tentang  kejelekan sahabatnya, dan lo? Kayaknya Juli punya musuh dalam selimut ya hh." Ucap cewek itu jengkel, lalu pergi meninggalkan cowok itu.

Tetapi, tangan Gavin berhasil mencekal Vale.

Vale menatap tajam tangan yang dicekal oleh cowok itu, dengan tatapan tajam Vale, Gavin melepaskan cekalan tangannya terhadap cewek itu.

Sungguh, Vale sangat muak dengan apa yang barusan terjadi, bagaimana bisa seorang sahabat mengkhianati nya, sepertinya Juli sama sekali tidak pernah memandang buruk pada ketiga sahabatnya termasuk Gavin.



My Sensitive Girl friendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang